UL 08

951 93 3
                                    

Max mengemudikan mobilnya dengan kecepatan kencang.
Hingga tibalah mereka di depan asrama Nunew.

Zee yang sudah menunggu, segera menghampiri mobil Max dan segera membuka pintu mobil dan mengambil Nunew lalu mengendongnya.

Max pun menutup pintunya dan mengikuti Zee dan Nunew yang masih belum sadar.
Sesampainya di depan pintu kamar Nunew.

Max membantu Zee membuka pintu itu dan Zee masuk lalu berbalik pada Max.

"Sudah cukup sampai sini saja." ujar Zee dan menendang pelan pintu Nunew hingga tertutup di depan wajah Max.

Max menggelengkan kepalanya dan berjalan kembali ke mobilnya.

Sementara Zee meletakkan Nunew di atas tempat tidur dan menyelimutinya.
Zee menatap wajah Nunew yang tenang di depannya.

Zee duduk di kursi belajar Nunew sambil berpikir bagaimana Nunew bisa bersama Max dan mengapa Nunew lebih memilih bersama Max di bandingkan janji mereka yang akan bertemu untuk pergi bersama.

Tak lama kemudian Nunew tersadar dan Nunew pun mencium aroma mint.

"Phi Zee?" gumam Nunew yang masih memejamkan matanya.

"Hmm. Aku disini?" ujar Zee.

Nunew membuka matanya dan menatap pada Zee.
Tiba2 Nunew terbangun dan memeluk pinggang Zee.

"Ada apa sebenarnya, Nhu? Mengapa kau bisa bersama Max?" tanya Zee dengan wajah yang tampak curiga.

Nunew mendengar suara Zee yang berbeda dari pada biasanya.
Nunew pun melepaskan pelukkannya dan melihat pada Zee sambil mengernyitkan dahinya.

"Maksud Phi apa?" tanya Nunew.

"Mengapa kau lebih memilih bersama Max dibandingkan bersama denganku yang sudah jelas kau berjanji untuk bertemu?" ujar Zee dan menatap tajam pada Nunew.

"Apa Phi menyangka kalau aku lebih memilih Phi Max dibandingkan bersama Phi Zee?" tanya Nunew dan kembali mengeraskan rahangnya.

"Jika bukan, kenapa kau bisa bersama dengannya di saat aku menunggumu datang?" ujar Zee.

Nunew pun terduduk lalu berdiri.
Dan menunjuk pada pintu kamarnya.

"Keluar." ujar Nunew dengan sedikit bersuara keras.

Zee berdiri dan menatap Nunew yang tampak marah.

"Kau tidak mau menjelaskannya padaku?" ujar Zee.

"Untuk apa? Phi Zee sama saja dengan yang lainnya, hanya menggangap Nhu jelek dan tidak tahu malu. Apa penjelasan Nhu dapat membuat Phi mengerti? Tidak ada yang mengerti perasaan Nhu. Tidak ada.. Sekarang keluar." teriak Nunew dan membalikkan badannya dan kembali menangis.

Zee menghela nafas panjang dan berjalan keluar dari kamar Nunew.
Setelah Zee keluar terdengar suara kunci yang mengunci pintu di belakang Zee.

Zee akhirnya turun kebawah dan dia menemukan Max masih ada di sana.
Max yang melihat Zee datang segera menghampirinya.

"Apa dia baik2 saja?" tanya Max.

"Mengapa kau bisa bersamanya, Max?" tanya Zee.

Max menatap wajah Zee dan menghela nafasnya.

"Jangan bilang kau bertengkar dengan Nunew karena aku?" tanya Max sambil tersenyum pahit dan membalikkan badannya dengan kedua tangan di pinggangnya.

Max menatap lagi pada Zee.

"Nunew ditelp oleh ibunya karena aku datang ke rumahnya dan Nunew datang ke sana secepat dia bisa." ujar Max.

"Kau..." ujar Zee.

"Hey kau sudah menyetujui kalau kita bersaing mendapatkan dia. Dan aku tidak berbuat jahat pada dia." ujar Max.

"Ah lupakan. Dia bertengkar dengan ibunya. Aku juga baru tahu ada seorang ibu yang bisa berbuat begitu pada anaknya." ujar Max.

Zee teringat cerita James pada dirinya tentang orangtua Nunew.

"Aku memang menginginkan persetujuan orangtuanya Nunew, namun aku tidak menyangka kalau ibunya bisa memaksa Nunew dengan kata2 yang menyakitkan." ujar Max.

Zee terdiam terpaku mendengar penjelasan Max dan Zee pun berlari kembali ke kamar Nunew.
Max hanya terdiam dan melihat Zee yang berlari menjauh.

Zee tiba di depan pintu kamar Nunew.
Dengan rasa bersalah Zee memberanikan diri mengetuk pintu kamar Nunew.

"Nhu.. Nhu, tolong bukakan pintunya. Aku ingin meminta maaf padamu. Nhu.. Nhu.." teriak Zee namun tidak ada tanggapan dari dalam kamar.

Zee menundukkan kepalanya dan memundurkan badannya, berdiri dan menyandar pada tembok pagar lantai.

Sementara Nunew di dalam kamar terduduk di pinggir tempat tidur sambil menangis.

Nunew membereskan barang2nya dan memasukkannya pada tas besarnya.
Nunew tahu karena dia melawan orangtuanya maka orangtuanya mungkin akan memutuskan biaya untuk kuliahnya.

Kali ini Nunew sudah merasa sudah cukup hinaan2 dan sakit hati yang selalu dia rasakan.
Nunew memutuskan akan menutup hatinya untuk siapapun.
Nunew hanya akan menerima takdirnya sebagai seorang Omega kasta terendah di dalam pack mereka.
.

Keesokan harinya Zee menunggu Nunew di depan kamar Nunew dan James pun datang dan menunggu bersama Zee.

Tak lama Nunew pun keluar dan menundukkan kepalanya melihat Zee dan James.

"Nhu, kau baik2 saja?" tanya James sementara Zee menatap mata Nunew.

"Hmm." gumam Nunew sambil tersenyum.

"Nhu aku mendapatkan kabar kalau biaya kuliahmu di hentikan oleh orangtuamu. Apa yang terjadi, Nhu?" ujar James.

"Tidak ada. Tidak apa2, kalau begitu apa aku tidak perlu masuk kuliah hari ini?" ujar Nunew dengan wajah datar.

"Nhu. Aku sudah meminta pada orangtuaku untuk membantumu membiayai kuliahmu dan mereka setuju." ujar James pelan.

"Terima kasih, James, tapi sebaiknya tidak usah. Seorang omega sepertiku apakah pantas mendapatkan pendidikan yang tinggi? Kalau pada akhirnya aku hanya menjadi pembantu dan pemuas rut para alpha." ujar Nunew sambil tersenyum dan membuat James dan Zee terkejut.

"Apa yang kau katakan, Nhu? Bukan seperti itu seharusnya." ujar James.

"Tapi begitulah kenyataannya." ujar Nunew dan berjalan masuk kembali ke kamarnya dan menutup kembali pintunya.





TBC

Unbreakable Love (018) (ZeeNunew)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang