16

670 47 7
                                    

selepas pulang sekolah Haikal bergegas menuju dapur dan menyiapkan berbagai macam bahan untuk membuat dua ayah nya cup cake, tangan nya masih terasa ngilu itu bukan masalah besar ia akan memasaknya
"Tangan tolong kerjasamanya ya, jangan kambuh!" Ujar Haikal bak orang gila berbicara seorang diri, ia mulai melakukan aktivitas nya untuk membuat beberapa cup cake
"Ayah Doni telpon dulu ga si, takut ga ada orang nya" ujar Haikal yang langsung mengambil benda pipih yang berada di atas meja dan mulai mencari room chat Doni lalu menelpon nya
"Halo ayah?!" Sapa Haikal begitu gembira
"Waduh Haikal, kenapa nak? Mau apa?" Jawab Doni lembut, Doni benar benar bahagia di anggap ayah oleh keponakan tersayang nya
"Mau ketemu ayah bentar lagi, Haikal tepatin janji Haikal, ayah di rumah sakit kan? Free kan?" Tanya Haikal
"Iya, lagi agak kosong ini, mau kesini? Biar supir ayah ya yang jemput" jawab Doni
"Gausa ih, aku kesana naik taksi, dadaa yah!"
"Iya, hati hati ya Haikal, dadaa"
Tuuutt tutt
Telpon terputus, Haikal segeralah melanjutkan pekerjaan nya dan mulai menata cup cake tersebut ke dalam kardus dan menambah sepucuk surat di dalamnya
"Siap dehh, ayah Haikal Dateng, tapi ko takut ya ke rumah ayah Jhonny, engga deh ga bakal di pukul, ayah kan suka cup cake, pasti senenggg!" Ujar Haikal yang bergegas menuju rumah sakit, sesampainya di rumah sakit Haikal menuju kantor Doni, Doni tampak duduk di kursi nya sembari memijit ringan kepalanya
"Halooo, permisi ya yah, Haikal boleh masuk?" Ujar Haikal sambil menampakkan diri nya sedikit di pintu yang kebetulan terbuka
"Masuk Haikal, udah sini" Doni yang langsung sumringah mendapati matahari nya menghampiri nya
"Untuk ayah Doni yang paling baikkkk sedunia" ujar haikal sembari memberikan kotak kardus kepada Doni
"Terimakasih, Haikal mau apa?"
"Mau apa gimana?" Tanya Haikal binggung
"Biscuit mau ga?" Tanya Doni
"Engga ah yah, Haikal lagi ga mau makan biskuit"
"Terus?"
"Hmmmm, Haikal ga mau apa apa deh, nanti aja kalau pengen bilang"
"Yaudah, duduk situ" perintah Doni yang mulai membuka kardus tersebut, tapi Haikal salah fokus menatap botol kaca di bawah kursi Doni, matanya terbelalak mendapati itu adalah alkohol, Haikal bergegas mengambil nya lalu mencium nya
"Enak kayanya, ada surat nya juga surat apa ini" ujar Doni
"Ini apa yah?" Tanya Haikal sembari mengacungkan botol kaca tersebut
"Loh, kal mana mana, di taroh" ujar Doni panik yang berusaha mengambil botol tersebut dari tangan Haikal
"Ayah dokter kan ya? Tau dong bahaya nya sama resiko minum ini? Ngapain sih yahh"
"Ayah lagi stres Haikal, sekali doang"
"Apasih yah? Ayah stress kenapa? Kalau stress jangan mabuk mabukan dong yah, ga ada gunanya"
"Iya, maaf, siniin, buat ayah buang" ujar Doni
"Enak ya yah?"
"E-engga Haikal, biar ayah buang sini"
Haikal memajukan botol tersebut ke depan bibirnya, Haikal berniat ingin meminum alkohol tersebut, walaupun ia tidak pernah ingin mau meminum nya, belum sempat ia meminum nya, Doni seketika meraup gelas tersebut dan menaruh nya di atas meja lalu mengelus rambut haikal sambil merangkul nya
"Kenapa? Coba dong yah, enak kaya nya"  ujar Haikal
"Ga, itu gaenak, gausa di coba, dan jangan pernah"
"Om sendiri?"ujar Haikal yang meregang kan pelukannya
"Om? ko om?" Doni terkejut
"Iya om Doni sendiri kan juga minum"
"Haikal, iya iya, ga ayah minum lagi, ayah lebih suka di panggil ayah, bukan om"  ujar Doni, memang Doni tak ada hak sama sekali atas Haikal, dan Haikal juga tidak harus selalu memanggil Doni dengan sebutan ayah, tapi Doni teramat senang ketika di panggil dengan sebutan ayah dari mulut Haikal, alias keponakan nya
"Haikal mau pergi om, diterusin aja minum nya ya" ujar Haikal yang bergegas menuju ke luar ruangan Doni
"Loh nak, Haikal!" Doni menghentikan langkah haikal
"Kenapa?"jawab Haikal
"Maaf maaf, iya ga akan ini, beneran, duduk dulu" ujar Doni mempersilahkan Haikal duduk di sofa panjang di ruangan tersebut
"Ayah mikirin kamu, mikirin cara buat bikin Haikal mau di obatin, mikir caranya Haikal supaya ga ninggalin ayah, jadwal ayah akhir akhir ini padet, ayah pusing, cape, banyak pikiran, ayah juga mikirin tentang mantan istri ayah" jelas Doni
"Iya yah, Haikal bakal berobat, ayah kenapa mikirin Haikal? Haikal gapapa, masalah istrinya ayah, kenapa?"
"Minggu depan, cuci darah ya?"
"Iya, mantan istri ayah kenapa?"
"Ayah baru tau kalau dia selingkuh pas kita udah cerai, dia bilang karena hubungan ayah sama dia ga sehat, ternyata otaknya aja yang ga sehat, tudep aja kan bisa, bilang kalo selingkuh, cewe murah-" Doni yang menghentikan omongan nya, melihat haikal, takut kalau Haikal akan mencontoh perkataan nya
"Hmmmm, Tante jahat, padahal ayah ganteng, baik, kurang apa coba? tapi lebih baik gini, ayah jadi tau semua, Haikal gatau mau ngomong apa" ujar Haikal sembari memijit kepala Doni
"sebelah sini sebelah sini" ujar Doni yang teralihkan oleh pijitan Haikal
" Gua adopt bisa ga si ini, gua pengen jagain Haikal penuh" batin Doni
"Kal, kalau Minggu depan cuci darah gimana, Haikal mau di kasih apa, biar ayah beliin sebagai hadiah " celetuk Doni
"Ayah Jhonny yang nemenin buat cuci darah ya?" Doni terdiam mendapati jawaban Haikal
"Nak, yang lain"
"ohh?"
"Susah banget ya?" Batin Haikal
"Yaudah yah, gausa"  ujar Haikal sembari mengukir senyum tipis
"Ayo, mau apa? Motor?"
"dihhhh engga, aku ga mau naik motor ah"
"Mobil?"
"Apalagi, udah ah, Haikal mau pulang"
"Loh, tangan nya gimana?"
"Aman bozz, gua kan anak sehat" ujar haikal sambil mengekar kan lengannya
"Aigoo, jangan pake gua gua, ayah ga suka denger nya, gapantes di kamu" jawab Doni
"sorry ya mas bro, sudah lah, aku mau pulang, dadah"
"mas bro?"
"engga ayah, bercanda"
"Yaudah hati hati" setelah keluar dari rumah sakit Haikal bergegas menuju kerumah Jhonny dengan membawa cup cake yang ia buat

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAIKAL DAN SENYUMNYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang