Shopping

132 12 1
                                    

"Kau suka yang mana?" Tanya Ridho dengan suara pelan pada Pramudya yang ada rapat di sebelahnya, takut di dengar oleh pengunjung toko yang lain, secara kan cuma dia yang bisa melihat Mumud. Bagaimanapun dia tak mau dicap aneh apalagi dibilang gila sama orang-orang.

"Hmmm itu" Pramudya menunjuk satu manekin yang dipasangi outfit kaos berwarna kuning gading di balut sebuah jaket kain berwarna putih, sedangkan celananya berwarna coklat gelap.

Ridho terkesiap, "Hei, tinggi juga selera mode si Mumud ini" batinnya dalam hati.

Ridho mendekati manekin yang dimaksud, melihat label harga, setelah di rasa cocok diapun meminta si Pramuniaga untuk membungkusnya.

"Tidak dicoba dulu dek?" Ucap si Mbak.

"Kenapa kak?" Tanya Ridho.

"Soalnya badanmu kecil, sedangkan pakaian itu ukurannya cukup besar, takutnya kedodoran" jelas si mbak toko.

Seketika senyum jahil Ridho muncul. "Lumayan, bisa lihat pisang Ambon lagi" gumamnya dalam hati.

Dia memberi isyarat pada Mumud untuk mengikutinya ke bilik coba.

Sampai di dalam Ridho cepat menutup pintu bilik yang hanya berupa tabir kain itu.

"Cobain nih!" Ucapnya sambil memberikan pakaian yang akan di beli.

Mumud tatap mata Ridho dengan lekat. Mau tak mau Ridho tergetar juga.

"Mampus aku, jangan-jangan dia mikir aku ketagihan lihat dia telanjang" kembali dia riuh di dalam hati.

Tapi akhirnya Mumud tersenyum juga, dia ambil pakaian itu. Mulutnya komat-kamit baca mantra, lalu wusss! Pakaian yang ada di tubuhnya lenyap entah kemana.

Ridho terperangah, tak menyangka bahwa Mumud akan semudah itu bertelanjang.

"Glek" ludahnya terasa berat buat di telan.
"Sumpah, dia benar-benar perfect, udah ganteng, tubuhnya seksi, berkontil besar dengan bulu menggoda, ya ampun, kalau saja aku tak malu sudah ku terkam dia" kata-kata itu memenuhi kepala Ridho.

"Heh brokoli! Segitunya lihat kelaminku" ledek Mumud, bahkan dia menggoda dengan meremas kelaminnya sendiri di depan Ridho.

"Oh eng..enggak. Cuma heran kenapa bisa sebesar itu" kilah Ridho malu karena kepergok memelototi kejantanan peri di hadapannya.

"Semua bangsa peri punya kelamin yang besar. Ini simbol keperkasaan lelaki peri" jawab Mumud, dia mulai memakai pakaian barunya, dan hasilnya? Perfect. Ridho kembali berdecak kagum, pakaian itu pas sempurna dengan tubuh Mumud, andai saja Mumud bisa dilihat oleh orang lain, mungkin orang-orang akan mengira dia adalah bintang film Hollywood yang nyasar ke kampung-kampung di Indonesia.

"Gimana? Keren kan?" Tanya Pramudya narsis sambil berpose layaknya model.

"Lumayan!" Jawab Ridho jual mahal.
"Udah buka lagi! Biar kita bayar"

"Kau ya! Senang sekali menyuruhku telanjang" protes Mumud, namun dia bergerak juga mempreteli pakaian barunya.

"Nanti kalau sudah di rumah baru dipakai" ucap Ridho. Kembali dia menahan nafas menyaksikan tubuh bugil di hadapannya. Pakaian itu telah lepas dan ada di tangan Ridho, sementara Mumud dengan menjentikkan jari telah mengenakan kembali pakaiannya semula. Keduanya keluar dari bilik ganti.

Wajah Ridho seketika berubah karena diluar bilik sudah ada seorang pria yang mengantri, dan memandanginya dengan aneh.

"Lho sendirian aja dek? Kok tadi kayaknya ngobrol sama orang di dalam?" Tanya Pria itu.

"Mampus aku" maki Ridho dalam hati. Dia cepat putar otak agar orang tak salah menduga.
"Sendirian kok Mas, oh tadi emang lagi ngobrol sama teman lewat handphone" jawab Ridho seketika. Untuk meyakinkan Ridho tunjukkan handphonenya pada si Pria.

Meski kebingungan dan tetap merasa aneh, pria itu mengangguk juga. Bahkan sosoknya telah bergerak masuk ke ruang coba.

Huh, Ridho menghembuskan nafas lega, berikutnya Ridho membeli sepasang sepatu dan celana dalam, semua buat Mumud. Dia sendiri tidak tau kenapa bisa sedermawan itu buat makhluk tak terlihat itu. Yang jelas dia merasa kalau duit hasil judi online nya Mumudlah yang paling berhak. Secara mereka menang kan karena kemampuan supranatural milik Mumud.
***

"Mud, apa kau tidak bisa membuat dirimu dapat dilihat orang lain selain aku?" Tanya Ridho di tengah perjalanan pulang mereka.

"Bisa, cuma untuk itu aku harus melakukan meditasi yang sangat panjang dan melelahkan di sebuah Puri di istana awan, Puri itu bernama Puri Batas Bumi Langit, terus ada satu cara lain, tapi aku tak akan mengatakannya karena sangat memalukan sekaligus hal terlarang bagi kami bangsa peri. Jika ketahuan kami akan kena hukuman teramat berat" jawab Pramudya.

"Oh begitu, aku cuma takut dikira gila karena ngobrol sendirian terus, kalau kau bisa dilihat nyata sama yang lain kan asik, kau juga bisa dapat banyak teman selain aku" ucap Ridho.

"Buat apa, kalau bukan karena hukuman aku juga ogah tinggal di dunia manusia, lagi pula aku lebih nyaman seperti ini, cukup cuma bisa dilihat olehmu"

"Tapi rasanya sedikit licik ya, kau bisa melihat kami, namun kami tak bisa melihatmu. Aku juga pengen punya kemampuan seperti itu. Apa kemampuan supranaturalmu tak dapat diajari ke manusia?"

"Tidak. Terkecuali kau menikah dengan bangsa peri"

"Selain itu?"

"Ada, kau harus minum air mani pria bangsa peri" jawab Pramudya.

Glekkk, Ridho bergidik, diam-diam dia melirik pada Pramudya yang duduk anteng di jok motornya lewat spion. Pramudya sadar kalau Ridho melihatnya, maka dia membentak.
"Apa lihat-lihat? Kau mau air maniku kah? Jangan harap, itu adalah inti sari kami, tak boleh sembarangan diberikan pada orang lain apalagi terhadap bangsa manusia!'

"Huekkk, siapa sudi air manimu! Menjijikkan!" Ucap Ridho jengkel, bisa-bisanya si Mumud punya pikiran senista itu pada dirinya. Ridho terdiam tak mau lagi berbicara. Ya iyalah ujung pembicaraan mereka malah jadi aneh dan saling meledek.

Saat tengah berkendara itu tiba-tiba mereka berpapasan dengan rombongan truk  besar yang mengangkut barang-barang yang aneh ditutupi tenda. Ada sebuah spanduk yang menempel di dinding gerobak truk.

"Pasar malam Angin Kelana" baca Ridho cukup kuat. Oh ternyata rombongan Pasar malam rupanya, pasti truk itu mengangkut wahana-wahana permainan khas pasar malam.

"Apa itu pasar malam?" Tanya Pramudya yang tak pernah mendengar istilah pasar malam.

"Sejenis tempat hiburan yang dipenuhi aneka wahana permainan dan juga lotre, biasanya hanya buka disaat malam" jawab Ridho.

Pramudya mengangguk walau tak mengerti, tiba-tiba dari dalam gerobak truk muncul satu sosok pemuda yang berdiri di belakang pintu gerobak, memandang tajam ke belakang, tepatnya ke arah motor yang dikendarai Ridho.

"Ampun Dewa! Gantengnya" ceplos Ridho tanpa sadar.

Sementara itu Pramudya seketika mendelik, degup jantungnya berdetak hebat, ada energi kekuatan dahsyat yang terpancar dari sosok pemuda di balik pintu gerobak truk itu.

"Kekuatan macam apa itu?" Batin Pramudya, cepat peri satu ini menghirup udara dalam-dalam untuk untuk lebih dapat merasakan pancaran energi si pemuda di dalam truk.

"Dia bukan siluman, tetapi manusia. Tapi kenapa memiliki energi supranatural yang kuat. Siapa dia?" Pramudya memandang tak berkesip terhadap pemuda itu.

Tampan, benar-benar tampan, rambutnya lurus jatuh sebahu, ditelinga kirinya tercantel anting yang justru menambah kesan jantannya. Tatapan matanya setajam elang, rahang kokoh, dada tegap dan bahu lebar. Benar-benar susunan tubuh yang sempurna.

Ridho dan Pramudya sama-sama terhipnotis melihatnya. Hingga akhirnya, brukk, tanpa sengaja mereka menabrak satu lubang yang cukup dalam hingga untuk sesaat motor mereka jadi oleng dan kacau, untung saja keduanya tidak terjatuh.

Melihat hal itu si pemuda diatas truk malah tersenyum aneh, sepasang matanya lekat menatap sosok Pramudya, kembali dada Pramudya berdegup aneh.

"Kenapa dia melihat kearah ku? Atau jangan-jangan dia juga bisa melihat keberadaanku? Sial, aku tak tahu siapa dia, aku penasaran!" Batin Pramudya dengan pandangan mata juga tak lepas dari buritan truk itu.
***

FALLEN ANGEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang