14

352 35 1
                                    

Berhari hari berlalu, kini Haikal masih harus berdiam diri di ruangan yang membosankan tidak ada cerobong untuk menghirup udara, Haikal benar benar muak, tapi mau bagaimana lagi, jika dia tidak begini resiko ia tinggal di ruangan itu akan semakin lama, Haikal tampak begitu lesu sambil berbaring di ranjang nya lalu menatap langit langit sambil beradu dengan pikirannya sendiri
"Haikal kangen ayah, ayah gimana kabarnya? Haikal kangen yah, kalo bunda juga gimana? Haikal harap baik, huhh" keluh haikal yang masih tampak murung, tiba tiba memori nya berputar pada kejadian 15 tahun silam, saat usia nya masih 2 tahun, tampak pria kecil dengan senyum lebarnya berlarian di tepi jalan, tampak matanya berbinar karena mendapat kan hal yang ia mau, tak lain dan tak bukan itu haikal, Haikal kecil kini berlari ke arah jalan raya, di susul dengan sang ibu yang sedang mengandung anak kedua nya, haikal cukup pintar ia berlari ke arah penyebrangan jalan ketika lampu merah
"Ikall, pelan pelan nak! Awas jatoh!" Ujar sang ibu dari kejauhan

'tinn tinnnn!' suara kelakson truck menghampiri sang ibu dan menabraknya hanya dengan hitungan detik, Haikal yang melihat hal tersebut dari kejauhan segera berlari ke arah sang ibu, Haikal mencoba membangunkan tubuh yang sudah berselimut darah di depan nya sembari memeluk nya
"Bu bbun Bu bun ngun!!" Ujar haikal yang masih susah untuk berbicara, datang lah segerombolan orang yang menolong Haikal dan ibunya lalu membawanya ke rumah sakit, keadaan begitu menegangkan Haikal kecil kini berdiri di depan pintu UGD sambil merengek memanggil ibunya, Jhonny tiba tiba datang lalu menyeret tubuh Haikal yang masih kecil dengan sekuat tenaga, jelas saja haikal yang masih kecil menangis sejadi jadinya, Jhonny pikir karena menyelamatkan haikal istrinya tertabrak truck, padahal kejadian yang asli haikal sudah berada di ujung jalan sembari menunggu ibunya menghampiri nya lalu trucuk tersebut menabrak sang istri
"Kalo istri saya kenapa kenapa, kamu ga akan saya maaafin Haikal." Ujar Jhonny sembari meremas pergelangan tangan Haikal kuat, haikal semakin menangis mendapati dirinya di perlukan seperti ini
"GA USAH NANGISSS HAIKAL!" Jhonny yang sudah muak mendengar tangisan haikal, Haikal kini pun terdiam sembari sesegukan
"Haikal?" Panggil seseorang yang membuat pikiran Haikal buyar, dan menoleh ke arah yang memanggil nya tadi
"Eh om, kenapa om?" Tanya haikal
"Makan kal, terus minum obat ya" ujar Donny dan dijawab anggukan kepala oleh haikal
"Kenapa?" Tanya Doni
"Kangen om" Jawab Haikal
"Jhonny sakit, tapi cuma gaenak badan si, itu yang om tau " ujar Donny
"Ayah sakit? Sakit apa om!" Haikal terkejut
"cuma ga enak badan Haikal, Jhonny kan kerja ga tau waktu, cape mungkin" jelas Doni
"Om tau dari mana?" Tanya haikal
"Dikasih tau, udah di makan terus minum obat, om mau urusin pasien yang lain dulu ya"
"Iya om" Doni kini beranjak pergi dari ruangan Haikal, Haikal menatap pintu ruangan nya dan menaruh makanannya ke atas nakas lalu bergegas pergi, ya sudah pasti Haikal akan menemui Jhonny
"Haikal! di luar panas banget matahari nya, tapi . . ."
"Kal?" Marko yang tertegun mendapati Haikal yang tidak ada diranjang
"Kal!"
"Kemana lagi ni bocah" Marko mulai mencari Haikal keluar ruangan dan bertemu dengan Doni
"Om, haikal dimana om?" Tanya Marko
"Di dalem, om sibuk Mark, jangan jailin terus"
"Ga ada om" ujar Marko, Doni bergegas mengcek ruangan haikal dan benar saja haikal tidak ada di tempat
"Waduhhh" Doni menepuk kepala nya
"Mark, susulin ke rumah Jhonny, dia kesana"
"Hah?" Marko binggung
"Ke rumah Jhonny, dia disana!" Ujar Doni

***

"Ayah . . ." Sapa hangat Haikal kepada sang ayah yang sedang duduk di kursi panjang sembari memijit kepala nya
"Sialan" celetuk Jhonny
"Ayah sakit apa? Sudah minum obat? Makan nya?" Tanya Hanan
"Shut the fuck up, haikal." Ujar Jhonny sembari membuang muka, Haikal kini beranjak mendekati sang ayah
"Haikal kangen sekali sama ayah, ayah gimana kabarnya?" Basa basi haikal, Jhonny yang mudah sekali terpancing emosi langsung mendorong tubuh Haikal keras dan tak sengaja mendorong keras tangan kanan nya yang retak, Haikal meringis kesakitan, tangan nya belum sapenuh nya sembuh kini terasa begitu nyeri
"Kenapa tangan kamu?" Ujar Jhonny dingin
"Retak yah" Jawab Haikal yang masih meringis sakit
"Mau di bikin sekalian patah?" Ujar Jhonny, Haikal yang mendengar nya hanya diam membisu, mencerna omongan sang ayah, kini Jhonny berdiri dan terus menendang tangan Haikal bertubi tubi, sudah pasti Haikal berteriak kesakitan, Jhonny tampak mengeluarkan seluruh tenaganya dan melontarkan emosi kepada sang anak, tendangan terakhir ia menendang dada Haikal begitu kuat hingga membuat Haikal terjatuh
"Sakit yah . . ."
"Udah yah, maaf kalo Haikal bikin ayah marah, Haikal kesini cuma pengen liat keadaan ayah" ujar Haikal sambil meneteskan air mata nya ke ubin
"Pergi Haikal, saya muak" ujar Jhonny yang tak di Jawab oleh Haikal
"HAIKAL!" Jhonny yang kembali emosi, kini Jhonny menggeret badan sang anak dengan kasar, ia menarik tubuh Haikal yang terbaring di ubin dengan tangan kanan nya yang retak
"Ayah, udah yahh, Haikal ga kuatt, sakitt!" Haikal berusaha melepaskan tangannya dari genggaman sang ayah, Jhonny menendang kembali tubuh Haikal yang tepat ke dadanya, pemandangan yang sangat teramat tidak pantas ini harus dirasakan oleh haikal, ntah Kenapa pada diri Jhonny kenapa ia begitu kejam kepada anaknya sendiri, jika Jhonny masih kesal akan hal yang terjadi 15 tahun dulu itu benar benar keterlaluan, ia tak ingin berdamai dengan kenyataan, dan melupakan emosi nya kepada sang anak
Darah mengalir dari hidung Haikal, Jhonny menghantarkan Haikal hingga pintu rumah nya lalu menutup keras pintu nya , Haikal terisak menangis merasakan rasa sakit kepala nya yang begitu pening, dada nya yang sesak, tangan nya kini juga terasa begitu sakit, darah dan air mata bercampur bercucuran di ubin keramik teras Jhonny, Haikal berusaha untuk membangunkan tubuh nya tapi nihil
"Haikal!" Sentak Marko yang terkejut melihat Haikal yang terbaring di ubin dan menghampiri nya, Tampak Haikal dengan baju pasien nya dan darah keluar dari hidung nya ditambah air matanya yang membuat Haikal tampak begitu kacau
"Ngapain sih kesini ha? Gausa nemuin dia lagi, dia ga peduli sama Lo Haikal! Udah!" Ujar Marko yang tampak panik tapi juga kesal
"Ayahh sakit Mark, aku mau jenguk, tapi ayah lagi ga mau di gangu, salah ku juga, seharusnya aku ga ganggu ayah" Jawab Haikal
"Bukan salah Lo, ini emang pure bokap Lo brengsek"
"Mark, boleh bantu aku ga?"
"Tangan ku sakit, di tendang ayah tadi, nyeri" ujar Haikal yang terlihat Santai
"Brengsek!"
"Gua benci bokap Lo kal! Kenapa ada orang tua kaya dia, ga pantes Di panggil ayah!" Marko yang kesal
"Saya juga ga suka di panggil ayah sama sialan itu, bawa pergi" ujar Jhonny dari dalam, Haikal yang mendengar nya pun terdiam dan menatap nanar Marko
"Hussttt, udah udah, balik kerumah sakit ya, jangan di dengerin" ujar Marko
Sesampainya di rumah sakit, Doni menyambut nya dan segera memeriksa keadaan haikal, benar saja, kini tangan nya patah dan harus mendapatkan perawatan yang lebih.
"Patah Mark" ujar Doni yang langsung pergi meninggalkan Marko dan kembali keruangan haikal
"Sialan sialan sialan" ujar Marko, mata Marko kini memerah pelupuk mata nya kini sudah di banjiri air mata dan langsung Marko hapus Secara kasar

HAIKAL DAN SENYUMNYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang