13

335 40 0
                                    

beberapa waktu berlalu Marko masih setia menatap haikal yang masih terlelap di ranjang nya
"Huh. . ." gumam Haikal
"hey, hey, kal?" Marko tampak terkejut mendengar haikal yang bergumam, ia berdiri lalu menepuk pipinya pelan
"huhhh" haikal bergumam kembali sambil membuka matanya perlahan, pandangan haikal tampak jelas, menatap Marko yang berada di depan nya
"husttt, kenapa kenapa? ada yang sakit?" tanya Marko
"Mark . . ." Kini haikal mencengkeram erat tangan Marko
"udah udah gapapa" ujar Marko
"markk tangan ku ngiluuu"
"sakit" ujar Haikal sambil masih setia mencemgkram tangan Marko
"Iyaaa, sabar ya nanti sembuh" ujar Marko
"huhhhftt" nafas haikal tampak tidak baik
"huhh" Haikal kini benar benar kehabisan nafas lalu ia mencengkram erat lengan Marko
"tenang" ujar Marko lalu ia mengarahkan Haikal untuk bernafas secara normal, setelah nafas nya kembali normal ia melepaskan cengkraman nya, ketika semua tampak tenang Marko mulai bertanya
"siapa yang bikin sampe gini?"
"Mark harusnya gausa  tau" batin Haikal
"aku ga tauu Mark, aku ga kenal" jawab Haikal
"mereka mau ngapain? mau begal kamu?" Tanya Marko kembali
"mungkin, tapi aku ga bawa uang, tapi hp ku ga di ambil" jelas haikal
"aneh, nanti Marko cari orang nya ya" ujar Marko
"ah . . ."
"gaperlu Mark, jangan"
"gapapa, kamu takut di pukul lagi ya? ada Marko, udah gapapa" ujar Marko sambari tersenyum
"Haikal?" Suara seseorang yang mulai memasuki kamar dengan membawa kantong belanjaan, ternyata itu Doni
"om??" Haikal yang terkejut
"udah bangun ternyata ponakan nya om, sakit tangan nya ya? kamu yang kuat ya, ponakan om super Hiro" ujar Doni yang mendekati haikal
"Iya"
"om, ini sembuh nya lama ya?" tanya haikal
"engga, kalo kamu nurut ke om, ya cepet"
"okee deh" ujar Haikal lesu
"om bawa apa?" tanya Haikal
"biscuit, kesukaan kamu kan? biar kamu ga sedih terus, dimakan ya" ujar Doni yang tersenyum lalu mengelus rambut haikal, sanyuman tampak terukir di bibir pria manis tersebut
"terimakasiii" ujar Haikal
"sama sama" ujar Doni sembari tersenyum mengikuti nada bicara haikal
"nanti kalo ada yang sakit call om ya, om masih harus urus orang yang sakit" ujar Doni
"okeee, semangat om!" ujar Haikal sambil tersenyum lalu melambaikan tangan menatap Doni yang kini semakin menjauh dari ranjang nya
"kal, om Doni ko apal banget yang kamu suka sih?" Tanya Marko
"om doni yang nemenin aku biasanya pas masih kecil, karena itu mungkin dia inget yang aku suka" jelas haikal
"ohh, om Doni ga punya anak emang?"
"engga, Mark bukain biscuit nya dongg" ujar Haikal sambil tersenyum manis menatap Marko
"iya, jangan dimakan semua ini, secukupnya aja"
"sama om Doni bolehhh"
"sama ka Marko tampan ga boleh"
"Dih?"
"kal, mood kamu bisa langsung berubah karena biscuit doang, ko bisa si Jhonny nge buang manusia semanis kamu" batin Marko
"ini, aku suapin ya, tangan nya kan sakit" ujar Marko
"kan yang satu nya engga"
"udah sini, a!" ujar Marko yang mulai menyuapi haikal
"Mark kalo gini aku sekolah nya gimana? terus kerjanya gimana?" tanya Haikal sembari mengunyah biskuit tersebut
"libur, aku bilangin nanti"
"terus aku disini sampe kapan?"
"sampe sembuh"
"mau pulang sebenernya, tapi takut kalau kamu marah terus mata nya melotot melotot" ujar Haikal
"iya, pasti itu" ujar Marko
"kamu ko suka biskuit sih? enak emangnya?" tanya Marko
"enakkk bangetttt, cobain deh" Marko mulai mengambil biscuit tersebut lalu mengunyah nya
"biasa aja"
"maksud????????" ujar Haikal sambari menatap Marko tajam
"gantian yang melotot" ujar Marko

                                         ***
pagi hari yang tampak cerah, Haikal terbangun dari ranjang nya tersebut lalu menggosok mata nya berharap mata nya akan kembali normal ketika membuka kembali, perlahan semua nya tampak jelas terlihat bahwa Marko tertidur di sofa dengan selimut tipis, kemarin malam haikal sudah di pindahkan ke ruang rawat
"pegel pasti, maaf ya markk" ujar haikal pelan, tak lama suster mendatangi kamar haikal sembari membawakan nampan obat dan makanan yang paling haikal benci, ya, bubur dan susu, ntah kenapa bubur di rumah sakit begitu tidak enak, rasa susu di lidah Haikal juga aneh apalagi jika susu vanilla dan strawberry, ia menggeleng kan kepala nya pertanda bahaya akan mengancam
"aduhhh, sus bisa di ganti ga menu nya? haikal tidak tawar susu, haikal juga tidak suka bubur suss" pinta Haikal, suara Haikal membangun kan Marko, ia langsung menoleh ke arah Haikal, menatap haikal yang ber-argumen dengan suster dengan wajah cemberut nya tapi di balas senyum oleh sang suster
"maaf ya dek, makanan ini emang sudah cocok dengan kondisi adek, susu nya ini mengandung kalsium buat tulang loh, biar cepet sembuh nanti!" ujar suster tersebut
"yahhh, tapi haikal ga suka susu . . ." ujar Haikal sambil merunduk malas, Marko melihat hal tersebut tersenyum melihat perdebatan antara haikal dan suster tersebut
"udah sus, biar saya yang urus, suster boleh pergi ko" ujar Marko, dan diangguk oleh sang suster, akhirnya Marko mendekati haikal
"ayo makan dulu yuk" rayu Marko
"mark"
"aku ga suka lohh" jawab Haikal lagi
"mau sembuh ga? kalo mau sembuh di makan, terus bisa makan biscuit, terus Mark kasih yogurt, atau mau danging?" ujar Marko
"iya dehhh" haikal tampak malas ia sedikit membangunkan badan nya, Marko mengsetting ranjang haikal agar sedikit bangun, haikal mulai memakan Bubur tersebut, sambil meringis sakit atas tangan nya
"pelan, tangan nya sakit banget ya?" Tanya Marko
"hmmm" ujar Haikal sambil mengunyah paksa bubur tersebut
" kal kal, untung weekend ya, kalo ga weekend ga bisa jagain kamu" ujar Marko
"om Jeffry tau kamu disini?" Ujar Haikal sambil berusaha menelan bubur hambar tersebut
"tau, udah bilang kemarin" jelas Marko
"ngomong ngomong Mark, ini gaenak banget, hambar lidah ku pait, dimulut ku kaya ada tornado Mark, mual" ujar Haikal
"dimakan yaaa, cepet mangkanya biar cepet selesai" ujar Marko sambil tersenyum tipis lalu mengusap punggung Haikal

kring kring

bunyi telepon dari handphone Marko
"siapa?" tanya haikal
"anak anak" Jawab Marko, haikal bergidik ngeri lalu terdiam dan melanjutkan siksaan nya untuk memakan bubur tersebut
"kenapa?" kata pembuka Marko
"lo dimana" ujar Chandra
"RS"
"ngapain??"
"jagain Haikal dia habis di gebukin orang, tangan nya yang kanan nya retak"
"oh ok, yaudah kalo gitu" ujar Chandra yang langsung mematikan telepon nya
"Tumben" heran Marko
"Udah di makan, kalo di liatin ga akan habis"
"Mark, kamu mau ga? Ini deh kamu makan, aku ga suka" ujar Haikal yang kini benar benar mual, mukanya kini sudah tampak begitu lemas menahan nya
"Gaaa, udah di makan" ujar Marko memaksa Haikal untuk makan, haikal kini benar benar mengunyah kembali bubur hambar tersebut, entah mengapa perut nya terasa begitu mual lalu menjalar ke kepala nya yang kini mulai pusing
"Aku di racun ya ini, sumpah bubur nya bikin muntah" batin Haikal, Marko melihat nya pun tampak tertawa kecil, lalu ia pamit ingin membeli makanan untuk dirinya sendiri, setelah Marko keluar Haikal segera melahap bubur tersebut secara paksa, tapi bukannya merasa kenyang kini perut nya mual lalu ia sedikit memuntahkan kembali isi perut nya, Haikal memukul kepala nya yang terasa pusing, lalu mencekik dirinya sendiri agar ia berhenti memuntahkan makanan nya, matanya kini penuh dengan air mata di tambah muka nya yang merah, untung nya Doni melihat hal tersebut langsung bergegas lari ke arah Haikal, lalu berusaha melepaskan cekikikan Haikal terhadap dirinya sendiri
"Heh gabole di cekik, di lepas, lepas" Doni yang panik melihat Haikal yang mulai memutih, kini Haikal menggeleng kan kepala nya sambil terisak menangis, Doni segera mencari kantong keresek lalu menaruh nya di hadapan Haikal, Haikal segera memuntahkan makanan nya sembari punggung nya di pijit pelan oleh Doni, haikal kini menunduk menangis
"Kenapa? Kenapa ko di cekik gitu, di keluarin aja gapapa" ujar Doni
"Kotor om, maaf ya" ujar Haikal yang suaranya bergetar
"Kan bisa di bersihin, kenapa sih, mual banget ya?" Tanya Doni yang di jawab anggukan kepala oleh Haikal, Doni mengambil mangkok berisi bubur tersebut, tampak bubur yang haikal makan banyak, Doni mencium bau tak sedap dari bubur tersebut
"Sialan" batin Doni, kini Doni membantu Haikal membersihkan tubuh Haikal, Haikal tampak langsung pucat, Doni segera mengambil obat-obatan lalu memberikan nya kepada Haikal
"Kamu mau sampe kapan gini kal? Mau sembuh kan?" Tanya Doni, Haikal yang sedang meminum obatnya tersebut mulai angkat bicara
"Sembuh apa om? Aku bisa sembuh emang? Udah liat nanti aja" ujar Haikal
"Bisa, pasti bisa, kalo kita mau, pasti bisa" ujar Doni
"Aku pesimis buat sembuh om, Aku juga ga mau kalo ayah tau om, jangan sampe ada yang tau ya, Haikal mohon" ujar Haikal yang suaranya tambah bergetar
"Sakit yang ada di kamu ga satu Haikal, om gamau ya kamu gini terus-"
"Ommm, aku udah berusaha juga, aku juga uda sering buat periksa buat ngobatin nya, minum obat juga rutin, tapi kalo takdir nya gini mau gimana dong?"
"Aku bakal bikin sisa waktu aku berharga ko om, buat aku atau buat orang lain, om tenang aja ya" ujar Haikal yang membuat Doni menatap Haikal nanar
"Ioh om nangiss!" Ujar Haikal sambil tertawa
"Siapa, ga ada" ujar Doni yang segera menghapus air matanya, setelah bercanda ria dengan Haikal kini Doni keluar dari kamar Haikal sembari membawa mangkok bubur tersebut dan bertemu Marko di depan kamar haikal lalu menyeret Marko agak jauh dari ruangan Haikal
"Kamu kalau haikal minta apa apa turutin ya" ujar Doni
"Ha? Kenapa om?" Binggung haikal
"Tadi haikal ngeluh mual ya?" Tanya Doni
"Iya, tapi tetep aku paksa buat makan ko om, kan dia di suruh makan itu" ujar Marko
"Pantesan, Haikal mutah mutah tadi,  sampe dia nyekik lehernya supaya ga mutah lagi, bubur nya basi Mark, kamu ga cek dulu?" Tanya Doni yang membuat Marko benar benar terkejut
"Serius om? Basi?!"
"Iya, ini om mau beresin masalah nya" ujar Doni kini Marko berlari menuju ke arah ruangan Haikal lalu melihat Haikal yang terlihat usai menangis dan membersihkan tubuh nya
"Kal? Maaf ya, seharusnya tadi aku dengerin pas kamu bilang mual, sekarang udah enakan perut nya?" Tanya Marko
"Udah" ujar Haikal datar langsung menutup tubuhnya dengan selimut
"Huhh, mau makan lagi ga? Ini " tawar Marko
"Ga usa Mark dimakan sendiri aja" ujar Haikal di balik selimut
" Oke deh, kalau biscuit nya?" Ujar Marko, haikal membuka sedikit selimut nya lalu menatap wajah Marko sambil mengangguk
"Bangun dulu, masa makan sambil tidur" ujar Marko yang di iyakan oleh Haikal
kini Doni tampak begitu marah di dapur rumah sakit sambil membanting mangkok tersebut
"Kalo mau nyajiin ke pasien itu di cek dulu! Bukanya sembuh malah sakit, bisa ga kerja disini?" Ujar Doni kepada suster suster disana, kebetulan Doni adalah pemilik saham terbesar di rumah sakit tersebut sekaligus dokter, jadi bisa saja memecat suster suster disini
"M-maaf dok, saya tadi salah ambil, saya kira bubur yang itu baru ternyata bubur basi, maaf dok" jelas suster tersebut
"Kamu ngasih bubur basi nya ke siapa aja?" Tanya Doni
"Untung nya cuma ke Haikal saja dok, soalnya saya pas ingin kasih ke orang lain saya sadar kalau itu basi"
" Untungnya? Untungnya gimana, awas saja sampai ke ulang lagi" ujar Doni yang langsung meninggalkan ruangan tersebut

Jangan lupa di votee ya guyssss, semoga kalian sukaaa dehh

HAIKAL DAN SENYUMNYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang