15

354 30 0
                                    

"kal, aku . . ." Marko bergetar lalu menangis dan menatap mata Haikal nanar Haikal hanya terdiam sejenak merasa kan perutnya yang masih terasa begitu sakit lalu darah nya tak kunjung berhenti
"Maaf . . ."
"Aku ngerusak hidup kamu kal, bikin hidup kamu kacau, sekarang akibat nya gini, maaf, seharusnya aku sadar dari dulu, kenapa baru sekarang, maaf kal" ujar Marko sembari terisak di hadapan Haikal, Haikal yang tak menjawab hanya terdiam seperkian detik
"Bisa di obatin kan ya? Kita obatin ya kal ya? Aku temenin" Marko yang tampak panik
"Iya"
"Kal?" Marko terkejut mendapati Haikal yang tampak begitu pucat dan darah yang keluar dari hidung nya tak kunjung usai
"Om, obatin Haikal om . . ."
"Mark mohon"
"Kenapa kamu sekarang baru sadar? Dari dulu kemana?" Ujar Doni
"Mark tau salah om, Mark minta maaf, Haikal bisa sembuh kan om?"
"Takut kalau ketauan Jeffry? Atau takut di laporin, atau pure sadar?"
"Mark minta maaf om" keduanya sedang beradu sedangkan Haikal yang merasakan pening melihat pandangan yang mulai meredup badan nya yang semakin melemas
"Sakit juga kalo gini" batin Haikal lalu mata nya mulai tertutup
"Kal?" Marko terkejut mendapati Haikal yang sudah menutup matanya
"Haikal!"
"Engga! Ga ada ya,  jangan bercanda kal, maaf Haikal, maaf . . ."
"HAIKAL!" sentak Marko, Doni yang menyaksikan hal tersebut segera mengecek keadaan haikal
"Apasi Mark, jangan teriak di telinga ku, sakit tau! engga engga aku belum meninggal, pengen banget ya liat aku meninggal?" Ujar haikal yang membuat keduanya merasa panik dan juga terkejut, Doni terjongkok lemas, sedangkan Marko mengelus dadanya sembari mengatur nafasnya
"Apasi, orang gapapa, too much" celetuk haikal
"Bangsat! Haikal kita takut Lo kenapa kenapa malah Lo bercanda, lucu Lo begitu? Panik tau ga!" Bentak Marko yang menggelegar di telinga Haikal
"Aku ga bercanda Mark, emang sakit, tapi aku belum meninggal, aku ga bermaksud gitu . . ."
"Mark, gausa bentak bentak Haikal, kamu kalau mau ambil hp ambil, langsung pulang, ga ada hak kamu bentak keponakan saya" Doni yang berdiri dan mulai membersihkan baju pasien milik Haikal yang lumayan kotor akan darah Haikal lalu juga selimut nya
"Di usap itu hidung nya" ujar Doni sembari menyodorkan tissue
"Nunggu apa? Pulang Marko."
"Engga om, Haikal-"
"Pulang."
"Iya, balik dulu ya, maaf sekali lagi ya kal" ujar Marko yang dijawab senyum tipis oleh Haikal 
      

***

berhari hari berlalu Marko kini menyikapi Haikal bak layak nya seorang raja, sejak kejadian tersebut Marko kini sering menghabiskan waktu di rumah sakit bersama Haikal

"Kal, kalo gagal ginjal itu harus cuci darah kan ya?" Ujar Marko sembari menatap benda pipih yang di genggam nya
"Iya, kenapa?"
"Ko Haikal ga cuci darah?" Tanya Marko
"Gapapa"
"Cuci darah ya kal, jangan di diemin" ujar Marko tampak gelisah
"Iya nanti, aku mau tapi kita pulang dulu ya? Tangan aku Udah baikan Mark, kalau kita pulang aku mau"
"Kal, ayoo lah" Marko yang tak setuju
"Yauda"
"Iya, Mark omongin ke om Doni, tapi beneran ya?"
"Iyyyaaaa ka markooo tampan, Minggu ini pokonya pulang nya."
"Iya" setelah Doni dan Marko membicarakan hal tersebut akhirnya Doni meng iya kan hal tersebut
"Rill nih? Pulang? Serius ya om?"
"Iya, tapi kamu juga harus jaga diri"
"Siapppp!"
Hari itu juga Haikal bergegas pulang Haikal tampak begitu sumringah ketika keluar dari kandang tersebut, ia berlarian kecil di iringi oleh Marko dan Doni
"Kalo lari ga jadi pulang" ujar Doni yang membuat Haikal sontak terdiam dan diam di tempat
"Dikit dikit ngancem dikit dikit ngancem" ujar Haikal
"Orang ngomong dengerin kal, jangan di jawab" ujar Marko
"Iya, maaf ya om"
"Ke rumah ayah ya om? Haikal mau kasih tau kalau haikal udah pulang"
"Ga." Ujar Marko dan Doni bersama
"Sumpah bocah kenapa sihhhh, udah pulang langsung pulang jangan belok belok." Tegas Marko
"Padahal kangen ayah . . ."
"Dok, maaf ada pasien yang cariin dokter" ujar perawat yang menghampiri Doni
"Iya, kamu duluan saya nyusul" jawab Doni
"Baik dok"
"Om ga bisa anter Haikal deh, pulang bareng Marko ya? Hati hati, Mark titip Haikal" ujar doni
"Iya om" ujar Marko
"Iya, gapapa" jawab Haikal
"Yaudah om dulu an ya Haikal, cepet sembuh" ujar Doni yang melangkah menjauh dari Haikal, Haikal bergegas mengejar Doni dan memeluk tubuh Doni se erat erat nya
"Om terimakasih ya udah rawat Haikal, Haikal emang belum pernah ngerasain rasanya disayang sama ayah, tapi sama om rasanya kaya aku sama ayah" ujar Haikal sambil memeluk tubuh paman nya tersebut
"Iyaa, sama sama"
"Ayah?" Ujar Haikal pelan sembari tersenyum tipis ke arah Doni
"Hm? Manggil apa tadi?" Doni terkejut menatap Haikal, tak bisa di ragukan doni benar benar menyayangi Haikal bak anaknya sendiri, dikarenakan Doni bercerai saat ia belum mempunyai anak ia merasa Haikal sudah seperti anaknya
"Ayah, om suka di panggil ayah?" Ujar Haikal yang membuat Doni bergetar, ia benar benar ingin merasakan di panggil ayah bertahun tahun lamanya hanya saja takdir berkata lain
"Suka banget" ujar Doni yang memeluk kembali tubuh keponakan nya sambil mengelus pucuk rambut haikal sambil menatap Haikal nanar
"Haikal panggil ayah ya?" Ujar Haikal yang sedikit meregang kan pelukannya dan melihat Doni yang kini matanya sudah berair
"Jangan nangis om! ihh gajadi panggil ayah deh" ujar Haikal
"Engga engga" Doni langsung mengedipkan matanya cepat
"Ayah mau cup cake? Besok Haikal kesini ya, bawain ayah cup cake!" Ujar Haikal yang semakin membuat Doni benar benar merasa bahagia di campur dengan rasa sedih
"Iya, terserah Haikal aja" ujar Doni dengan suara bergetar, Marko yang menatap hal tersebut terdiam sambil tersenyum tipis
"Kal maaf, gara gara aku kamu jadi sering bolak balik kesini, cape banget ya ngehadepin semua nya sendiri? Habis ini aku ga bakal bikin kamu ngerasain hal kaya dulu, maaf kal" batin Marko
Sedangkan kini Doni  semakin terisak di hadapan haikal
"Cepet sembuh ya, jangan di biarin tubuh nya, kalau sakit gausa di tahan terus, cepet di obatin Haikal, nunggu apasi kamu . . ." Ujar Doni
" Yah kalau misalnya Haikal pergi duluan gimana yah? Haikal belum bikin ayah Jhonny bangga, Haikal belum bilang ke ayah Jhonny soal penyakitnya haikal, Haikal takut mau bilang yah . .  ." Doni yang mendengar itu sontak semakin terisak
"Apasih! Ngomong apa kamu? Kamu bakal sembuh Haikal, pasti."
"Ayah gamau tau, mulai Minggu depan kita mulai berobat"
"Tapi haikal bilang ke ayah Jhonny dulu ya yahh, haikal bener bener pengen di temenin ayah Jhonny pas berobat. . ." Ujar Haikal yang pelupuk matanya mulai penuh dengan air mata
"Haikal bener bener pengen banget, impossible banget ya yah? Padahal Haikal cuma minta sehari . . ." Haikal yang mulai menangis
"Orang orang ngomongin apaan dah, lama banget" Marko yang tampak binggung menatap dari kejauhan
"Jhonn, anak lo Jhon, dia pengen ngerasain rasanya di anggep sama bokap nya, tolong berhenti bikin Haikal kesiksa" batin Doni
"Haikal kangen bunda, kangen ayah, haikal butuh mereka" haikal yang sesegukan
"Udah udah, gausah nangis, pulang ya istirahat" ujar Doni, Haikal langsung melepaskan pelukannya dari Doni lalu mengusap matanya
"Haikal pulang duluan ya yah, dada!"
"Daa!" Haikal kini mulai meninggalkan Doni dan menghampiri Marko, Marko terkejut mendapati Haikal yang sembab
"Loh, nangis? Ngomongin apaan sih?" Tanya Marko
"Engga, pulang Mark" ujar Haikal sambil masih sesegukan Marko tertawa kecil melihat Haikal yang sesegukan sambil berbicara
"Iya iya pulang, kaya bocah kalo nangis"
"kamu kalo nangis kaya kakek tua"
"Kapan Marko keren ini nangis"
"Hari Senin"
"Ha?"
"Udah Marko, aku mau pulang!"
"Siap bossz, ayo" Doni menatap punggung Haikal yang mulai menjauh dari pandangan nya
"Kamu harus sembuh Haikal, ayah gamau sampe kamu kenapa kenapa" ujar Doni pelan
"Ayah? "
"Hehehe, ayah. udah lama pengen di panggil ayah sekarang di panggil ayah sama haikal, rasanya senenggg banget ya?" Ujar Doni sembari tersenyum

HAIKAL DAN SENYUMNYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang