Kakinya berjalan menyusuri rumah besar itu, rumah ayahnya. Ia telah sampai tepat didepan pintu rumah itu mengetuk pelan pintu didepannya.
Pintu itu terbuka perlahan menunjukkan seorang wanita yang ia yakini adalah istri ayahnya.
"Ada apa ya?" tanyanya dengan wajah bingung
"Apakah ayah ada di dalam?"
"Ayah? kamu anaknya mas bian?" wanita itu terkejut mengapa anak ini memperlihatkan wajahnya lagi didepan keluarga barunya
"Saya gak ada niatan untuk adu mulut, saya hanya ingin bertemu ayah" ucap kala berusaha menerobos wanita itu
"Mas bian gak ada dirumah"
"Saya gak percaya kalo tidak saya cek sendiri"
"Kamu ngelawan saya?!" emosi wanita itu memuncak
"Saya sudah bilang saya tidak ingin adu mulut." jawab kala dengan santai
"Pergi kamu! saya gak sudi ngelihat wajah kamu!" ucap wanita itu lalu menutup keras pintu sehingga menimbulkan bunyi yang sangat keras
Kala menutup matanya ia berusaha meredam amarahnya, ia ingin bertemu ayahnya.. memberitahukan jika janu berjuang mati-matian untuk hidup. Namun kala berpikir dua kali setelah kejadian tadi, mana mungkin ayahnya peduli kepadanya dan adeknya lagi.
"Bunda.. kala harus bagaimana?" gumamnya lirih
"Kala sudah melanggar janji bunda untuk menjaga janu dengan baik..."
---
Janu menaruh kepalanya diatas meja ia merasa kepalanya terasa sangat pusing tak lama pun ia tertidur dengan posisi seperti itu.
Gracia yang melihat janu tertidur duduk menghampiri lelaki itu dan mengelus pelan rambut janu dengan seluruh cinta dan kasih sayangnya, ia tau janu mungkin berada di titik terendahnya, ia sangat tau jika lelaki di depannya ini tak suka ketika ia sendirian.
Gracia tau ada sesuatu yang sangat rahasia dibalik wajah janu yang selalu tersenyum, ia ingin mengetahui itu sebelum terlambat.. ia takut melihat perubahan dari lelaki yang merubah sebagian dari hidupnya menjadi lebih baik, gracia ingin berterimakasih kepada janu karena janu telah mengajarkannya banyak hal, dan juga ada disaat ia terpuruk dan juga membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah, tubuh janu selalu siap untuk mendekapnya ketika ia sedang bersedih, gracia suka bagaimana janu memperlakukannya dengan sangat baik, ia suka ketika lelaki itu membuat beban yang ia pikul menjadi ringan disaat janu mengeluarkan suaranya yang menenangkan.
Janu terbangun, membuka matanya perlahan alangkah terkejutnya ketika disebelahnya ada seorang gracia yang sedang menangis.
"Kamu kenapa??" tanyanya langsung mendekap tubuh gracia dengan mengelus pelan bahu gracia
"K.. kamu sakit?" Janu melepas pelukan itu lalu memasang wajah panik ia bingung harus menjelaskan apa pada gadis itu
"Ini apa?" tanyanya dengan tangan kanan yang menggengam erat kertas dari rumah sakit laksmana.
"Kita setuju kan kalo kita harus ada satu sama lain kan, tapi apa? kamu bahkan gak ngasih tau aku kalo kamu sakit parah!" Air mata gracia pecah didepan janu yang tak bisa berkata kata, bibirnya kelu.
Darimana gracia mendapatkan kertas itu?
Kertas itu terselip di buku tulis janu, gracia baru menyadari ketika ia menyusun buku janu yang terlihat berantakan diatas meja.
"Maaf..."
Gracia tak habis pikir apa alasan janu bersembunyi darinya tentang penyakitnya itu.
"Aku gak mau kamu khawatir" Seolah menjawab apa yang ada di batin gracia
"Coba kamu bilang dari awal, janu.."
"Aku takut kehilangan kamu, cukup arkan dan orang tua aku yang ninggalin aku, kamu jangan..."
Tidak ada kata lain selain maaf yang janu lontarkan dari mulutnya
Didalam surat itu bertuliskan mengenai penyakit yang diidap janu dan juga kapan pelaksanaaan kemoterapi.
"Jadi itu alasan kamu nolak perasaan kamu sendiri?" tanyanya dengan wajah sembab
"Aku gak ada harapan lagi, i'm dying.." lirih janu
"Gak, kamu pasti sembuh."
"Mungkin tuhan punya rencana yang lebih baik untuk kamu." lanjutnya menggenggam erat tangan janu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Janu
Teen Fiction"Selain aku dan kamu beda agama, kita juga beda.. kamu sempurna sedangkan aku penyakitan." . . . "Selamat tidur janu.. tidur yang nyenyak ya?" -Kalana Jevania . . . "Anggap aku rumah untuk mu berpulang ya? disaat kamu lelah dan merasa sendiri.. kemb...