10

374 44 1
                                    

"udah kenapa om, jangan main tangan terus, ini anak om!" Tegas Marko sambil memeluk haikal
"Mark kita keluar aja . . ." ucap Haikal pelan
"iya iya, kita keluar aja" ucap Marko sambil membawa tas belanja nya sambil tetap setia merangkul Haikal
"lama gua ga ketemu kalian, gimana kabarnya?" Tanya Jhonny tanpa beban
"Jhon, itu anak lo, tolonglah" ujar Doni
"bukan, kita pindah tempat aja deh, jangan di sini" ajak Jhonny, Tio dan lain mengangguk kan kepala nya
"kita ni duren ya" celetuk Tio
"ha?" Binggung Jeffry
"Duda keren, Lo duda kan? Doni juga Jhonny juga duda, bisa bareng gini ya" jelas Tio
"takdir yok, udah pindah ke cafe aja deh" ujar Doni
"Cafe punya gua aja, baru buka cabang baru gua" ujar Tio
"Ayo"

                                     ***
Haikal dan Marko kini duduk di bangku taman rumah sakit, tatapan mata Haikal kosong, Marko membuka satu kantong Snack yang ia bawa lalu menyodorkan nya ke haikal, pipi bulat Haikal terlihat biru di sebalah kiri, Marko mengelus nya pelan
"Sakit ga?" Tanya Marko yang membuyarkan lamunan Haikal
"gaa Mark, Mark ayah Mark, aku kangen ayah, seneng banget bisa ketemu, walaupun ayah ga seneng sih" ucap Haikal tersenyum manis sambil menatap mata Marko
"Udah jangan di pikirin, ni makan ni" ujar Marko sambil masih menyodorkan Snack tersebut
"Aku mau yang biscuit mark" ucap Haikal
"Oh iya, lupa lupa" Marko segera mengambil kan satu kotak biscuit lalu memberikan nya
"mbrot" panggil Marko disaat Haikal masih fokus mengunyah
"huh?" Ucap Haikal sambil masih mengunyah biscuit tersebut
"Makan nya satu satu napa,ini dimasukin semuanya? Ko penuh gitu" tanya Marko
"udah Marko mau ngomong apa?"
"Maaf ya"
"Buat?"
"Pukulan yang Marko kasih, itu sering banget, maaf ya, Haikal udah sering banget di pukulin kan ya? Di rumah sama ayah terus sekolah sama Marko, maaf banget" ujar Marko sambil menatap dalam mata haikal
"Gapapa Mark, aku udah maafin ko, lagian kamu udah berubah, gapapa"
"Sekarang udah ga ada yang pukulin Haikal kan ya harusnya? Ayah nya kan udah beda rumah juga, kalo ada bilang Mark ya" ujar Marko sambil mencubit kecil pipi Haikal
"Temen kamu masih Mark" batin Haikal
"Iyaa, pasti" jawab Haikal, setelah menyelesaikan makan haikal dan Marko kembali ke kamar, melihat ruangan yang telah kosong Marko terlihat senyum lega
"Pulang juga akhir nya si Jhonny" batin Marko
"Yahhh, udah pulang" haikal yang terduduk malas di sofa, di ikuti dengan Marko
"Mark pulang ayo, aku juga udah gapapa"
"Haikal, tolong ya Lo diem bentar, jangan minta pulang Mulu, nanti kalo waktunya juga pulang, rumah Lo ga akan ilang" omel Marko, Marko kini sering berubah rubah cara bicara kadang halus  kadang juga kembali ke semula, kasar
"Harus panggil kaka dulu?" ucap Haikal sambil menggenggam tangan Marko lalu menatap mata Marko dalam, berharap di ijinkan pulang
"sialan"
"iya iya, bentar lagi dokter nya kesini" ucap Marko dan langsung membuang muka, Haikal pun tersenyum, kini haikal menunggu dokter sembari bermain rambut Marko, Marko yang sedang sibuk dengan ponselnya pun tak peduli
"Mark Mark, rambut kamu berapa sih?" Tanya haikal yang begitu di luar jangkauan manusia, Haikal menatap wajah Marko yang sedang sibuk dengan ponselnya tersebut sambil memasang wajah penasaran
"apalagiii sih mbrot, udah diem kenapa sih, tiduran di ranjang sana loh jangan gangu" Marko yang terlihat lelah menghadapi pertanyaan yang di lontarkan Haikal, semenjak mereka berteman akrab kini keduanya sering bertanya hal hal yang tidak penting untuk menghibur keduanya terlebih Marko akhir akhir ini selalu saja marah karena haikal tak mengerti lelucon yang ia lakukan, tapi hal iru membuat hubungan mereka semakin akrab
"Kan tanya doang" jawab Haikal sembari memainkan rambut Marko
"Kal udah ah!" Sentak Marko langsung menepis tangan Haikal dan meneruskan memainkan ponselnya, Haikal pun diam lalu menunduk
"Eh ga ga, ini ni mainin nih, mau haikal Jambak juga gapapa, nih" ucap Marko sambil menyodorkan kepala nya, kini gantian Haikal, Haikal menepis kepala Marko pelan lalu berjalan ke arah ranjang nya lalu menutup seluruh badan nya dengan selimut
"yahh, marah deh ni anak" ucap Marko pelan sambil mengikuti haikal
"ini ni mainin lagi gapapa, kita itung bareng bareng deh rambutnya, kalll" ucap Marko tapi tak ada jawaban dari balik selimut, setelah beberapa menit membujuk Haikal tetap tak merespon, alhasil Marko duduk di samping ranjang Haikal, lalu sang dokter pun datang memberikan kabar bahwa Haikal boleh pulang, sontak haikal membuka selimutnya lalu bergegas turun dan mulai membereskan barang-barang nya
"sini Mark bantu"
"ga"
"marah kamu kal?"
"ga"
"yauda sini Mark tolong"
"engga Mark, duduk sana"
"hadeh, repot nih urusannya, perkara rambut" batin Marko, setelah selesai Haikal segera keluar dari kamarnya, Haikal menarik tangan Marko untuk ikut keluar, Marko tersenyum kecil melihat pria di depannya kini tak ingin melihat nya tapi menggandeng tangan nya
"kenapa?"tanya Marko
"nanti kamu di kunciin disana kalo ga keluar keluar" jawab Haikal, setelah nya mereka menyelesaikan administrasi lalu bergegas untuk pulang
"loh loh, mau kemana heh, bareng Mark aja sini" ucap Marko yang melihat Haikal berjalan berlawanan arah dan segera menarik tangan nya
"ga deh, aku mau pulang sendiri" jawab Haikal
"gausah, masa masih marah si haikal, maaf ya, ayo pulang bareng Mark aja"
"hmmm" haikal yang masih berpikir
"lama" ucap Marko langsung menarik tangan Haikal lalu menyuruh nya naik ke motor nya
"tinggal gini ko bingung" ucap Marko

HAIKAL DAN SENYUMNYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang