Sekolah Baru

232 20 0
                                    

"Woi bro dengar-dengar ada anak baru ya?" Pagi itu kelas sebelas IPA dihebohkan akan kabar kedatangan murid baru. Kabar itu tersebar cepat, terutama di kalangan para cewek.

"Cewek apa cowok?" Sahut seorang cewek dengan dandanan menor untuk ukuran anak sekolahan.

"Cowok" jawab seorang temannya.

"Ganteng gak ya?" Tanya Puspa antusias, cewek yang bertugas sebagai sekretaris kelas.

"Ganteng apanya? Rambutnya keriting seperti jembut" sahut seorang  cowok yang baru datang, dia sempat mendengar topik pembicaraan teman-temannya. Dengan cuek bahkan angkuh cowok itu terus melangkah, wajahnya tampan tapi memancarkan aura kebrandalan. Dia tak lain adalah Bayu, anak Pak Kades.

"Hus, kalau ngomong dijaga" sewot Puspa.

"Fakta, aku udah pernah lihat anaknya. Kurus, hitam, kriting, hidup lagi. Anak dokter puskesmas yang baru" tambah Bayu lagi.

"Emangnya situ ganteng?" Sindir Puspa tajam. Puspa dan Bayu memang terkenal bersaing di kelas, secara prestasi akademik memang Puspa unggul dari Bayu, karena Puspa termasuk siswi teladan, beda dengan Bayu, kendati otaknya juga encer tapi kelakuannya terkenal badung, tukang bully. Kalaupun ada yang bisa dibanggakan darinya di sekolah ialah, dia adalah bintangnya olahraga sekolah. Sudah banyak piala yang disumbangkan nya buat sekolah lewat prestasinya di cabang Bulutangkis.

"Oh jelas, kalau tak ganteng mana mungkin kakakmu mengejar mengemis-ngemis cintaku" ucap Bayu tak kalah panas. Memang bukan rahasia lagi, kalau Kak Devi, saudara kandung Puspa yang sekarang kelas 12 mengejar-ngejar Bayu.
***

Bel telah berbunyi dan seluruh sisiwa juga telah selesai melakukan apel pagi, suasana kelas 11 IPA 2, menjadi hening karena didepan kelas Pak Romo berdiri bersama seorang siswa baru seorang cowok yang tak lain adalah Ridho. Kulitnya memang kecoklatan, rambutnya juga keriting pendek. Tubuhnya juga cukup kurus namun bukan berarti dia itu jelek karena kalau dipandangi perawaknnya manis dan enak dilihat.

"Kenalkan namaku Ridho Syuhada. Umur 16, saya pindahan dari Tebing Tinggi karena ikut ayah yang pindah tugas ke kampung ini" Ridho berucap dengan suara sedang, wajahnya sedikit masih pucat karena baru sembuh dari demam panas yang melandanya.

"Nah kalau tidak ada lagi pertanyaan, Ridho silahkan duduk di sebelah sana" Pak Romo menunjuk pada kursi paling belakang yang memang masih kosong tak berpenghuni, jumlah siswa di kelas ini ada 30 orang, ditambah Ridho maka jadi 31, tak heran kalau Ridho harus duduk sendirian.

"Terima kasih pak" ucap Ridho sopan, dengan langkah ringan dia melangkah menuju kursinya, saat itulah dia baru sadar kalau dia sekelas dengan Bayu, anak pak Kades yang pertama kali dilihatnya ketika baru pindah ke kampung ini. Ternyata dia satu barisan meja dengan Bayu, Dan mejanya sendiri berjarak dua meja dari mejanya Bayu.

"Brukk" seseorang memalangkan kakinya ke kaki Ridho, hingga hampir saja Ridho terjatuh kalau saja dia tak cepat-cepat berpegangan pada sebuah meja. Terdengar suara satu kelas mentertawakannya,wajah Ridho yang pucat mendadak merah dan panas mencoba menahan malu dan marah, dia memandang pada sosok Bayu yang barusan menjegalnya. Yang dipandangi berlaga cuek dan pura-pura tak tahu.

"Sabar Dho, sabar" suara hatinya menenangkan gejolak marahnya. Ridho menghembuskan nafas panjang mencoba berlapang dada, lalu dia lanjutkan langkah menuju mejanya.

Pak Romo bukan tak tau apa yang terjadi, namun dia cenderung cuek atau mungkin segan akan sosok Bayu. Pak Romo hanya berkata seadanya saja buat menenangkan muridnya.

"Di rumah ada hantu jahil, di sekolah ada yang lebih parah lagi. Kalau hantu dirumah hanya sekedar menakuti, tapi yang disini mungkin lebih dari sekedar menakuti" Batin Ridho sembari menatap pada punggung Bayu yang berada dua meja di depannya. Saat itulah tiba-tiba Bayu berputar ke belakang hingga mereka kini saling melihat.

FALLEN ANGEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang