Bab 19

74 3 0
                                    

Hai, aku kembali lagi...

Masih ada yang kangen nggak sama cerita ini? Jangan lupa tinggalkan jejak ya...

Setelah 1 tahun lebih aku hiatus karena beberapa faktor, akhirnya aku bisa up lagi cerita ini.

Aku mohon maaf banget karena ngegantungin cerita ini. Aku bakal kasih tahu kenapa cerita ini hiatus lama...

Happy reading
°
°
°

"Ketua!" panggil salah satu anak buah kepada sang ketua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ketua!" panggil salah satu anak buah kepada sang ketua.

"Hm."

Warna putih mendominasi di wilayah mereka. Tepatnya dia berada di rumah sakit lain setelah tragedi tawuran mendadak di rumah sakit lamanya. Selama satu hari satu malam dia terus mencoba untuk menggali informasi tentang adiknya-Adelicia, namun hanya operator HP yang menjawab. Dia kehilangan informasi mengenai keluarganya yang berada di Jakarta.

"Kita harus memindahkan perempuan itu ke rumah sakit lain, Ketua." Dia menjelaskan kondisi perempuan yang telah diketahui bernama Kania Oktaviani. Perempuan yang memiliki masalah dengan Arshaka sewaktu berada di kantor polisi.

Dia menjelaskan berbagai kekurangan di rumah sakit ini. Dari peralatan yang kurang memadai hingga keadaan gadis tersebut. Bisa dikatakan Kania saat ini dalam keadaan kritis. Kekurangan darah, nutrisi, hingga ke kerusakan mental. Entah dia akan bangun atau tidak. Yang pasti Arshaka harus bisa membuat gadis tersebut bangun kembali.

"Bagaimana dengan keadaan di Jakarta?"

"Maaf Ketua, kami harus menyampaikan kabar buruk. Bahwa ketua Cavan saat ini berada di rumah sakit dengan kondisi dibilang buruk." Penjelasan singkat yang mampu membuat Arshaka memandang langit-langit rumah sakit.

"Dunia memang rumit."

***
Seluruh dokter yang menangani Cavan, berlarian kesana kemari. Melihat kondisinya yang drop membuat Adelicia lemas tak berdaya. Belvia Nadhifa yang baru saja selesai dari acara ikut kaget melihat Cia yang berada di ruangan ICU. Bukan lagi di ruang rawat yang kemarin ia kunjungi.

"Pia, Cavan-" Adel yang melihat Belvia menuju kemari, langsung saja ia berhambur kepelukan sahabatnya. Tangisannya yang ia tahan tak lagi dapat dibendung. Tak berselang lama disusul anak-anak Seirios yang juga mendapat kabar bahwa ketua mereka kembali kritis. Mereka termangu. Langkah yang semula tergesa-gesa menjadi semakin pelan melihat Queen of Seirios menangis begitu pilu dipelukan temannya.

"Bagaimana keadaan Cavan, Dokter?" Mereka bertanya kepada dokter yang menangani Cavan.

Cukup terkejut dengan pertanyaan mereka yang hamper serempak. Namun, segera saja dokter tersebut menjelaskan kondisi Cavan bahwa dia telah melawati masa kritisnya dan akan siuman. Semua orang bernafas lega, mendengar berita tersebut.

Cavan RavindraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang