UL 15

871 70 4
                                    

Setelah pertemuan itu selesai Max dan James menghampiri Zee yang termenung dengan minuman di tangannya di balkon lantai atas.
Zee menatap langit dan meneteskan airmata.

"Zee." ujar Max pelan sambil berjalan menghampiri Zee.

Zee menengok sedikit ke belakang dan kembali menatap ke langit.
Max mendekati Zee dan memegang bahunya.

"Aku turut berduka." ujar Max dan Zee menghapus airmatanya dan tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

"Aku belum pernah membahagiakannya, Max. Dan aku sangat tidak berguna, aku tidak dapat melindunginya. Kau lebih hebat dariku James. Kau bisa melindunginya bertahun2 lamanya." ujar Zee dan membalikkan badannya dan menatap pada James.

"Apa kau mau memukulku? Kau mempercayakan Nunew padaku, namun kau malah kehilangan dia karena aku." ujar Zee.

"Phi Zee, aku tidak pernah menyalahkan Phi. Semua ini sudah takdir." ujar James.

"Takdir, takdir, persetan dengan takdir. Jika Nunew bukan takdirku, mungkin dia masih hidup, jika dia memang takdirku mengapa takdir itu mengambilnya kembali dariku." teriak Zee.

James dan Max menundukkan kepalanya merasakan keputus asaan yang di rasakan Zee.

Zee kembali membalikkan badannya dan memegang pagar pembatas lalu menundukkan kepalanya.

"Bangsa Vampire itu harus musnah di tanganku. Aku akan membalaskan dendamku apapun yang terjadi." ujar Zee yang menghabiskan minumannya dan masuk ke dalam kamar dan keluar dari pintu depan kamar.

Max dan James menyandarkan badan mereka ke pagar pembatas dan menghela nafas panjang.

"Kurasa kita sebagai teman, hanya bisa membantu dan melindungi dia." ujar Max pada James, dan James pun menganggukkan kepalanya.

Sementara Zee berjalan keluar kamar dan dikejutkan dengan kegaduhan di bawah.
Zee pun segera turun dan melihat apa yang terjadi.

"Mana anakku, biarkan aku melihat anakku." teriak Saint sambil menangis yang di peluk dan di tahan oleh Perth suaminya.

Max dan James yang baru saja keluar dari kamar Zee segera berlari ke bawah dan melihat apa yang terjadi.

"Biarkan aku melihat anakku." teriak Saint.

"Maaf nyonya tapi tuan muda melarang siapapun menemui jenasah Luna nya." ujar salah satu penjaga di sana.

"Luna? Tapi dia anakku." teriak Saint lagi.

"Kau sudah membuangnya. Bukankah bagus sekarang dia pergi? Hingga kau dan keluargamu tidak akan lagi merasa malu." teriak Zee.

Saint pun menghentikan tangisnya dan melihat pada Zee.

"Kau sudah kehilangan hakmu sebagai ibunya ketika kau dengan tega mengusirnya dari rumah dan membiarkan dia selalu dalam bahaya." teriak Zee lagi.

Saint menundukkan kepalanya sambil menangis kembali.

"Kau kira Nunew adalah sampah sehingga kau membuangnya dengan seenak hatimu. Apakah kau menyesal sekarang setelah tahu kalau sampah yang kau buang adalah sebuah berlian yang berharga? Aku yang menemukan dia, aku yang menyayangi dia dan aku yang mengambil dia dan menjadikannya milikku. Pergi kau dari sini." teriak Zee dan memalingkan wajahnya dari Saint dan Perth.

Namun tiba2 Saint terjatuh dan bersujud pada Zee, Perth yang melihat itu ikut bersujud dan merangkul bahu istrinya.

"Kumohon biarkan aku melihat dia sekali saja. Tidak ada sedikit pun maksud dalam hatiku untuk membuatnya mati. Aku mengaku salah, aku memang salah yang telah membuang darah dagingku sendiri. Maafkan aku." ujar Saint namun Zee tetap tidak bergeming.

"Aku berjanji, biarkan aku melihatnya sekali saja, dan setelahnya kau tidak akan melihatku lagi. Kumohon tuan muda." tangis Saint.

"Zee." ujar May yang tiba2 ada di sana dan memegang bahu anaknya.

"Biarkan dia melihat anaknya untuk terakhir kalinya, Mae dapat merasakan ketulusan hatinya, hati seorang ibu. Mae juga seorang ibu, semarah2nya, sebenci2nya seorang ibu pada anaknya pasti ada setitik rasa sayang dalam hatinya. Hmm?" ujar Mae.

Zee melihat pada May dan menatap matanya, lalu Zee melihat pada Saint yang bersujud sambil menangis.

Zee menggoyangkan tangannya dan berbalik berjalan menuju kamarnya dan masuk kedalamnya.

May menghampiri Saint dan merangkul bahunya agar berdiri dan memeluk Saint lalu tersenyum.

"Ayo kita lihat anakmu." ujar May, yang membuat Saint memeluk May dan menangis lebih kencang.

"Terima kasih, Luna." ujar Saint.

May pun membawa Saint ke kamar dokter dan membuka pintunya.

Saint masuk kedalam dan melihat seseorang di atas tempat tidur dengan kain putih menutupi seluruh badannya.

Perlahan Saint menghampiri sosok itu dan perlahan membuka kain putih yang menutupi wajahnya.

Saint menutup mulutnya dan menangis dengan menjerit ketika melihat wajah anaknya yang pucat dan dingin tertidur tak bernyawa di hadapannya.

"New... New.. Maafkan Mae, New. Maafkan Mae." teriak Saint dan memeluk dada Nunew yang sudah sedikit mengeras.
May pun mengelus2 punggung Saint.

Setelah sedikit menenang, Saint menyingkirkan surai yang sedikit menutupi dahi Nunew dan mencium dahinya sambil terisak.

"Maafkan Mae, sayang. Maafkan Mae. Mae sayang Nunew." ujar Saint dan kembali menempelkan bibirnya di dahi Nunew.







TBC

Unbreakable Love (018) (ZeeNunew)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang