setelah berhari hari ia mencari pekerjaan yang cocok Kini akhirnya ia mendapat kan pekerjaan sebagai pelayan restoran, kini ia melakukan aktivitas tanpa Marko, Kini Marko tampak sering sibuk, haikal faham akan hal itu lagi pula dia bisa melakukan sendiri, setelah tiga hari ia bekerja semuanya tampak baik, hanya saja senior yang kurang ramah, tapi itu tidak mengurangi semangat haikal untuk mencari sepeser uang, ia akan bekerja selepas pulang sekolah hingga pukul sembilan malam, kini keadaan restoran tampak ramai haikal tampak begitu sibuk melayani pelanggan restoran
"aduh . . ." keluh haikal menatap gerombolan pemuda yang menatap haikal, haikal menghampiri nya lalu mencoba untuk tetap profesional
"waduh ni bocah kerja sini? keren nih" ejek Chandra
"Mau pesen apa?" Tanya Haikal
"anu kal, kentang goreng 4, matcha nya satu, greentea satu, hot coffe satu sama lemon tea satu ya" ujar Jendral mempercepat proses pemesanan
"iya, sebentar ya" ujar Haikal yang langsung pergi meninggalkan gerombolan tersebut
"Gangguin Sabi ga sih?" Ujar jema
"join" ujar Rian
"good idea" jawab Chandra
"Ini di tempat rame loh, udah dong" tahan jendral
"terserah lah" ujar Rian, tak lama pesanan mereka datang, dan benar saja haikal yang mengantar ntah sengaja atau tidak, jema mengambil kentang goreng nya lalu menjatuhkan nya tepat di kaki Haikal
" tolong beresin ya mas" ujar jema, tak perlu menunggu lama haikal kini menjongkok kan dirinya lalu membereskan kentang goreng nya, tak sampai di situ, Rian kini mengambil hot cofee lalu menyiramkan ke kepala haikal, haikal yang terkejut dan kepanasan pun segera menjauh
"ga sengaja lagi" ujar Rian, hal tersebut membuat seisi restoran terdiam menatap haikal, owner yang sedang berjalan untuk mengecek keadaan restoran terkejut menatap kejadian tersebut, ia segera berlari ke arah Haikal
"ada apa ini?" Ujar nya, suaranya tampak tak asing di telinga haikal, ia mendongak dan melihat sosok pria tersebut, ternyata itu Tio, haikal dan Tio tampak bingung satu sama lain
"loh kal?" Binggung Tio
"om. . ., hehehe" haikal tampak begitu malu
"Kerja di restoran om kamu? " Tanya Tio
"ini punya om?" Tanya balik Haikal
"iya, rambut kamu ko basah? di siram siapa? mereka ya?" Tanya Tio sambil menatap gerombolan pemuda yang kini bergidik ngeri, awal nya ingin mengerjai tapi kini seketika mental nya ciut
"Ga sengaja om, maaf" ujar jendral
"ya" ujar Tio
"kamu kenapa kerja lagi?" Tanya Tio
"gapapa om" jawab Haikal
"Sini sebentar" ujar Tio kini keduanya meninggalkan gerombolan pemuda tersebut
"Sialan owner nya om nya haikal? taiii" kesal Chandra, kini Tio sedang menyidang Haikal di ruangan nya menanyakan beberapa hal kepada haikal
"Betah kerja disini?" Tanya Tio
"Iya om, om mau pecat haikal ya? maaf ya om"
"ga, kalo kamu betah yauda kerja disini aja, om gapapa"
"Makasii ya om"
"Iya, yauda balik kerja deh"
"Iya om, permisi yaaa" ujar Haikal sambil berjalan meninggalkan ruangan Tio
"Jhon, liat anak lo sekarang, ko bisa Lo nelantarin anak kaya Haikal, kalau Lo bukan temen gua udah gua adopt Haikal" ujar Tio yang sedang merenung memikirkan bagaimana keadaan Haikal sekarang, hari sudah mulai malam, jam kerja haikal akan segera selesai ia membereskan barang-barang nya terlebih dahulu sebelum ia pulang
kringg kringg
dering telpon Haikal, haikal bergegas mengangkat telpon tersebut
"Mark"
"Halo, kenapa Mark?" Ujar Haikal
"Dimana, rumah ko sepi" tanya Marko
"Masih di kerajaan Mark, bentar lagi pulang, tunggu ya" Jawab Haikal
"Kerja? Ko gua ga tau si kal?" Tanya Marko
" kemarin kemarin kamu sibuk, buat apa aku bilang"
"Ohhh gitu, yauda gua jemput Sherlock" ujar Marko
"oke"
tutt tutt suara telpon yang terputus
beberapa waktu haikal menunggu masih belum ada tanda tanda bahwa Marko datang dan alhasil ia memilih untuk menunggu nya sambil berjalan, siapa tau akan bertemu di jalan nanti, lain hal nya menemukan Marko, kini ia malah menemukan gerombolan pemuda tersebut kembali, ya, Chandra, jema, Rian dan jendral tampak sedang menunggu sesuatu di depan sana"tuh anak nya dateng" ujar jema yang langsung menghampiri haikal disusul dengan yang lain, tanpa aba aba kini mereka mulai memukul tubuh haikal bertubi tubi kecuali jendral, jendral tampak berusaha menghentikan teman teman nya tersebut tapi tidak bisa, badan jendral lah disini yang paling besar tapi ia tidak pernah memakai otot otot nya untuk memukul orang lain
"ututututu, sakit banget ya bang??" tanya Chandra yang mendekat kan wajah nya kedepan wajah haikal, haikal tampak meringis perih setelah mendapat pukulan di sudut bibirnya lalu kini di perutnya
"aku ngapain sih? Marko udah main sama kalian, sekarang kalian masih mukulin aku?" Jawab Haikal lantang
"waduh, udah berani buka suara nih, gantian ga nih mukulnya?" Ujar Chandra yang langsung mundur dan mempersilahkan jema, jema tampak tersenyum senang ia lalu memukul perut Haikal keras bak samsak dilanjutkan dengan bagian-bagian tubuh yang lain, kini Rian maju dan langsung memukul kepala haikal keras, jendral menatap itu bergidik ngeri tapi tak tau cara memisahkan mereka, lain halnya Haikal kini sudah benar benar merasakan badannya remuk ia tersungkur lemas dengan lukisan biru dan ungu di kulit nya, tak luput darah segar mengalir
"Jen gantian Lo" ujar Rian
"udah udah, balik aja kita" jawab jendral
"Cemen bet ni bocah, udah pukul aja" ujar jema
"Tau, nih nih gini" ujar Chandra yang memperagakan pukulan nya untuk Haikal, jendral hanya mengangguk kan kepala nya lalu ikut memukul haikal, tapi tak sekuat teman nya
"ah elahhhh gitu doang, gini nih biar seru" ujar Chandra yang langsung menginjak tangan Haikal yang masih tertekuk begitu keras
"ARGHHHH!" teriak haikal
"eh eh sakit tuh, lanjut ah" ujar jema yang ikut serta menginjak tangan Haikal yang masih setia tertekuk, di lanjutkan dengan Rian, haikal kini benar benar menangis merasakan tangan nya begitu sakit di injak-injak oleh 3 pemuda tersebut
"u-udah . . ."
"sakit, tangan ku sakitt Jenn, udahh . . ." ujar Haikal yang suaranya tersegat menatap jendral, ia tau bahwasanya jendral tak pernah ikut campur dalam urusan memukul dirinya atau menindas dirinya, Haikal pikir jika ia memohon kepada jendral penderitaan nya akan selesai
"sakit banget nih, last one bro, injek bareng ya?" ujar Chandra
"ayo" jawab jema
"1 2 3!" Benar saja ketiga nya menginjak tangan Haikal bersamaan dengan begitu keras
"cukup deh main nya, byeeee!" Ujar jema
"kal . . ." batin jendral, kini pemuda tersebut meninggalkan Haikal yang tersungkur kesakitan di jalan yang begitu sepi
"bundaa . . ."
"tangan haikal Bun, sakit Bun . . ."
"tolongin haikal" ujar Haikal yang masih menangis merasakan rasa yang teramat sakit di tangan nya, beberapa waktu berlalu, haikal terlihat masih tersungkur dan tetap menangis
"Mark. . ."
"Aku disini kesakitan Mark, tolong . . ." ujar Haikal, tak lama sorot lampu motor datang menghampiri haikal, seperti keajaiban Marko benar benar datang
"Weh apaanih, ni orang ko tidur di jalan" ujar Marko yang kini turun dari motornya lalu berjalan mendekati haikal, Marko terkejut mendapati Haikal yang kini sudah terlihat kacau penuh luka, darah dan ia juga menangis
"HAIKAL!!!" Marko yang terkejut
"ya ampun kall, ko bisa sampe giniii sih, siapa yang ngelakuin?" Ujar Marko sambil menaruh kepala haikal di paha nya lalu mengusap pelan pipi Haikal
"Mark. . ." ujar Haikal pelan
"iya iya, ini Marko, kenapa? siapa yang bikin gini?" Ujar Marko yang berusaha mengajak Haikal bicara, supaya ia tetap sadar
"Mark tangan aku sakit. . ." Ujar haikal sambil meneteskan air mata nya
"sakit banget Mark. . ." ujar Haikal, Marko tampak ikut mengeluarkan air matanya, ia kini segera menelpon ambulance
"sebentar ya, tunggu dulu, bentar lagi Dateng" ujar Marko sambil meneteskan air matanya, haikal kini mulai menutup matanya secara perlahan
"KALLLL! BANGUNNNN" teriak Marko sambil menguncang kepala haikal
"kal . . ."
"berengsek, siapa yang bikin haikal gini." Ujar Marko yang langsung mengusap air matanya, kini ambulance datang, haikal di bawa memasuki ambulance di temani dengan Marko, sesampainya di rumah sakit, tampak seorang dokter yang tak asing lagi, ya, Doni."loh, Haikal? Ini kenapa Mark?" Tanya Doni khawatir
"Gatau om, aku nemu in Haikal di jalan udah gini, tolong sembuhin Haikal om!" Ujar Marko yang gelagapan karena menangis
"cepet bawa ke UGD." Perintah Doni, kini mereka beramai-ramai ke ruang UGD, Marko kini menunggu di kursi tunggu, ia tampak begitu gelisah
"Haikal. . ."
"bisa ya kal ya, matahari ga ada yang lemah. tolong tetep kuat kal" ujar Marko, waktu berlalu, Marko masih menunggu hasil nya di luar, tak lama Doni datang, Marko segera menghampiri Doni
"om, Haikal kenapa omm??" Tanya Marko yang semakin tampak tak tenang
"dia habis di hajar siapa Mark? Badan nya memar semua itu masih mending, tapi kamu tau? tangan kanan haikal tulang nya retak, bahkan sedikit lagi hampir patah" ujar Doni, Marko terdiam lalu meraup wajah nya kasar
"retak? Haikal tapi gapapa kan om? ga ada yang lebih parah?" Tanya Marko
"ga ada, tangan nya retak" ujar Doni
"ahhh haikallll, aku boleh masuk ga om?" Tanya Marko
"iya, jangan berisik" ujar Doni, haikal kini berlari menuju UGD
"Marko gatau tentang penyakitnya haikal? padahal mereka deket." Batin doni, Marko kini memasuki ruangan haikal, tampak haikal masih terbaring begitu lelap karna efek bius
"kal, siapa yang ngelakuin ini sih? seharusnya gua jemput lo lebih awal" ujar Marko sambil menatap Haikal sembari terduduk lemas di kursi dekat ranjang Haikalhaloo guys, jangan lupa di votee yaaa, aku liat liat view nya tambah turun, tapi gapapa, makasi ya buat kalian yang uda mau baca+votee,lofyuuu all💐💐
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIKAL DAN SENYUMNYA
RandomKehidupan seorang pemuda yang berjuang untuk mendapatkan sedikit kebahagian, ntah itu akan berhasil atau tidak, yang penting sudah ia coba, tak hanya masalah keluarga, masalah yang ada di dalam tubuhnya, pergaulan nya dan juga masalah percintaan nya...