Andrew POV
Pagi ini aku sudah menyiapkan kejutan buat Nisa si calon istri yang entah kenapa makin ke sini makin gemesin, makin gemoy, makin galak pula. Membayangkan wajah Nisa saja aku bisa senyum-senyum sendiri. Sepertinya betul kata Tama, aku sudah jatuh hati pada Nisa.
"Assalamualaikum, Bu..." teriakku.
"Wa'alaikumussalam... Nak Andrew ayo masuk, sarapan dulu. Atau mau dibawa nanti di mobil disuapin Nisa seperti biasa." tanya Ibu Fitri.
Wah, kayanya pilihan kedua menarik. Paling-paling Nisa yang uring-uringan.
"Dibawakan saja, Bu..." jawabku.
"Gak usah, Mas. Sarapan di sini aja. Waktunya masih longgar kok. Aku juga mau sarapan." teriak Nisa dari dalam kamar.
"Siapin dulu donk, Sayang... Belajar jadi istri..." teriakku tak kalah lantang menggodanya.
Aku dan Ibu Fitri terkikik geli, menunggu respon Nisa. Tak disangka-sangka Nisa langsung datang.
"Mau makan apa, Mas?" tanyanya lembut.
Nisa kenapa tiba-tiba begini. Kok seram rasanya. Niat hati menggoda, kenapa aku jadi salting panas dingin gini.
"Apa aja yang kamu siapin aku makan." ucapku pelan.
Nisa dengan telaten mengambilkan masakan yang telah disajikan. Rasanya tidak sabar untuk menjadikannya istri. Pemandangan begini kan enak dilihat. Apalagi kalau pakaiannya gak tertutup begitu. Aahhhh... Indahnyaa....
"Astagfirullah...." ucapku tiba-tiba karena tersadar kenapa berpikir sejauh itu.
"Kok, astagfirullah!? Kenapa mas?" tanya Nisa.
"Aku ngebayangin yang iya-iya, eh gak-gak maksudku tentang kamu." ucapku jujur.
"Kita nikah segera aja ya Nis." lanjutku.
"Iya, oke, Mas." jawab Nisa singkat.
"Hah!? Maksudmu apanya yang iya? Yang oke apanya?" tanyaku sedikit berteriak.
"Lha tadi Mas ngomong apa? Tentang apa?" tanya Nisa balik.
"Nikah!?" ucapku.
"Iya. Lha itu paham." ucap Nisa.
"Oke, besok kita menikah." jawabku lantang.
"Ya, gak besok juga Mas maksud Nisa. Nikah kan ada persiapannya. Gak main dadakan kaya Mas Tama dan Zee. Dikira aku hamil duluan nanti." ucap Nisa.
"Go public dulu kalau kita memang dekat. Biar orang-orang gak salah paham. Aku sebenernya masih ngeri sama fans fanatik Mas." lanjut Nisa.
"Gak perlu gitu. Nikah dulu, lanjut go public. Terserah mau go public kalau pacaran, tapi nikah dulu. Keluarga dekat aja Nis yang diundang." ucapku.
"Besok ya. Kebetulan aku udah siapin cincinnya." Lanjutku.
"Wah, Nak Andrew sudah siap!?" tanya Ibu.
"Apa bisa kalau menikah besok? Persiapan surat-suratnya?" Lanjut Ibu.
"Bisa, Bu." jawabku.
Segera aku menghubungi beberapa orang yang diperlukan terkait pernikahanku. Pagi ini aku dan Nisa izin tidak datang ke kantor. Karena mendadak aku langsung menghubungi Tama.
"Tam, gue sama Nisa besok nikah!" ucapku ditelepon.
"Lo, hamilin Nisa duluan!? Ah, gila lo! Nikahin dulu baru hamilin. Sekarang repot kan lo!" ucap Tama di seberang sana.
"Kagak. Masih segel dia!" ucapku terkekeh.
Setelah sedikit mengobrol, Tama dan Zee akan membantu persiapan pernikahanku dengan Nisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of the Baby (ON GOING)
RomantikMimpi apa aku semalam dijodohkan dengan iparku. Bukan turun ranjang bukan lho ya. Ipar ini maksudnya adalah adik dari almarhum kakak iparku. Tampan iya, pekerjaan mapan iya, tapi apa iya rumah tanggaku nanti berjalan baik apalagi kami sama-sama tida...