Bab 11

282 31 0
                                    

Assalamu'alaikum

Gimana kabar hari ini?

Tanpa basa basi ya...

Happy reading
°
°
°

Happy reading°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Pah.”

Zain yang sedang sibuk di kursi kerjanya menaikkan alisnya bingung melihat putra semata wayangnya memakai pakaian kasual dengan membawa map cokelat di tangan kanannya. Melangkah layaknya seorang raja, penuh karisma.

“Aku harus pergi ke alamat ini.” Menyerahkan map yang berisi beberapa lembar kertas bertinta hitam/merah.

Zain membaca dengan saksama setiap abjad yang membentuk sebuah kata menjadi kalimat. Setiap deret Zain baca dengan kening mengerut hingga di pertengahan baris ia membelalakkan kepalanya.

“Dari mana kamu mendapatkan informasi ini?” tanyanya.

“Tangan kananku,” jawabnya singkat.

“dan kumohon jangan sampai ada yang tahu terutama Mama,” tekannya pada Zain.

Zain mendengus sebal mendengar perkataan Arsakha. Hei, dia ini Ayahnya. Orang yang berjasa, karena telah menyumbangkan pupuk untuk membuat Arsa tumbuh. Apa ia pantas berbicara seperti itu dengannya? Tetapi, melihat tingkah Arsa sekarang seperti melihat ia waktu muda dulu.

Benar kata pepatah ‘Buah tak jatuh jauh dari pohonnya’. Sekarang ia menyalahkan dirinya sendiri telah bersikap seperti ini.

“Kabari Papa jika ada kendala.” Arsa hanya menganggukkan kepalanya dan pergi begitu saja tanpa pamit.

“Anak setan,” umpatnya.

*****
"Kak Avan." Adel dengan tak malunya menggandeng tangan Cavan.

"Kenapa?" Cavan menghadap Adel dengan ekspresi yang kentara.

"Aku ke kantin dulu sama Via boleh?" tanyanya.

"Hm, hati-hati."

Adel tersenyum senang, "ayo Pia." Dia menarik lengan Via dan menuju ke kantin.

*****
Kantin yang hanya terdiri dari lima penjual kini telah diserbu pembeli. Tak terkecuali Adel dan Via. Karena lambung mereka telah berteriak minta diisi kembali.

Di sepanjang tapak kaki melangkah banyak yang memandang mereka. Terutama Adelicia Adeeva. Karena dia selalu dekat dengan Ketua Seirios. Cavan Ravindra.

“Sumpah ya Del fans Cavan natap lo kek mau nerkam.”

“Biarin aja deh.”

Cavan RavindraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang