Siluman

142 12 4
                                    

Remaja yang menunggangi motor itu sadar ada makhluk tak kasat mata yang tengah mengikutinya.

"Hmm dia masih penasaran rupanya denganku, baik. Ku ikuti apa maumu. Apa kau pikir aku tak bisa melihatmu?" Remaja itu membelokkan motornya menuju jalan kecil menuju sebuah hutan belukar. Setelah di rasa cukup dia pun berhenti, membuka helm hingga wajahnya yang tampan terbuka semua.

Pemuda berusia tanggung ini berdiri dengan berkacak pinggang.
"Hantu kepala jamur! Keluar! Tidak usah bersembunyi! Apa kau pikir aku tak bisa melihatmu?"

Pramudya yang tengah mengawasi dari balik sebuah pohon rambai besar berdiam diri.
"Dia sudah mengetahui keberadaan ku, benar-benar siluman yang kuat"

"Baik, kalau kau belum berani keluar, aku yang akan memaksa" remaja yang berseragam sekolah itu gerakkan tangan menghantam ke arah pohon rambai dimana Pramudya bersembunyi.

Satu sinar berbentuk bundar sebesar buah kelapa menderu.

"Blar" sinar menghantam pohon rambai hingga serat batangnya bermuncratan karena berantakan. Pramudya segera melompat keluar, matanya memperhatikan batang pohon yang bolong sedalam hampir dua jengkal.

"Oh ini makhluknya yang mengganggu sekolah tadi! Katakan apa maumu?" Bentak si remaja SMA.

"Mauku? Aku minta kau jawab pertanyaanku, apa yang kau lakukan di dunia ini Siluman?!" Tanya Pramudya dengan membentak.

"Hahaha apa yang aku lakukan adalah suka-sukaku. Kau sendiri peri kesasar malah keluyuran di dunia manusia, pasti kau peri buangan karena berbuat dosa di duniamu. Apa kau membuntingi peri gadis, atau malah kau meniduri saudara sendiri" ejek pemuda yang disebut Pramudya siluman itu.

"Lantam mulutmu! Biar ku pecahkan dulu agar kau bisa jaga lidah" Pramudya tiba-tiba bergerak cepat sekali, tinjunya telah terkepal diarahkan ke mulut pemuda siluman itu. Yang diserang sendiri meski kaget melihat cepatnya serangan lawan namun karena sudah waspada sedari tadi cepat buang badan ke samping, hingga tinjuan Pramudya meleset.

Pramudya lakukan serangan susulan yang segera ditangkis oleh pemuda siluman. Maka terjadilah perkelahian hebat diantara keduanya. Jual beli serangan terjadi, keduanya terlihat seimbang.

Pramudya melompat mundur menghindari sambaran lidah api yang keluar dari telapak tangan kanan siluman itu.

"Agaknya kau tak bisa dibilangi secara halus, kembali kedunia mu siluman" Pramudya kerahkan tenaga dalamnya di pusar hingga pusar itu pancarkan sinar putih menyilaukan.

"Dia ingin menyerang ku dengan sinar Suci Peri langit" batin si siluman.
"Peri sombong, kau yang akan ku kirim, namun bukan ke dunia mu, melainkan ke dunia alam kubur"

Dari pusar Pramudya bergerak ganas satu sinar putih gemerlap menyilaukan, sedangkan dari ujung jari siluman itu melesat sinar hitam pekat memancarkan bau amis.

"Duaar!" Letupan dahsyat menggelegar, Siluman itu terpental jatuh nyaris menubruk motornya, sedangkan Pramudya cuma tergontai nyaris terduduk di tanah.

"Sialan! Sudah kuduga peri satu ini tenaga dalamnya lebih tinggi dariku. Apa boleh buat aku harus mengalah kali ini" pemuda ini seka darah yang mengucur dari mulutnya, segera dia merapal mantera memanggil kabut hitam yang pekat dan bisa menghalangi pemandangan.

"Hei jangan kabur!" Pramudya menyadari lawannya ingin lari, namun terlambat, tubuh siluman itu telah dibalut kabut hitam berikut sepeda motornya, begitu kabut itu lenyap sosok siluman bersama sepeda motornya juga ikut tak terlihat.

Pramudya atur jalan darahnya yang tadi kacau, setelah tenang dia pun berpikir apa harus terus mengejar atau kembali ke rumah Ridho.

"Terlalu bahaya jika aku mengejarnya, siapa tau dia menuju markas dimana bersarang para siluman yang lain" Pramudya berkata seorang diri.

FALLEN ANGEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang