12. Perasaan

5 1 0
                                    

"Semalam kemana?" tanya gracia singkat dengan wajah datar

"Aku nemenin kak kala ke suatu tempat" jawab janu tak lupa ia meminta maaf telah membuat khawatir gracia.

"Maaf ya?" janu memandang wajah datar gadis itu, lalu mengelus pelan pipi Gracia dengan ibu jarinya

"Gue gak suka lo cuekin gue, jangan gitu lagi" ucap gracia dengan wajah yang tidak datar lagi.

"Udah marahan nya ya? aku gak suka" ujar janu lalu membawa gadis itu ke dalam pelukan.

"Janu, kita sebenarnya apa?"

"Teman?"

"Gue suka sama lo" spontan gracia mengucapkan kalimat itu pada janu yang sedang mematung berusaha mencerna kalimat yang gracia lontarkan

"Jangan suka sama aku..." janu menatap tak percaya pada gracia, tatapannya tak bisa disiratkan oleh kata-kata

"Gak.. jangan gracia.. kamu pantas dapat lelaki yang lebih baik dari aku"

"Janu, gue gak tau kenapa bisa suka sama lo atau bisa dikatakan kalo gue udah cinta.." ujar gracia

"Aku juga cinta sama kamu, tapi kita beda gracia.. aku enggak mau nyakitin kamu"

"Justru gue milih lo karena gue yakin lo pasti yang terbaik bagi gue"

"Jangan terlalu berharap pada ku, gracia"

"Gue udah nganggap lo sebagai rumah gue, kan lo yang nyuruh kan? lo lupa?" Mata gracia memerah ia menahan nangis

"Maaf, aku juga cinta sama kamu jauh sebelum kamu dekat sama aku, tapi semakin aku dekat sama kamu, semakin susah untuk melepaskan dirimu nanti.."

"Melepaskan? emang lo mau kemana?"

"Ketemu bunda"

"Bunda lo tinggal di mana emangnya?" Gracia tak mengetahui jika janu tak mempunyai ibu, ia tak tahu tentang itu

"Suatu tempat yang sangat indah" jawab janu dengan tersenyum manis.

"Anggap aku hanya sebagai rumah ya? aku gak mau perasaan kita semakin bertambah" Janu mengambil tasnya lalu pamit pulang pada gracia yang mematung.

"Janu, ada sesuatu yang lo sembunyiin di belakang gue ya?..." lirihnya.

Mereka tau mereka saling mencintai, namun disatu sisi janu takut jika perasaannya pada gracia semakin bertambah, jika perasaan itu bertambah dia tak bisa mengikhlaskan gracia lalu pamit dengan penyakit yang perlahan memakannya hidup-hidup.




dengan langkah lemah ia berjalan menuju rumahnya dengan air mata yang sudah berjatuhan "Maaf..."


Goodbye JanuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang