Pramudya POV
"Hahahaha" Peri serba putih ini tertawa terpingkal-pingkal saat melihat remaja pria itu tunggang langgang lari keluar kamar dalam keadaan bugil. Bahkan masih didengarnya suara kedua orang tuanya itu kaget dan mengomel memaki karena kebugilan sang anak. Berikut suara tamparan yang keras.
"Bego, bodoh!" celetuk Pramudya yang masih tak dapat menahan geli.
"Eh tapi? Ada apa ini? Kenapa aku bisa mendengar suara manusia di luar cermin? Selama ini aku tak bisa mendengar, cuma bisa melihat? Apa jangan-jangan masa hukumanku akan segera berakhir?" Menduga sampai kesana, Pramudya menjadi senang sekali.
"Eh tapi rasanya belum ada 600 tahun aku dihukum?" Kembali Pramudya tersadar akan lamanya hukuman itu.
Namun secercah harapan muncul dihatinya.
"Anak itu bisa mendengarku, aku juga bisa mendengarnya, itu artinya aku tak lagi sepi sendirian. Ada teman buat mengobrol, mudah-mudah kami bisa berteman"
***Ridho POV
Makan malam telah selesai, Ridho cepat-cepat kembali masuk ke kamar walau hatinya masih takut. Namun rasa malunya pada sang ayah dan ibu akibat kejadian gokil tadi sore membuatnya lebih takut lagi berlama-lama bersama sang ibu.
Dengan pelan-pelan bahkan mengendap-endap dia masuk ke dalam kamar. Dia edarkan pandangan ke segala arah, setelah dirasa cukup aman dia pun bersiap hempaskan pantat ke atas ranjang. Dia tak sadar kalau sesosok makhluk di dalam cermin memperhatikannya sedari tadi.
Namun baru saja pantat remaja itu menempel di atas ranjang, tiba-tiba.
"Duar!" Seseorang mengagetinya.
"Huaa setan!" Teriak Ridho keras, tubuhnya melompat terjatuh ke atas lantai. Diluar sana tergopoh-gopoh sang ibu dan ayah mendekatinya.
"Ada apa Dho?" Tanya sang ayah sembari mengetuk pintu kamar. Pintu itu sempat dikunci Ridho tadi.
"Jangan bilang ada hantu lagi ya?" Seru sang ibu pula.
"Ah enggak Bu, ini ada lipas tadi" kilah Ridho karena malu.
"Oh" ayahnya lega.
"Kamu ini, sudah besar masih saja takut sama kecoa. Bikin kaget saja!" Omel sang ibu, tak lama kemudian terdengar suara langkah menjauhi kamarnya. Ayah dan ibunya telah pergi.
Ridho kali ini tindih rasa takutnya, karena jengkel dia pun berbicara sendiri berharap suara aneh yang menghantui dan mengganggunya tadi sore mau menjawabnya.
"Kau siapa? Kenapa senang sekali menakutiku?" Tanyanya sedikit bergetar, bagaiamana pun masih ada bayang-bayang takut di wajahnya.
"Hahahah, aku adalah Hantu Kepala Jamur" terdengar satu suara menyahuti.
Karuan saja dahi Ridho mengernyit karena mendengar nama aneh itu.
"Baru kali ini ada Hantu Kepala Jamur?" Ucapnya pelan, nyaris tak terdengar."Ada, yaitu aku!" Kembali suara itu menyahut.
"Hah? Kau masih bisa dengar juga?" Tanya Ridho gemetaran.
"Tentu, hantu bisa mendengar apa saja" jawab suara aneh itu.
"Kenapa? Kenapa kau menghantui dan menggangguku?" Tanya Ridho lagi.
"Karena kau berani-beraninya telanjang di depanku! Apa kau tak punya malu Kepala Brokoli?" Pramudya menjawab sembari menahan geli, dia memanggil Ridho Kepala Brokoli karena rambut bocah itu yang pendek keriting.
"Mana ku tau kalau kau ada disini? Dan satu lagi aku tidak suka dipanggil kepala brokoli!" Sahut Ridho tak terima dibilang kepala brokoli. Rasa takutnya perlahan-lahan mengendur.
"Rambutmu kriwil seperti brokoli, beda warna saja" sahut sosok yang mengaku Hantu Kepala Jamur yang tak lain adalah Pramudya.
"Heh Hantu Kepala Jamur! Rambutku ini eksotis, kau sendiri bernama Hantu Kepala Jamur, pasti kau jelek seperti jamur busuk!" Maki Ridho marah.
"Hus enak saja, Aku ini adalah hantu tertampan di jagat raya. Aku diberi nama Hantu Kepala Jamur karena tugasku menakuti anak-anak yang suka pamer jamur berwujud titid di depan cermin!" Lalu suara itu keluarkan suara tawa angker seperti suara genderuwo.
Mendengar suara tawa itu menggigil lah Ridho.
"Ampun mbah, bukan maksudku telanjang di depan kaca. Aku tadi baru selesai mandi""Mbah, Mbah! kapan aku kawin sama nenekmu? Aku masih muda tau? Aku tak mau tau, sekarang bersiaplah! Akan ku tarik kepala jamur burikmu itu sampai putus!" Suara hantu itu kembali bergema diliang telinga Ridho.
"Argghhh jangan!" Seketika kedua tangan Ridho menutupi selangkangannya. Lalu kembali remaja itu tunggang langgang keluar kamar.
"Hahahaha" Pramudya terpingkal-pingkal sampai terguling-guling di dalam cermin, sumpah sudah lama dia tak tertawa seriang ini.
"Sudah lama tak mengusili orang seperti ini" ucapnya sendiri sambil tersenyum-senyum geli.
"Lagian siapa juga yang mau menarik otong burik milik anak manusia itu. Kecil, jelek, semak pula. Pasti ada kutunya, hiii" Pramudya kembali menahan geli. Kembali dia menoleh pada batas cermin.
"Hmmm masih kosong, dia belum kembali ke kamar rupanya! Ya ampun, Cemen sekali. Baru ditakuti sedikit sudah tak punya nyali" Pramudya bangkit berdiri, memandangi ke luar cermin berharap anak manusia itu masuk ke kamar kembali. Namun yang ditunggunya tak kunjung datang.
"Sial, bodohnya! Kenapa aku menakutinya tadi, sekarang tak ada lagi temanku mengobrol. Padahal aku mau berkenalan, siapa tau dia punya cara untuk mengeluarkan ku dari cermin terkutuk ini" ucap Pramudya, diam-diam dia menyesal.
***Ternyata esoknya anak itu juga tak kunjung kembali ke kamar itu lagi, lalu kemana Ridho pergi? Ternyata sejak kejadian itu Ridho terserang demam panas, agaknya dia sakit karena masih shock secara psikologi yang mempengaruhi mentalnya.
Hal itu pula yang membuatnya harus menunda datang ke sekolah baru.
***Pagi itu dari dalam cermin Pramudya mendengar suara pintu kamar terkuak.
"Dia kembali" ucapnya girang, segera dia berlari menuju batas cermin, namun sialnya yang masuk ternyata bukan anak itu, melainkan ibunya.
"Huh, masa sih kamar ini ada hantunya?" Ucap sang ibu sendirian, perempuan itu pandangi ruangan kamar itu, dia juga pandangi cermin meja hias yang antik itu, namun tak punya firasat apa-apa. Perempuan itu tak tau bahwa di balik cermin itu ada sepasang mata kelabu yang tengah menatap setiap gerak-geriknya.
"Sepertinya aman dan bersih, bukannya hantu suka tempat yang kotor?" Kembali perempuan itu berbicara sendirian.
"Tapi sudahlah, gara-gara kamar ini Ridho sampai sakit, memang sebaiknya dia pindah kamar saja ke belakang, paling tidak tunggu sampai dia sehat dulu" Sang Ibu sudahi berkata-kata sendirinya, dia mengambil selimut dan bantal dari kamar itu lalu keluar, tak lama kemudian dia kembali lagi untuk mengambil pakaian anaknya.
***"Jadi dia sakit?" Gumam Pramudya dari dalam cermin.
"Sial bodohnya aku. Tapi masa iya hanya gara-gara itu saja dia bisa sampai sakit" Pramudya merutuki kebodohannya sendiri.
"Bodoh kau Mudya, kalau dia sakit dan mati terus siapa lagi yang bisa kau ajak bicara? Siapa lagi yang bisa kau jahili? Siapa lagi yang bisa jadi bahan tertawaanmu?" Karena kesal dan menyesal Pramudya kembali gedor-gedor kaca yang memenjaranya itu.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
FALLEN ANGEL
FantasySeorang peri berjenis kelamin pria harus mendapatkan hukuman berat akibat kesalahan fatal. Dia disegel kedalam sebuah cermin dan di campakkan ke dunia manusia, setelah ratusan tahun tersegel di dalam cermin tiba-tiba saja tanpa sengaja Ridho Syuhada...