•
•
•
•
•
•'siapa kalian?! bagaimana kalian bisa masuk?!'
'anda melanggar perjanjian, Duchess Wilmatte.
Dan sesuai dengan perjanjian, maka Raja memerintahkan agar anda mendapat hadiah yang setimpal''a-apa maksudmu? aku sudah memberikan darahku sesuai dengan perjanjian! seharusnya kalianlah yang melanggar!
'bukankah kalian berjanji agar tidak melakukan apapun pada Duke?!'
'Duke lah yang memulai perang ini, bukan salah Raja jika dia membuat keputusan ini'
'Berarti bukan salahku jika aku tidak mengirim darahku lagi kepada rajamu yang bahkan tidak bisa bertahan jika bukan dengan darahku?!'
kedua pria itu saling berhadapan, lalu menoleh kembali ke arahnya.
'Raja sudah memerintahkan kami untuk melakukan ini, jadi jangan salahkan kami jika kami berbuat kasar pada anda.'
Salah satu pria itu pergi keluar melalui jendela, dan dalam waktu singkat banyak sosok pembunuh bayaran datang ke ruangan itu.
Terdengar dari jauh suara teriakan meminta pertolongan dan asap kebakaran yang menjalar ke seluruh kastil. Terdengar suara tangisan bayi kencang dari tempat tidur bayi, seketika kelompok pembunuh bayaran menoleh ke arah suara.
'Ah, ternyata Raja benar. Duchess Wilmatte ini bahkan bisa melahirkan seorang anak untuk Duke, keturunan Yinlan benar-benar istimewa.'
'Jangan berani mendekati putraku!'
'Turunkan senjata anda, Duchess.'
'Keahlian berpedang anda bahkan tidak lebih hebat dari pembunuh bayaran kami, lagipula kami hanya akan mengambil putra anda sebagai ganti persembahan anda.'
Suara tangisan bayi itu semakin kencang, asap dari kebakaran yang hampir melahap seluruh kastil. Tatapan membunuh yang ditujukan untuk membunuh Duchess Wilmatte, dan Duchess Wilmatte yang berusaha melindungi putranya.
Ti-tidak.. Jangan sekarang... Aku harus memberikan putraku kasih sayang..
Duke... ku mohon... Hentikan perang ini...•
•
•
•
•"Papa.. Papa!" Rian sedikit tersentak saat Raymond menepuk pipinya untuk menyadarkannya.
"Anda baik-baik saja? Apa anda merasa tidak enak badan?" Druuan kini bertanya sembari memperhatikan setiap inci wajah Rian untuk memastikan semuanya baik.
'Ah.. Benar, aku masih didalam kereta kuda menuju ke ibukota.'
'kepalaku jadi pusing karena tiba-tiba saja ingatan pemilik sebelumnya datang'
"Tidak, aku tidak apa-apa. Hanya sedikit mengantuk saja" Rian mulai menatap pemandangan melalui jendela, entah mengapa dirinya merasa sedikit dejavu jalan dengan tempat ini. Apa pemilik tubuh sebelumnya pernah datang kemari?
"Kita akan sampai sebentar lagi, setelah melewati area ini kita akan sampai di ibukota"
Menunggu memang membosankan apalagi jika suasana didalam kereta sangat sunyi, ngomong-ngomong kemana sistem tupai itu menghilang? sejak kemarin tidak ada kabar..
"Tuan Duke, kita sudah sampai di gerbang masuk ibukota."
"Kereta akan berhenti sebentar untuk pemeriksaan barang dan mungkin akan memakan waktu cukup lama, apa anda tidak keberatan menunggu ?" Pengawal khusus milik Duke memberi informasi tentang pemberhentian ini.
"Baiklah, Mari kita turun dulu agar pemeriksaan nya cepat selesai." Druuan turun terlebih dahulu dan disusul oleh Raymond yang berusaha turun sendiri dari kereta.
Druuan menawarkan tangannya saat Rian hendak turun dari kereta, Rian yang melihat hal itu secara tak sadar menerima ajakan tersebut dan segera turun.
"Kalian duduklah di bangku sana, saya akan mengurus barang-barang" Rian menganggukkan kepala dan menggandeng tangan Raymond untuk mengikuti dirinya.
Rian mengamati pemeriksaan yang dilakukan di gerbang masuk ibukota, tampaknya akan memakan waktu yang cukup lama karena banyaknya para bangsawan yang diperiksa.
•
•
•
•"Papa, aku ingin itu!" Raymond menunjuk ke arah kios makanan yang sedang ramai pembeli, Rian menoleh untuk memperhatikan makanan apa yang dijual sampai terlihat ramai seperti itu.
Setelah Rian perhatikan dengan jelas, bau makanan yang tercium jelas menggugah seleranya. Makanan yang dulunya menjadi alternatif saat dirinya bingung akan memakan apa untuk makan siang.
'Demi apapun, ternyata ada ayam goreng disini?! Jika aku tahu dari dulu maka aku tidak akan terpaksa memakan daun daun di kastil itu!'
Rian dan Raymond menatap terus pada kios tersebut, rasa lapar langsung menghampiri mereka apalagi bau sedap yang tampak menggoda mereka.
"Sepertinya kita akan melanjutkan perjalanan dengan kereta tumpangan, kereta kastil masih belum bisa diperiksa karena ramainya kereta yang datang"
"Apa anda ingin makan sesuatu?" Druuan bertanya pada Rian yang tampak mengamati kios makanan di depan mereka.
"Raymond ingin itu, Papa!" Raymond menarik ujung pakaian Rian dan menunjuk kios disana.
"A-ah.. itu Raymond ingin makan di kios depan sana!" Rian memalingkan mukanya berusaha menghapus air liur yang keluar dari mulutnya.
"Oh benarkah?" Rian menganggukkan kepalanya dengan antusias.
"Baiklah, mari kita membeli beberapa"
"Benarkah?! Ah, maksudku baiklah!" Rian membalikkan badannya dan menyeret Raymond yang tampak bingung.
•
•
•
•
•Hai Hai!!
Selamat lebaran bagi yang merayakan~!
Up selanjutnya mungkin sekitar tanggal 15-17 karena aku mau menikmati liburan lebaran ini sama keluarga besar 😁Btw, happy reading guys~!
KAMU SEDANG MEMBACA
Another One (BL+18!)
Random"Jadi apa yang kau inginkan? " Seorang Pria tinggi berambut putih bertanya dengan jiwa arwah yang sedang menangis saat ini. Dia menyilangkan kedua tangannya didadanya menunggu jawaban dari jiwa ini. "Ku mohon rubah nasibku" +18! BL