Cerita baru lagi dari aku. Happy reading semuanya...
***
"Aku suka sama kamu!" Ungkap Mila dengan tegas dan lugas. Matanya sama sekali tidak berkedip menatap lelaki di hadapannya sekarang. Senyum culas sedikit tersungging di bibir lelaki itu.
Mila harus mendongak agar bisa tetap menatap lelaki tersebut karena tingginya hanya sebatas dada lelaki itu saja. Harap-harap cemas, Mila menanti jawaban dari lelaki yang amat disukainya itu sejak pertama kali mereka bertemu di bangku sekolah menengah atas.
Pradipta, kakak tingkatnya yang kini menjadi teman sekelas Mila di tahun terakhir sekolah menengah atas berkat kecerdasan otak Mila yang memungkinnya naik dua tingkat dari seharusnya. Dan kali ini Mila tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan yang dia punya.
Mila masih menatap Dipta, berharap lelaki itu memberikan jawaban untuknya. Mila ingin tahu apakah Dipta juga memiliki perasaan yang sama untuknya atau tidak. Kalaupun tidak juga Mila tidak akan memaksa. Paling tidak dia tidak akan menyesal karena memendam perasaannya dalam-dalam ketika lulus nanti.
Dipta begitu menarik perhatian Mila sejak lelaki itu menolong dirinya yang terkunci di dalam toilet. Bukan terkunci, tapi dikunci lebih tepatnya oleh segerombolan anak-anak nakal yang menyebalkan.
Disaat Mila hampir lemas karena lelah berteriak minta tolong, Dipta tiba-tiba mendobrak pintu dan mengulurkan tangannya membantu Mila berdiri dan keluar dari sana. Dipta adalah definisi pangeran berkuda putihnya Mila.
Hari-hari selanjutnya dijalani Mila dengan banyak pertolongan dan kejahilan Dipta. Lelaki itu orang yang humoris, terkadang suka mengganggu Mila tapi mampu membuat Mila tersenyum. Boleh dibilang Dipta dengan kenakalannya malah mencerahkan hari Mila.
Jangan tanya seberapa sering Mila curi-curi pandang memperhatikan Dipta di sekolah. Saat di kantin, saat sedang main basket, bahkan saat Dipta hanya bengong dan melamun di pinggir lapangan juga jadi pemandangan yang menarik bagi Mila.
Kebetulannya lagi, Dipta selalu ada di saat Mila sedang dalam kesusahan. Entah mengapa lelaki itu selalu datang tepat waktu, menyelamatkan Mila dari kejahilan-kejahilan yang dibuat oleh anak-anak lain. Bagaimana Mila tidak menjatuhkan hatinya pada lelaki itu.
"Jangan karena gue suka nolongin lo terus lo jadi besar kepala. Gue kira lo pinter, beda dari yang lainnya. Nggak taunya sama aja. Ada begonya juga."
Wajah Mila kaku ketika mendengar perkataan Dipta. Untuk pertama kalinya dia mendengar Dipta bicara seperti itu. Mereka memang jarang bicara, hampir tidak pernah kalau tidak ada perlunya. Tapi kali ini kata-kata Dipta cukup menghantam Mila.
Otak cerdasnya bekerja lebih keras untuk mencerna semuanya. Dipta mungkin melihat Mila hanya sebatas kaget biasa, tapi sebenarnya Mila tengah berpikir keras harus melakukan apa.
Dipta membungkukkan sedikit tubuhnya, mencoba mensejajarkan pandangannya dengan Mila dan membuat jarak mereka sedikit lebih dekat. Mila yang masih diam sejak tadi mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali, berusaha memperoleh kesadarannya yang sejak tadi sudah menguap entah kemana.
"Gue jadi kasian sama lo. Ckckck..." Dipta menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Kemudian dia pergi meninggalkan Mila begitu saja. Mila hanya terdiam menatap punggung Dipta yang makin menjauh. Lelaki itu bahkan tidak mau repot-repot lagi menoleh ke belakang untuk melihatnya.
Sekuat tenaga Mila menggigit bibirnya, menahan air mata yang sebentar lagi akan tumpah. Dia sudah berjanji tidak akan marah ataupun sedih jika Dipta memang tidak membalas perasaannya. Tapi ini, lain lagi ceritanya.
Dia tidak menyangka kalau laki-laki yang dia anggap sebagai pangeran berkuda putihnya itu ternyata memiliki mulut sampah seperti tadi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Kita Tetangga (Completed)
RomanceKarmila ingin menenggelamkan dirinya ke dalam Samudra Atlantik, tenggelam dan mati membeku ketika tahu kalau tetangga baru di samping unit apartemennya adalah Pradipta. Ya, Pradipta yang lima belas tahun lalu menolak cintanya mentah-mentah dan mempe...