22. Minta Restu

2.7K 243 23
                                    

Happy reading semuanya, jangan lupa vote dan commentnya....

Terima kasih....

***

"Jadi kamu datang ke kantor, ngajak Papi makan siang mau bicara apa?" Wirya menginterogasi dua orang di hadapannya setelah mereka memesan makanan. Mila sempat melirik Yoga sebelum akhirnya Yoga yang mengisyaratkan kalau dia yang akan buka suara.

"Saya dan Mila sudah memutuskan untuk melanjutkan hubungan kami ke tahap yang lebih serius, pernikahan..." Setelah Yoga menyelesaikan kalimatnya, Mila melirik Wirya memastikan reaksi papinya. Wirya hanya bergumam.

"Kapan mau menyiapkan pernikahan?" Tanggapan yang biasa saja dari Wirya membuat kening Mila mengernyit heran. Dia pikir Papinya akan jingkrak-jingkrak kegirangan, nyatanya biasa saja.

"Secepatnya setelah saya membawa Mila ke keluarga saya. Orang tua saya akan datang untuk meminta Mila secara resmi." Jawab Yoga. Wirya memperhatikan gerak-gerik Yoga dan Mila secara bergantian sebelum akhirnya menghela nafas.

"Kamu tidak bikin anak saya hamil duluan kan Ga?" Mata Mila nyaris keluar saat mendengarnya. Dia menatap Wirya dengan kesal.

"Jangan aneh-aneh Pi!" Ketus Mila.

"Bagaimana Papi tidak berpikir yang aneh-aneh kalau anak perempuan Papi kerjanya keluar masuk rumah lelaki? Pacaran lagi. Mana Papi tahu apa yang kalian lakukan di sana? Tidak perlu mengelak! Papi tahu kamu semalam di tempat Yoga kan?" Wirya tidak memberikan kesempatan pada Mila untuk membela dirinya.

"Papi menyuruh orang buat ngikutin aku?" Sebenarnya Mila tidak heran. Dia juga tahu kalau Papinya pasti memantau gerak-geriknya di luar sana. Hanya dia tidak menyangka kalau sampai malam pun dia masih diawasi seperti itu.

Kali ini keheningan yang menyapa mereka. Wirya tidak menjawab pertanyaan putrinya. Dia masih tetap menyetujui Yoga sebagai calon menantunya, dia hanya kesal dengan kelakuan dua anak itu.

"Kalian tentukan saja lah, Papi dan Mami pasti kasih restu. Tinggal bagaimana dari keluarga Yoga. Selebihnya Papi tidak mau ikut campur."

Mila mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali. Sudah? Hanya seperti itu saja? Segampang itu Wirya menyerahkan putri satu-satunya untuk menikah. Sebenarnya Mila bingung, apa sih yang membuat Papinya ini sampai takluk pada Yoga. Mila wanita, sebagai lawan jenis Yoga memang memikat. Tapi papinya?

Kedua lelaki itu sudah tenggelam dalam perbincangan bisnis mereka. Meninggalkan Mila yang malah seperti makan sendirian di sana. Dia sama sekali tidak tertarik membahas bisnis yang tidak dia senangi. Jadilah Mila menyantap makanannya dalam diam.

Setelah makan siang mereka selesai, Wirya harus pergi karena ada meeting dengan klien dari Jepang. Sementara Mila juga ada acara dengan desain interior yang direkomendasikan Yoga untuk merenovasi toko perhiasannya yang masih dalam proses.

Mereka kembali ke kesibukan mereka masing-masing. Malam harinya saat pulang kantor Yoga memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Dia sudah berada di depan pagar, tapi belum beranjak masuk. Yoga bingung harus membicarakan yang mana dulu. Rencana pernikahannya sekaligus rencananya untuk mengenalkan Mila, atau tentang kepulangan Dipta yang dia yakin kalau Ayahnya belum tahu.

Setelah sepuluh menit menimbang-nimbang, Yoga akhirnya turun. Dia memasuki halaman rumahnya karena memang pintu pagar belum terkunci. Beberapa kali dia mengetuk, ibunya muncul dengan raut wajah bahagia. Bagaimana tidak, dia yang jarang pulang tiba-tiba saja datang tanpa memberi tahu apa-apa.

"Mas? Tumben kesini nggak bilang-bilang sama Mama. Mas sudah makan? Mama nggak masak banyak. Kalau bilang sebelumnya Mama bisa masakin makanan kesukaan Mas.."  Liyana bertanya beruntun pada putra sulungnya itu.

Ternyata Kita Tetangga (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang