Part 3 - Deadline

1.9K 83 0
                                    

Anisa POV

Yap, hari ini adalah batas waktu untukku dan Mas Andrew memutuskan apakah hubungan kami akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius atau jalan di tempat.

Apalagi Lichard sudah usia 1 tahun, sudah bisa memanggilku mama dan memanggil Mas Andrew papa.

Memang dia diajarkan menganggap aku dan Mas Andrew adalah orang tuanya.

"Nis, udah ada keputusan belum?" tanya Ibuku saat kami sedang berkumpul di meja makan.

"Lichard udah mulai besar lho. Jangan kelamaan. Lagian Ibu lihat kamu makin deket sama Mas Andrew." lanjut Ibu.

"Iya, sekedar antar jemput aja, Bu. Dia juga gak ngelamar Nisa kok." ucapku.

"Ya sudah, Ibu sama Mami Aya mau cari ide dulu, supaya Mas Andrew mau melamar kamu! Apa kita jebak aja kalian sekamar terus digrebek!" ucap Ibu asal.

"Astagfirullah Ibu.... Gak gitu juga Kali... Nikah sih nikah tapi malunya kan seumur hidup!" ucapku kesal.

"Apa kita pakai pelet aja ya Bu!?" sambung Ayah tiba-tiba asal.

"Ohhh, iya yah. Ide bagus. Ibu besok mau tanya temen Ibu yang kebetulan baru aja cerita mau pasang pesugihan!" sambar Ibu mendukung ide Ayah.

"Hah!? Pelet!? Emangnya kita ikan dikasih pelet!! Apalagi pelet yang dukun-dukun, Astagfirullah... Tobat Yah, Bu... Kan tau itu dosa... Inget, salatnya gak diterima 40hari lho!! Mau!?" kesalku.

"Gak usah senewen lagi, Nis. Makanya cepat bergerak donk! Dirayu kek, diancam kek. Diapain gitu! Ibu sama Mami udah kesel banget kalian lamban. Udah 1 tahun lho." terang Ibu.

"Nisa bukan cewek murahan lho Bu yang ngemis-ngemis ke laki-laki. Kan Nisa udah bilang, misal harus gak menikah demi Lichard, Nisa rela kok! Rela jadi single parent membesarkan Lichard sendiri!" kesalku.

Tok tok tok...

"Assalamualaikum..." ucap tamu di depan.

"Nis, Mas Andrew-mu udah dateng tuh! Udah kamu bawain bekal kan!?" ucap Ibu mengingatkan.

"Apaan sih Bu, menekankan kata "mu" segala! Lebay deh! Bekal?? Gak usah lah Bu. Repot. Dari kantor juga dapat makan siang. Nanti malah mubazir." ucapku kesal kepada Ibu yang kalau ada Mas Andrew mendadak lebay.

"Nak Andrew, masuk dulu yuk. Sarapan." tawar Ibu.

"Gak usah Bu nanti telat."ucap Mas Andrew sopan. Ini yang aku suka dari keluarga Mas Andrew sangat sopan dan gak meremehkan orang lain.

"Dibawa aja, dimakan di jalan." ucap Ibu sambil sibuk menyiapkan roti tawar dan selai coklat.

"Kan, bisa disuapin Nisa." ucap Ibu.
"Nis, bawa untuk Mas-mu nanti disuapin ya." ucap Ibu sambil menyodorkan 2 tangkup roti tawar dan sebotol teh hangat.

"Iya, Bu." jawabku singkat.

❤️❤️❤️

Andrew POV

Pagi ini seperti biasa, tugas menjemput calon istri. Yes, sejak kejadian 1 tahun lalu, aku memang sudah menyiapkan diri menjadi suami dari Anisa Ramadhani, mantan iparku ini. Karena kami memang tidak dapat mundur lagi alias tidak ada pilihan lain. 1 tahun ini aku terbiasa dekat dengan Nisa. Tapi entah kenapa aku belum yakin untuk melamarnya. Seperti ada penolakan halus dari diriku.

Pagi ini dia sangat cantik. Menggunakan batik nuansa biru. Di kantor memang ada kebijakan tema warna untuk setiap harinya. Ada juga seragam dan ada juga hari casual memakai jeans diperbolehkan.

"Nis, laper nih. Suapin donk." ucapku manja.

Sudah 1 tahun ini aku manja pada Nisa. Tapi sesuai permintaan Nisa, hubungan khusus kami ini dirahasiakan karena dia malas menjadi bahan gosip. Bener juga sih! Siapapun deket sama petinggi Wijaya Corps pasti heboh! Termasuk yang terjadi pada Zee dan Tama (baca karyaku Married by Accident).

"Iiiih, manja banget sih Mas. Suap sendiri ah. Kan kalau roti gak ribet." ucap Nisa galak.

"Kenapa sewot sih, Nis! Kan tadi udah dikasih tau Ibu, diminta suapin aku!" ucapku.

"Iiih, kesempatan dalam kesempitan. Terooos aja pakai alasan Ibu." kesal Nisa.

Aku hanya terkekeh. Entah kenapa melihat Nisa marah membuatku senang.

"Mas, jangan lupa seperti biasa aku turun di halte situ. Gak usah terlalu deket kantor. Malu aku." ucap Nisa.

Sepertinya Nisa harus mulai terbiasa untuk terlihat ada kedekatan denganku. Gak mungkin akan selamanya seperti ini.

"Lho... Mas kok terus sih..." kesal Nisa.

"Kita kan gak mungkin kucing-kucingan sama orang kantor seumur hidup." ucapku santai.

"Mas, tapi kita kan gak ada hubungan apa-apa. Belum maksudnya. Kecuali kalau memang Mas Andrew sudah bener-bener niat melamar Nisa atau ada rasa sama Nisa. Ini kan gak! Mas Andrew kan sementara ini cuma jalanin yang diminta sama Ibu dan Mami." sungut Nisa.

Apa iya ya cuma karena perintah. Kenapa aku ragu sama perasaanku.

"Belum lagi kalau ada yang mau PDKT sama Nisa bisa batal, mundur gara-gara Nisa diantar Mobil mewah! Apalagi semua orang tau ini Mobil Mas Andrew, salah satu petinggi kantor. Jatuhin pasaranku Mas." Lanjut Nisa.

"Lho, maksudmu apa? Kamu masih mau tebar pesona ke cowok-cowok di saat kita sudah hampir pasti menikah!?" ucapku emosi.

"Mas, hampir pasti kan belum pasti. Hampiiiir. Hampiiiir." sungut Nisa.

"Jadi gini, kamu maunya gimana?" tantangku.

"Ada kejelasan donk selama 1 tahun ini kita ke mana-mana bareng, jujur aku risih. Bukan mahrom tapi antar jemput terus. Kalau gak ada kejelasan, inget Mas, aku perempuan kan makin tambah usia, ada expired-nya. Jadi aku mau melanjutkan hidup juga. Jadi, huuft..." Nisa menggantung kalimatnya.

"Aku mau kejelasan, kita menikah atau tidak!" ucap Nisa.

"Jangan buru-buru. Pikiran dulu. Mbak Ajeng sempat cerita ke aku kalau dulu kalian pernah dekat dan dia bilang mau PDKT lagi ke Mas Andrew. Mau balikan. Kata dia, selera Mas Andrew tuh bukan kaya aku. Itu dia omongin karena pernah lihat kita jalan bertiga sama Lichard. Waktu itu aku gak tanggepin Mas. Tapi jadi buat aku berpikir, karena aku bukan tipe Mas Andrew, makanya Mas Andrew galau. Mau menikahiku, gak tipe, padahal bakal seumur hidup. Mau gak menikahiku hampir gak mungkin, karena ada Lichard." terang Nisa panjang lebar membuatku berpikir ulang tentang kehidupan kami selanjutnya.

"Mas, aku ikut ke parkiran aja." ucap Nisa memecahkan lamunanku.

"Oke. Kita bareng naiknya. 1 lift ya. Aku sudah memutuskan untuk kita lanjut ke pernikahan." entah kenapa akhirnya aku mengatakan itu kepada Nisa. Bismillah semoga ini keputusan yang baik dan benar.

"Hah!? Kan aku bilang pikir dulu Mas. Bukan langsung gitu!" kesal Nisa.

Hahahaha. Aku hanya tertawa melihatnya kesal. Dia makin imut dan lucu kalau sedang kesal.

"Tapi, aku butuh waktu juga Mas untuk meng-iya-kan pernikahan kita. Kesepakatan kan harus dua pihak!" tegas Nisa.

"Oke, tapi jangan lama-lama dan mulai sekarang aku bakal nempel kamu terus. Semua orang harus tau kita ada hubungan khusus!" tegasku. Paling tidak dengan begini, Anisa tidak lagi tebar pesona, tidak lagi ada yang mendekati.

Beberapa kali ada laki-laki terlihat mendekatinya membuatku kesal. Apa aku sudah jatuh hati dengan Nisa atau hanya sekedar perasaan ingin menjaga hati semua orang!? Tapi yang pasti, kalau memang nanti menikah, aku mau sekali seumur hidup.

"Gak usah nempel-nempel ah, Mas. Males aku jadi bahan gosip!" galak Nisa.

Hahaha hahahaha aku hanya tertawa. Kesabaran Nisa kalau di hadapanku memang setipis tisu.


❤️❤️❤️

Waaahh...
Andrew mulai pasang kuda-kuda nih...

Kira-kira gimana ya jawaban Nisa!?
Ditunggu part selanjutnya...
🙏🥰


Because of the Baby (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang