04

4K 344 3
                                    

Saat ini Druuan tengah melayani para tamu undangan di perjamuan nya itu. Semua orang mengucapkan selamat pada Druuan, kecuali hanya satu orang saja yang belum. Dimana Rian saat ini? Kenapa belum muncul juga? Apa terjadi sesuatu dengan nya? Druuan terus berpikir mempertanyakan pertanyaan tersebut berulang kali dibenaknya tanpa memperhatikan para tamu yang sedang mengobrol dengan nya itu.

.....
.......
.........

Kini Rian tengah berjalan dengan sebuah kotak kecil di tangan nya. Hanya saja ia takut bahwa tangannya akan sangat mencolok nantinya. Saat ini kedua tangannya sudah terbalut dengan perban yang menurut Rian terlalu berlebihan. Pasalnya tangannya hanya tergores dengan jarum saja, tidak dalam tapi jika dibiarkan lama-lama ternyata lumayan sakit. Sistem juga sedari tadi panik dengan darah yang terus keluar dari tangan Rian, dipikiran sistem hanya Rian harus dibalut dengan perban.! Rian hanya bisa menghela nafas panjang melihat tingkah sistem saat itu.

Tanpa sadar Rian sudah berada didepan ruang perjamuan. Entah mengapa Rian tampak gugup sekali didepan pintu besar ini. Pasalnya ia tak pernah sekalipun menghadiri perjamuan mewah. Ketika pintu terbuka mata semua  orang mulai berpindah fokus pada Rian. Orang-orang di perjamuan itu mulai bertanya identitas orang ini. Rian tetap fokus ke depan tanpa mempedulikan orang-orang yang membicarakan nya saat ini.
Mata Rian kini terfokus pada Druuan yang saat ini sedang berbicara dengan pelayan pribadinya. Entah mengapa wajah Druuan sedikit pucat dari biasanya, apakah dia sedang sakit?.

Karena penasaran Rian berjalan menghampiri Druuan. Saat berjalan di tengah keramaian tiba-tiba Rian tertabrak oleh seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya. Rian jatuh terduduk, Rian meringis kesakitan di area belakang dan juga tangannya yang menahan badannya karena jatuh. Kini perban ditangannya mengeluarkan sedikit bercak darah di salah satu tangan Rian.

"Apa kau tidak punya mata untuk melihat? ". Kini laki-laki yang menabrak Rian tadi menarik kerah baju Rian untuk membuat nya berdiri paksa.

-----------------------------------------------
       --------------------------------

" Hey siapa pria yang baru saja masuk itu? Benar benar tidak punya sopan santun. "
Seorang pria tua berisi tampak sedang mencemooh orang yang baru datang saat ini.

"Pria seperti itu harus ku beri pelajaran ! ".

.......
.........
...........

Rian hanya diam saat pria didepan nya sedang menceramahi nya. Rian tahu rencana busuk orang didepan matanya ini. Apakah dia  berpikir Rian tidak mendengar percakapan nya tadi..

" Apa kau tuli! Beraninya kau mengabaikan ku ! ". Lelaki tua itu terlihat marah dan siap untuk meninju muka Rian yang masih ada digenggaman itu. Tepat saat tinju itu hampir mendarat dimuka Rian, sebuah tangan menghalangi rencana nya itu.

" Sialan kau lepaskan! ". Lelaki tersebut menepis kasar tangan yang menahannya dan kini tangannya satu yang masih memegang kerah baju Rian dengan sengaja melepas kerah bajunya hingga Rian terjatuh. Untungnya Rian berhasil ditangkap oleh salah satu pelayan disana.

" Apakah anda terluka tuanku? ". Salah satu pelayan bertanya pada Rian yang saat ini dibopong berdiri.

" Beraninya pelayan rendahan sepertimu-

"Bukankah seharusnya kau yang terlalu berani mengganggu istriku, apa kau ingin mati disini? " Druuan memotong pembicaraan lelaki itu dan mulai menatap horor pada lelaki tua itu.

"Count Pierto, apakah anda sudah bosan hidup? " Druuan kini mencengkram leher Count Pierto hingga merah. Semua orang yang melihat kejadian tersebut terkejut bukan main, pasalnya Duke tak pernah membuat kegaduhan seperti itu sebelumnya.

"Tuan ku?! Tangan anda terluka?! ". Pelayan tadi berteriak histeris melihat luka yang ada ditangan Rian saat ini. Semua orang sontak memalingkan pandangannya ke tangan Rian yang saat ini di perban dan mengeluarkan darah karena aksi tadi.

Semua orang di tempat itu seolah menatap tak percaya bahwa Count Pierto akan melakukan hal gila seperti itu apalagi pada istri Duke. Semua orang berbisik dan mendiskusikan pendapat mereka masing-masing mengenai kejadian ini.

Mata Druuan membulat karena melihat luka yang dikatakan pelayan tadi benar. Druuan lantas beralih dari mencengkram leher Count Pierto menjadi menggenggam tangan istrinya. Wajah Druuan panik karena melihat darah yang ada di tangan istrinya.

Sebaliknya Rian terkejut bukan main karena ia hanya merasa bahwa luka yang didapatinya tidaklah terlalu parah dan hanya luka kecil saja, walaupun sebenarnya perbannya saja yang terlalu mencolok namun sepertinya orang-orang disini tak terlalu mempedulikan nya.

'Astaga dasar orang-orang aneh ini, padahal bukan luka yang serius tapi mengapa reaksi mereka berlebihan'.
Rian mengerutkan alisnya karena mulai lelah dengan semua drama yang berkepanjangan ini.

" Saya tidak apa-apa Duke, lagipula ini hanyalah luka kecil ". Rian tersenyum dan berusaha meyakinkan pria didepan nya bahwa dirinya baik-baik saja.

" Tapi tangan mu terluka" Kini Druuan beralih menatap sendu pada tangan itu dan mengelus pelan tangan Rian.

Entah kenapa jantung Rian berdetak kencang. Telinga memerah. Rian langsung memalingkan wajahnya karena malu. Ia merasa bahwa perasaan nya begitu aneh. Apa ini karena perasaan yang dimiliki pemilik tubuh ini sebelumnya?.

"Saya mohon ampuni saya tuan Duke! Saya tidak tahu kalau orang ini adalah istri anda! ". Count Pierto panik bukan main,ia takut bahwa nasibnya akan berakhir disini. Count Pierto yang baru saja menjadi orang kaya dadakan, tak mau mengalami kemiskinan lagi.

" Kau masih berani menyebut istri ku tanpa gelarnya? ". Druuan yang awalnya bersikap manis dihadapan Rian kini langsung melihat ke arah count Pierto dengan tatapan sinisnya.

" Tuan Duke bukankah anda sebaiknya mengobati istri manis anda terlebih dahulu? Saya khawatir bahwa istri anda sudah merasa tak nyaman disini ". Seorang perempuan tinggi menyela pembicaraan Druuan sambil memegangi sebuah kipas kecil di tangannya untuk menutupi wajahnya.

'Nona Selena Choerz, bukankah Nona itu mantan tunangan Duke?' Para bangsawan mulai berbisik bisik tentang Nona di depan mereka saat ini. Tentu saja Rian sudah tahu siapa Nona ini dari awal, mantan tunangan Duke yang dikabarkan tergila-gila dengan Duke datang kesini. Rian menyeringai menyadari bahwa ada sesuatu yang menarik disini.

Druuan hanya menatap Selena datar, alisnya tampak berkerut seperti seseorang yang sedang menahan amarah. Karena tak ingin berlama-lama Druuan memutuskan pergi dari sana dan menarik lengan Rian untuk pergi dari sana.










So sorry buat keterlambatan up nya..
Btw

Happy reading~!


Another One (BL+18!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang