19. Rindu

2.7K 243 21
                                    

"Kebiasaan buruk lo yang paling gue benci!" Ethan memberikan tatapan tidak sukanya pada Mila. Bagaimana dia tidak kesal. Mereka sama-sama punya event di New York dan Mila sama sekali tidak memberitahukan apa-apa.

Sebenarnya Ethan tahu kalau Mila juga pasti akan ada di New York, hanya saja sahabat baiknya itu lebih susah dicari dari seorang Presiden. Beberapa kali dia meninggalkan pesan untuk Mila tapi menunggu balasannya saja sampai membuat Ethan lupa kalau dia pernah meninggalkan pesan untuk Mila.

"Jadi, karena lo sudah punya pacar, lo sampai lupa untuk membalas pesan gue? Demi apapun Mil, ini last day kita di New York, dan gue baru bisa ketemu lo sekarang." Gerutu Ethan lagi yang hanya dihadiahi dengan cengengesan Mila.

"So sorry, lo sibuk banget dan gue nggak mau ganggu konsentrasi lo. Nggak masalah lah ketemu sebentar, kan beberapa bulan lagi lo bakalan pulang ke Indonesia buat liburan. Lebih banyak waktu ketimbang ketemu waktu kita ada project kerjaan kan. Nggak bebas jadinya."

Ethan menatap Mila dengan intense, beberapa kali dia menelisik mencari informasi lebih lanjut dari Mila yang sejak mereka bertemu tidak menceritakan apa-apa, sama sekali.

"Jadi, nggak ada yang mau lo ceritain sama gue?" Tanya Ethan langsung. Bola mata Mila memutar malas. Dia tahu kemana arah pembicaraan Ethan setelah sebelumnya lelaki itu tahu niat papinya untuk mengenalkannya pada Yoga.

Mila sempat beberapa kali menceritakan tentang pertemuannya dengan Yoga. Hanya sebatas menyebutkan nama dan penjelasan singkat. Sekarang Mila yakin kalau Ethan pasti penasaran seperti apa lelaki yang masuk kualifikasi papinya.

"Yoga? Lo mau tahu banget dia seperti apa?"

"Come on Mil, siapa yang nggak mau tahu lelaki model apa yang sudah bisa mencuri hati seorang Karmila? Sumpah, dari sekian banyak deretan lelaki, lo malah kepincut sama yang dikenalin papi lo. Gimana otak gue nggak muncul tanda tanya besar?"

Mila terkekeh geli mendengarnya. Semudah itu Ethan mengatakan Yoga sudah berhasil mencuri hatinya. Apa wajahnya terlalu jelas menunjukkan kalau dia sedang jatuh hati? Rasa-rasanya Mila bersikap seperti biasa, belum ada perubahan yang mencolok.

"Ya seperti lelaki pada umumnya saja. Pekerja keras, cerdas...," Mila tampak berpikir sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya. "Apa lagi ya, sulit dijelaskan dengan kata-kata. Lagipula kita belum lama menjalin hubungan. Masih dalam tahap pengenalan. Kalau penasaran dengan Yoga cepat-cepat pulang ke Indonesia, nanti aku kenalkan..." Mila mengerling nakal pada Ethan yang ditanggapi dengan dengusan kecil dari lelaki itu.

Jangan salah paham, Ethan tidak cemburu. Sahabatnya itu memang beberapa kali secara gamblang mengutarakan niatnya untuk mengajak Mila menikah. Percayalah Ethan tidak serius. Dia hanya berusaha membantu Mila sekaligus dirinya sendiri karena menurut Ethan membangun rumah tangga dengan Mila bukan hal yang sulit.

Mereka sudah cukup lama mengenal satu dengan yang lain. Ethan tahu Mila seperti apa, begitu pula dengan Mila. Tidak sulit bagi mereka untuk tinggal satu atap. Daripada mendengar ocehan keluarga mereka tentang pernikahan sementara mereka sama sekali belum memiliki pendamping, ide konyol itu rasanya bisa menjadi jalan keluar bagi mereka. Tentu saja Mila terang-terangan menolak.

Dia masih waras untuk mengerti kalau pernikahan itu bukan permainan. Bukan juga harus dilakukan atas dasar keterpaksaan untuk menyenangkan pihak-pihak tertentu. Ini pernikahan, bukan sebuah bisnis. Jadi Mila tentu tidak akan terpengaruh dengan omongan orang lain.

"Lo tau gue malas pulang ke Indonesia..." Kata Ethan cuek. Mila menghela nafas memandang Ethan yang sudah mulai cemberut seperti anak kecil.

"Cuekin aja. Kita sudah terbiasa hidup lama disini kenapa harus ambil pusing dengan omongan orang lain? Tutup telinga lo dan dengarkan musik. Kalau mereka bilang lo nggak sopan, who cares? Mereka jauh lebih nggak sopan karena ikut campur tentang hidup orang lain."

Ternyata Kita Tetangga (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang