Ayam jago berkokok bersahutan pertanda fajar telah tiba, bersamaan dengan itu, Ridho juga telah terjaga dari tidurnya. Bahkan dengan cepat dia telah bangkit dari ranjang dan menuju toilet, tentu saja sang ibu yang sedang menyiapkan sarapan buat anak dan suaminya terkejut, biasanya Ridho paling susah dibangunin pagi, boro-boro buat sholat subuh, buat sarapan aja susahnya minta ampun. Setelah selesai dengan aktifitas pagi di kamar mandi, Ridhopun memakai seragam sekolah dan seusainya langsung menuju dapur untuk mengambil sepiring nasi goreng dan segelas susu coklat.
"Hei mau dibawa kemana?" Tanya Bu Mira saat anaknya membawa sarapannya menuju ruang depan rumahnya,
"Mau ke kamar depan Mak"
"Lho? Sudah tidak takut lagi?"
"Enggak, sekalian mau mengerjakan PR dulu, tadi malam lupa!" Bohong Ridho, padahal aslinya dia masih penasaran dan ingin mengobrol dengan teman kasat mata barunya yang dipanggilnya Mamad.
Ridho sampai ke kamar depan, segera dia menguncinya, bagaimanapun dia tak mau orang tuanya memergokinya ngobrol dengan cermin seperti orang gila. Setelah meletakkan piring sarapannya di atas meja rias dia pun mulai beraksi dengan mengetok cermin.
"Tok tok tok" jeruknya.
"Mud? Mumud? Sudah bangun?"
***Pramudya POV:
"Apa ini?" Pramudya mengusap bibirnya, karena sama seperti yang dialami oleh Ridho, diapun turut merasa seolah-olah mencium bibir sungguhan, bukan mencium permukaan kaca.
Anehnya lagi setelah ciuman itu terjadi, Pramudya merasakan kalau ada reaksi aneh di dalam dirinya. Darahnya berdesir, sedangkan aliran hawa murni alias tenaga dalam yang selama ini ikut terkurung kembali terbit dan menghangati sekitar pusarnya.
Sepasang matanya juga membelalak tatkala dilihatnya perubahan warna kulit kedua tangannya. Meski sekilas namun dia melihat warna kulit tangannya berubah normal putih kekuningan, meski sekejap kemudian kulit itu kembali berwarna putih layaknya penderita Albino.
"Tess" ada yang menetes dari liang hidungnya. Pramudya mengusap hidungnya, ada cairan merah mengalir, darah. Kembali Pramadya terbelalak, bukankah seharusnya karena kutukan Mustika Pelangi warna darahnya juga ikut berubah menjadi putih?
"Apa sebenarnya yang telah terjadi?" Pikir Pramudya kebingungan.
Namun dia sadar, niat awalnya dia berharap ciuman gila tadi bisa membebaskannya dari pasungan cermin tapi ternyata tidak.
"Sudahlah, cara itu juga gagal. Aku mengantuk sekali sekarang. kau juga tidurlah!"ucap Pramadya pasrah dan kecewa, keinginannya untuk bebas dari penjara kaca pupus sudah. Dia pun melesot jatuh terbaring diatas lantai serba putih.
***Kembali ke Ridho.
"Tok tok tok" suara ketukan itu disertai guncangan yang mau tak mau membuat Pramudya yang tengah terlelap terganggu hingga bangun dari tidurnya. Peri kulit albino inipun mengerjap sesaat mencoba mengumpulkan kesadarannya yang masih berserakan.
"Mumud? Kau masih tidur? Dasar hantu pemalas ayo bangun!" Ada suara diluar cermin, siapa lagi kalau bukan suaranya Ridho.
"Kau ini apaan? Aku masih mengantuk"
"Hei ayolah jangan malas begitu"
"Seandainya akupun tidak malas memangnya apa yang bisa ku lakukan di dalam cermin ini?" Jengkel Mudya bercampur sedih putus asa.
"Hei jangan sedih begitu! Aku akan cari cara untuk membebaskanmu" ucap Ridho disertai suara kecipak mulutnya yang tengah mengunyah nasi goreng.
"Cara apa? Kalau cara yang aneh seperti tadi malam, lebih baik tak usah" sewot Mudya, dia kembali teringat pada ciuman tak langsung tapi bisa saling menyentuh tadi malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
FALLEN ANGEL
काल्पनिकSeorang peri berjenis kelamin pria harus mendapatkan hukuman berat akibat kesalahan fatal. Dia disegel kedalam sebuah cermin dan di campakkan ke dunia manusia, setelah ratusan tahun tersegel di dalam cermin tiba-tiba saja tanpa sengaja Ridho Syuhada...