Happy reading all, jangan lupa vote dan comment nya, terutama kalau ada typo. Thank you...
***
"Karmila...,"
Nafas Dipta masih terengah karena harus berlari dari parkiran apartemen ke lift agar dia bisa segera sampai di unit miliknya. Dipta tidak bisa membayangkan se kacau apa pemandangan di depan pintu unit apartemennya nanti. Yang jelas dia lupa kalau hari ini beberapa perlengkapan yang dia beli akan diantar, dan di apartemennya sama sekali tidak ada orang.
Dipta memang sengaja tidak mempekerjakan asisten rumah tangga yang tinggal di apartemennya agar dia lebih bisa menjaga privasi. Sebagai gantinya akan ada yang datang seminggu dua kali untuk membersihkan tempat tinggalnya.
Selepas makan siang bersama dengan tim nya, Dipta bergegas pulang secepat yang dia bisa, sebelum semua barang-barangnya dipindahkan oleh pihak pengelola apartemennya karena mengganggu akses penghuni lain.
Dan sekarang, baru dua langkah menginjakkan kakinya di lantai dua puluh satu, Dipta kembali dikejutkan dengan kehadiran perempuan cantik yang sibuk mengangkat kopernya untuk menghindari barang-barang Dipta yang berserakan. Perempuan dari masa lalunya yang belasan tahun lalu menghilang tanpa kabar sebelum dia sempat mengucapkan permintaan maaf.
Sudut bibir Dipta tertarik sedikit membentuk senyuman kecil yang tidak dapat terlihat dan diketahui oleh siapapun kecuali dirinya sendiri. Karmila ada di hadapannya. Perempuan jenius yang dulu selalu jadi bahan bercandaan dan tertawaan Dior dan kawan-kawannya. Sialnya lagi Dipta secara tidak langsung ambil andil di dalamnya.
Senyum kecil Dipta menghilang ketika mengingat semua yang dulu pernah mereka lakukan pada perempuan di hadapannya sekarang. Dipta dapat melihat keterkejutan di wajah Mila, namun Mila bisa mengatasinya dengan begitu baik. Karmila selalu jadi yang paling ahli kalau masalah mengendalikan emosi.
"Pradipta..." Suara merdu Mila terdengar begitu lembut di telinga Dipta.
Dipta berjalan perlahan menghampiri Mila, mengikis jarak diantara mereka. Sementara Mila masih bergeming di tempatnya, diam tidak bergerak tapi juga tidak meghindar dari Dipta.
Tepat ketika Dipta berada di depan Mila, dia memaksakan senyum terbaiknya untuk perempuan di hadapannya ini. Lima belas tahun berlalu dan harus Dipta akui kalau Mila banyak berubah. Jauh lebih dewasa dan menawan dari terakhir kali mereka bertemu. Tentu saja karena saat itu mereka hanya anak sekolah.
Mila yang ada di depannya bukan lagi Karmila sederhana seperti dulu. Memang tidak ada make uptebal yang menghiasi wajahnya. Hanya riasan sederhana yang sangat cocok menunjang rahang tegas seorang Karmila Haditama, menampilkan kesan menawan dan status sosial yang begitu kentara.
Rambut panjangnya tergerai indah. Tubuhnya dibalut dengan sweater berwarna abu-abu muda, celana hitam pekat, sepatu boats sebatas betis dengan hak yang lumayan tinggi, dan jangan lupakan coatsepanjang lutut berwarna burgandy yang sangat cocok di tubuh Mila. Kalau melirik dari koper yang teronggok di samping Mila, tampaknya perempuan itu baru berpergian dari luar negeri, atau malah baru mau berpergian.
"Jangan bilang kalau kita jadi tetangga sekarang." Dipta memulai pembicaraan lebih dulu. Matanya melirik pada pintu unit apartemennya, kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada Mila yang meskipun sudah menggunakan sepatu dengan hak tinggi tapi masih sebatas dagu Dipta.
"Kelihatannya begitu..." Jawaban yang singkat. Dipta tidak tahu saja kalau kepala Mila sekarang tidak bisa diajak bekerja sama sanking terkejutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Kita Tetangga (Completed)
RomanceKarmila ingin menenggelamkan dirinya ke dalam Samudra Atlantik, tenggelam dan mati membeku ketika tahu kalau tetangga baru di samping unit apartemennya adalah Pradipta. Ya, Pradipta yang lima belas tahun lalu menolak cintanya mentah-mentah dan mempe...