05. Sesak

3 1 0
                                    

"janu hari ini pulang sendiri ya?"

Satu pesan dari kala berbunyi, janu segera membuka pesan itu dan membalasnya

"Kak kala lembur lagi?"

"Iya dek, jangan lupa kunci pintu rumah ya? pintunya jangan dibuka kalo janu gak kenal orang nya, oke?"

"Oke kak kala, kak kala semangat ya kerjanya" janu mengetik pesan itu dengan senyum

"Iya janu, pasti" jawab kala

Janu menaruh benda pipih itu di meja dan ia menaruh kepalanya yang terasa pusing di atas meja tak sadar ia pun tertidur

"Woi janu bangun anjir, ini pelajaran pak samsul" ucap gara teman sebangku janu sambil menepuk bahu janu

Janu pun terbangun dari tidurnya lalu memperhatikan pak samsul mengajar

Bel pulang berbunyi para siswa siswi berhamburan keluar dari kelas masing-masing

Janu merasa ada yang tidak benar pada dirinya dan ia terus mencoba mengingat apa yang ia lupakan, ia mengambil tasnya lalu berjalan menuju rumahnya

Sesampainya janu dirumah ia merebahkan tubuhnya sejenak ia berharap agar pusing pada kepalanya hilang.

15 menit ia berusaha menutup matanya namun mengapa ia merasa sesak?

"K..kak k-ala" ia berusaha mengambil ponselnya yang terletak diatas meja belajarnya

Ia mengetuk pelan tanda ponsel pada kontak kala

"Iya janu, ada apa?"

"K-kak s-sakit"

"Kamu kenapa dek?!" tanya kala dengan nada khawatir

"S-sesak kak"

"Tunggu ya kakak segera kesana"

Kala mematikan panggilan secara sepihak lalu bergegas menuju rumah.

Kala menangis seketika disaat ia melihat tubuh adeknya berada di lantai dengan keadaan tak sadarkan diri

Dia memapah tubuh jangkung adeknya menuju rumah sakit terdekat, tubuh adeknya tak terasa berat lagi baginya, ia memapah tubuh itu dengan susah payah.. dia tak butuh bantuan siapapun dia hanya butuh bantuan tuhan untuk menyembuhkan adek semata wayangnya itu, air mata kala terjatuh.. dia tak bisa membendung air mata nya, dia sangat takut kehilangan janu.

“Tolong.. adek saya..” sesampainya dirumah sakit ia menaruh tubuh janu pada kasur rumah sakit.

Kala tak memikirkan apakah badannya terasa letih atau tidak, pikirannya hanya tertuju pada satu hal yaitu, janu adek kesayangannya.

Pintu terbuka menandakan dokter sudah memeriksa janu, “Adek kamu ada penyakit jantung dari lama?” tanya dokter itu

“Kankernya sudah parah, kerusakan pada jantungnya mungkin akan semakin parah”

“Tidak bisa didonorkan dok? Saya mau kok jantung saya untuk adek saya”

“Akan sedikit berisiko untuk kondisi kamu nanti, dan juga kita juga berusaha untuk mencari jantung buat adek kamu” ujar dokter itu menjelaskan pada kala

“Berapa lama dok? Dan berapa biaya operasinya nanti?” tanya nya

“Saya tidak tau berapa lama saya akan usahakan secepat mungkin, untuk biaya mungkin sangat mahal hingga sampai miliyaran”

Kala tersadar ia rela jika jantungnya ini diberikan untuk janu, tapi masalahnya ada di biaya operasinya, bagaimana ia mendapatkan uang sebanyak itu?

Goodbye JanuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang