07

381 53 0
                                    

"loh kal, kenapa kenapa?" Panik Marko, Haikal hanya menggeleng lalu meremas dada nya, keringat mulai keluar dari tepi tepi dahi Haikal
"Si anjing" geram Marko
"LO KENAPA BANGSAT, NGOMONG BURU!" bentak Marko
"Markhh. . ., Boleh minta tolong ambilin obat aku di tas?" ujar Haikal sambil nafas nya tersegat segat, tanpa ba bi Bu Marko berlari ke ruang tamu dan mencari obat yang di maksud, Marko melihat begitu banyak obat-obatan di tas nya
"Inii yang mana satuuu anjinggg, Haikal stres apa gimana, ini tas apa opotek" ujar Marko yang panik sembari mengambil obat nya, tidak hanya satu semuanya Marko ambil, bahkan itu dua genggaman tangan penuh, Marko berlari lalu menaruh obat nya di depan Haikal, Marko lalu menuangkan air, Haikal meraup satu botol kecil berisi obat lalu menuangkan nya ke tangan nya, entah berapa obat yang ia telan, Marko tertegun melihat hal itu, ia melihat lebih dari lima kapsul yang Haikal teguk secara langsung, setelahnya Marko memberikan air minum tersebut, Marko yang tadi panik kini terduduk lemas di samping Haikal, sedang kan Haikal sedang mengatur nafasnya, setelah merasa baik Marko mulai menanyakan hal yang ia lihat tadi
"Kal, Lo sakit apa?" Tanya Marko sembari menatap obat obatan di atas meja
"ah, gaa Mark" jawab Haikal sembari tersenyum seperti tiada masalah
"Lo goblok banget kalo mau boong, gua udah liat, obat Lo segini banyak nya, Lo kalo minum obat nya ga satu dua, langsung banyak kal, emang anjuran dokter segitu banyak nya? Lo ga akan sembuh kal kalo gitu, malah overdosis, gua juga sering liat Lo sakit di dada, perut Lo juga, bahkan itu dari SMP, apa karna gua tendang dada Lo?" Tanya Marko
"Bukannn, udah jangan di bawa serius, makasih yaa udah mau ambilin obat nya, di makan gih" jawab Haikal, Marko dan Haikal sudah satu sekolah sejak TK Haikal sudah sangat kenal dengan Jeffry, alias ayah Marko, sejak kecil Haikal sudah di tinggal ibu nya, sang ayah nya juga tidak peduli dengan Haikal setelah kematian sang istri, ia sangat teramat benci Haikal, karna ia pikir dengan kehadiran Haikal ia malah kehilangan semesta nya, cinta nya, kekasih nya, di sebabkan karena itu, Jeffry selalu membantu Haikal untuk sekola, terkadang mengantarkan pulang, tak jarang Jeffry yang mengambil rapot Haikal karena sesering itu Jhonny menelantarkan Haikal, bahkan tidak datang ke acara penting Haikal, seperti wisuda dan lain lain, sebab itu juga Marko terkejut saat pertama kali melihat Jhonny untuk pertama kali nya, Marko tak bisa membayangkan bagaimana ia menghajar Haikal, Marko yang melihat sang ayah sering mengambil kan rapot Haikal sangat iri pada Haikal, sejak itu Marko mulai membully Haikal, faktor iri dan juga tak tahu harus melakukan apa lagi
"Kal ayo serius gua tanya, Lo sakit apa" paksa Marko yang ingin Haikal membuka suara
"Ga ada Marko, udah ah, kalo kamu selesai taroh ke cucian piring ya, aku mau nyuci duluan" ucap Haikal sembari berjalan membawa piring kotor dan pergi ke tempat cuci piring

                     ###

"Gua pulang duluan, besok Lo gausah sekola, ga usah batu, kalo gua bilang ga sekolah ya ga ga sekola." Omel Marko sembari membereskan tas nya
"Iya iyaa, liat besok ya" jawab Haikal, Marko dan Haikal berjalan menuju teras, Marko mulai menghidupkan mesin motor nya
"Hati hati, gausa ngebut ngebut, udah malem" ujar haikal
"Baru jam 7 Lo bilang malem" saut Marko
"Tapi langit nya gelap" jawab Haikal
"Terserah, gua duluan" ujar Marko sambari pergi meninggalkan rumah Haikal
"Iyaa" ujar Haikal sambil melambaikan tangan
Setelah itu Haikal mulai merapikan barang barangnya, kamar nya, lalu bergegas mandi dan tidur, Haikal berbaring di ranjang sembari mengingat sang ayah, tak sadar ia menitihkan air mata
"Yahh, maaf Haikal ga begitu yah"
"Bun. . ., Haikal kangen bunda, kangen ayah juga"
Setelah itu Haikalkol melihat pigora berisi sang ayah dan ibunda nya
"good night, sweet dreams." Ucap Haikal sembari memeluk pigora tersebut, Haikal Belum punya foto bersama sang ayah dan ibunya, dulu pernah punya ketika Haikal masih bayi, tapi ntah foto nya dimana, kini pemuda itu terlelap, ia lumayan merasakan lelah untuk hari ini, berharap semua hanya mimpi, padahal inilah yang terjadi.

"brak brak brak!" Suara dobrakan pintu yang di paksa, Haikal seketika terbangun karna terkejut
"KAL, LO TIDUR APA MATI SI" suara teriakan Marko di bawah, Haikal pun membuka matanya perlahan, ntah mengapa mata nya sulit untuk di buka, mungkin karna ia masih mengantuk, ia juga merasa kepalanya sangat pusing, badan nya mengigil, semalam suntuk Haikal menangis, kini kepalanya terasa begitu berat, Haikal turun lalu membuka pintu untuk Marko, Marko yang awalnya ingin marah karna lama membukakan pintu kini terlihat terkejut, menatap pemuda berkaos putih panjang dengan celana panjang yang juga berwarna putih, matanya terlihat begitu sembab, wajahnya begitu pucat
"Kal kal, gila" ucap Marko sembari menuntun Haikal masuk dan mendudukkan nya ke sofa di ruang tamu, Marko jongkok menatap mata Haikal
"Nangis sampe jam berapa kemarin hm?" ucap Marko sembari mengelus rambut haikal yang sedikit berantakan, Haikal yang malu langsung menutup muka nya
"Mark mau sekola ya, sebentar aku siap siap dulu" ucap Haikal untuk mengalihkan pembicaraan
"Ga ada, mata lo sembab gini, badan Lo remuk semua kan? Masih mau sekolah Lo?" Tanya Marko
"Udah jangan di tangisin bokap Lo, ga pantes" tegas Marko, Haikal yang mendengar nya pun terdiam lalu mata nya berkaca kaca, lalu menatap Marko di hadapan nya
"Aku cuma punya ayah Mark, aku ga tau harus gimana lagi buat dimaafin sama ayah" ujar Haikal yang suaranya bergetar dan hampir menangis
"Udah udah, jangan kebanyakan nangis haikallll, mata lo nanti ga bisa melek, mau?" Ucap Marko
"nda . . ." ucap Haikal sambil menggelengkan kepalanya lalu menghapus air mata nya
"Kalo Lo kebanyakan nangis  nanti Lo sakit kal" ucap Marko lalu ia duduk di samping Haikal
"iya" jawab Haikal yang suaranya masih bergetar, Marko menyentuh dahi Haikal, memastikan bahwa Haikal tidak sakit karena wajah nya terlihat putih, benar saja badan nya begitu panas
"Jhonny brengsek, haikal sampe sakit gara gara nangisin tu orang" batin Marko, lalu seperkian detik ia menyadari kenapa ia geram, kenapa ia kesal jika melihat Haikal di lukai oleh seseorang, ia diam, lalu ia berdiri
"Ke atas ayo, badan Lo panas gini kenapa pake baju tipis" ucap Marko lalu meraih tangan Haikal
"Mark ga sekolah?" Tanya Haikal
"Ga, udah jangan bawel, gausah suruh gua sekolah, gua mau disini, ga mau tau" ucap Marko
"Tapi-"
"Kal"
"Iya iya" pasrah Haikal
Marko menuntun Haikal untuk kembali ke kamar, lalu Haikal berbaring lalu ia menarik selimutnya
"Belum makan kan? mau apa, gua beliin" tanya Marko
"Gausah Mark, aku ga mau makan"
"Bubur oke kan, 5 menit ready" ucap Marko sembari berlari keluar, benar saja 5 menit Marko membawa kantong plastik, Marko membuka nya, Haikal langsung duduk lalu melihat apa saja yang Marko bawa, ada bubur, roti, kompres instan, susu, air putih dan obat
"Ko banyak banget? " Tanya Haikal
"Banyak omong, makan nih" ujar Marko sembari menyodorkan bubur kepada haikal
"Kamu?"
"Gua udah sarapan di rumah"
"Tapi Mark"
"Apa? Lo ga suka? Buang deh buang, gua udah ngebut ngebutan, terus Lo ga mau makan? Gila Lo kal"
"ga ga gaaaaa, iya aku makan" ucap Haikal langsung memakan Bubur nya
"Hambar" ucap Haikal pelan lalu menutup matanya
"Dihabisin."
"iyaaaa markooo"
"Marko ga di marahin om Jeffry ga sekola?" Ucap Haikal sembari mulut nya penuh dengan makanan, terlihat wajah nya ia sangat teramat tertekan, perut nya sudah mual, dan ingin memuntahkan nya, tapi ia harus menghargai Marko, ini salah tubuh nya saja
"Di telen dulu" ucap Marko
"Ga akan marah kalo Lo ga Cepu" Jawab Marko
"iya" stelah makan bubur hambar tersebut Marko menyuruh Haikal meminum obat yang sudah ia belikan, Haikal meng iyakan hal itu, lalu marko menawarkan susu, haikal yang hampir muntah menggelengkan kepalanya
"Lahh, kenapa?" Tanya Marko
"Aku ga tawar susu markk, buat kamu aja"
"Sama, gua juga ga suka, ysudah ni pake kompres nya"ujar marko sambil memberikan kompres instan tersebut ke Haikal
"uem!" jawab Haikal, ia lalu memasang nya, padahal ini kompres untuk anak kecil, tapi di wajah Haikal terlihat sangat pas, kepala Haikal kecil, marko tertawa sesaat melihat pria di depannya yang terlihat manis, dan serperkian detik ia memukul pipinya
"sadar gila!, jangan sampe" batin Marko
"kenapa Mark?" Tanya Haikal
"lo gem-"
"ga" ujar Marko yang panik
"terserah kamu aja"

Haloooo guyss, enyoy baca nya yaaa, jangan lupa di votee, aku ga nyangka ada 500+ orang yang baca crita ku, yang vote juga udah 100+, hehehe makasiiii banget ya guysss, aku seneng kalo ctita aku di minati beberapa orang, vote kalian berharga banget bagi aku, sekali lagi makasiiiii💐💐💐💐💗💗💗💗

HAIKAL DAN SENYUMNYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang