14. Melangkah Maju

2.5K 225 10
                                    

Hai semuanya, jangan lupa untuk mampir ke Karyakarsa aku yaa...

Kalian bisa cari aku di @itselle atau klik link di bio aku ya. Happy reading semuanya. Maaf masih telat-telat update nih.

Jangan lupa vote dan comment nya. Makasih.

***

Kemunculan Dior setelah sekian lama mereka tidak bertemu mampu membumbungkan emosi Yoga hingga ke puncak kepalanya. Ditambah lagi dengan Dior yang juga mengenal Mila membuat Yoga tidak habis pikir. Dunia terlalu sempit rasanya karena mereka bertemu dan mengenal orang yang sama.

Sanking kesalnya Yoga melihat Dior, dia sampai lupa dengan Mila. Dengan tidak berperasaannya dia menyeret-nyeret perempuan itu untuk menjauh dari Dior. Sekilas dia bisa melihat pergelangan tangan Mila yang kemerahan. Menyesal pun sudah terlanjur.

Belum lagi sikap tenang Mila yang seakan-akan tidak ingin menuntut penjelasan saat itu juga. Mila lebih memilih kembali ke pekerjaan mereka masing-masing sambil menenangkan diri. Bahkan setelah kembali ke kantor pun Yoga tidak menghubungi Mila sama sekali.

Dia malu dengan kelakuannya, tapi belum berani juga untuk minta maaf. Wirya Haditama jelas akan menghukumnya kalau sampai tahu dia sudah berani menyakiti putri semata wayangnya. Yoga memilih menyibukkan diri dengan pekerjaan hingga malam. Sampai akhirnya Mila dululah yang menghubunginya.

Bukan karena Yoga lupa, dia memang benar-benar tenggelam dalam pekerjaannya. Satu-satunya cara yang ampuh ketika dia sedang memiliki masalah, lari pada masalah yang ada dalam pekerjaan. Sungguh, setelah semua yang terjadi Mila hanya mengabarinya, bukan mencercanya dengan berbagai macam pertanyaan. Yoga akui Karmila adalah wanita dewasa yang bukan hanya dari segi usia belaka, tapi juga tingkat kematangan berpikir dan mentalnya.

Obrolan singkat tapi begitu berkesan bagi Yoga. Dimulai dari mengubah cara bicaranya supaya bisa lebih santai. Tentu saja Yoga akan mencobanya demi keberlangsungan hubungan mereka. Setelah beberapa kali melihat bagaimana Mila menghadapi sesuatu, Yoga jadi semakin yakin untuk mencoba dan membawa hubungan mereka ke tingkat yang lebih serius. Bukan sekedar perkenalan belaka.

Ya, dia ingin membuka hatinya. Sekali ini dia ingin berharap untuk bisa mulai membangun keluarganya sendiri. Dan Yoga ingin mempertaruhkan itu pada Mila. Putri tunggal konglomerat tempat dia bekerja. Perempuan yang Yoga kira manjanya setengah mati, banyak mau, dan banyak menuntut. Ternyata Mila mampu mengimbangi sikapnya yang cuek dan dingin itu.

Dua hari setelah pertemuan mereka dalam rangka mencari tempat yang tepat untuk bisnis baru Mila mereka tidak saling berkomunikasi lagi. Yoga kembali ke kesibukannya, terutama proyek yang akan segera dijalankan dan dipegangnya. Banyak hal yang harus dia persiapkan jadi dia belum sempat menghubungi wanita itu.

Bagaimana dia mau menghubungi Mila kalau pukul dua dini hari dia baru keluar dari kantor dan pagi harinya pukul setengah delapan sudah setor muka lagi ke kantor. Yoga hanya menjadikan apartemennya tempat tidur dan tempat mandi. Selebihnya hal lainnya dia lakukan di luar apartemen. Bahkan sarapan saja Yoga lakukan kala dia sambil berjalan dari tempat parkir ke ruang kerjanya. Miris sekali.

Yoga meregangkan tubuhnya yang kaku dengan gerakan-gerakan kecil di atas kursi kerjanya sampai pintu ruangannya diketuk beberapa kali, kemudian terbuka tanpa dia persilahkan. Mila, dengan blazer oranye dan celana kulot cream nya muncul di hadapannya sambil menenteng sesuatu.

Tanpa repot-repot dipersilahkan Mila sudah berjalan menghampiri Yoga. Dipisahkan dengan meja kerja, Mila duduk di hadapan kekasihnya sambil meletakkan bungkusan yang dia bawa di atas meja kerja Yoga. Alis Yoga sedikit terangkat, menunggu penjelasan Mila.

"Papi kayaknya benar-benar udah nggak mau kerja lagi kalau lihat kamu diperas habis-habisan begini. Kamu belum makan siang kan?" Yoga terkekeh kecil mendengarnya.

Ternyata Kita Tetangga (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang