Jam istirahat di manfaatkan oleh Alina, Septa dan juga Vivi untuk mengisi perut mereka di surganya sekolah. Kantin.
Kedua temannya memilih meninggalkan dirinya seorang diri di meja sebab Septi dan Vivi harus memesan makan. Jika dirinya ikut andil dalam hal memesan, kursi mereka bisa di ambil oleh siswa atau siswi lainnya.
Sambil menunggu kedua temannya, Alina memilih memainkan game yang dirinya miliki. Sebuah game dengan tema penyusun balok itu ia mainkan dengan amat sangat teliti dan juga sabar.
Tiba-tiba segelas jus mangga tersedia di hadapannya. Alina yang masih fokus pada gamenya hanya mengucapkan. "Makasih, Vi." karena ia mengira itu adalah Vivi.
"Kantin tempat makan, bukan ngegame."
Sebentar. Suara ini...
Alina menoleh sebentar lalu tersenyum paksa pada Akbar yang duduk di samping tanpa di undang. "Eh, ada Akbar." katanya kembali sibuk memainkan gamenya.
Akbar di sampingnya menghela napas. Ponsel di tangan Alina ia rebut paksa, di masukan kedalam saku kemeja sekolahnya membuat Alina terkejut.
"Bar..."
"Pulang sekolah baru gue kasih." Potong Akbar. Ia malas mendengar rengekan palsu Alina.
"Ah, tai nih!" marah gadis itu.
Akbar tidak perduli. Ia malah asik meminum es teh yang ia bawa bersamaan dengan jus mangga tadi. Lagipun, ia sudah sangat sering mendengar kalimat kasar Alina hingga kadang Akbar ingin sekali menutup mulut Alina dengan lakban atau semen.
Alina berdecak kesal. Ia mendekat pada Akbar, memegang lengan pacarnya kemudian berkata. "Gue makan, kok. Tapi siniin Hpnya."
Lelaki berpakaian rapi itu hanya menggeleng sebagai jawaban.
Melihat respon yang di berikan Akbar, membuat Alina kesal hingga secara tidak terduga kaki yang ada di bawah meja ia hentak kuat pada kayu penyangga hingga membuat meja sedikit goyang. Akbar terkejut lantara es di gelasnya sedikit terciprat akibat ulah Alina.
Lirikan tajam Akbar berikan pada Alina. Alina yang mengerti jika pacarnya marah memilih untuk melepaskan rangkulan tangannya dari lengan Akbar.
Tidak menunggu waktu lama, Alina memilih meninggalkan kantin dengan perasaan kesal dan lagi-lagi itu ulah pacarnya.
***
Di kelas. Alina memilih untuk menidurkan kepalanya di atas meja dengan bantalan tas. Ia masih kesal dengan apa yang di lakukan manusia setan itu.
Akbar memang setan bagi Alina sebab lelaki itu selalu menganggu ketenangannya.
Perutnya berbunyi. Alina berdecak. Seharusnya ia sedang makan mie ayam pangsit dengan sambal dua sendok. Tapi karena ulah Akbar dirinya gagal menikmati makanan enak itu.
"Ah!" hentaknya. Tubuhnya menegak dengan sedikit gebrakan pada meja.
"Apa sih, Lin. Kaget gue!" Sia, teman sekelasnya yang berposisi di samping mejanya terkejut.
Alina menoleh lalu menggeleng. Sia kembali pada kegiatannya mengabaikan Alina yang juga sudah berposisi seperti awal.
Hampir lima menit gelisah seperti cacing kepanasan, akhirnya gadis absurd itu tertidur. Matanya tertutup dengan posisi wajah yang menghadap jendela.
Akbar dan Jovan masuk kedalam kelas, Akbar terdiam melihat kekasihnya yang tengah tertidur dengan posisi kurang enak.
Lelaki itu mendekat, meletakan sebotol air meniral di atas meja Alina kemudian berjalan pada kursinya yang ada di pojok barisan keempat dari pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragedi Cinta
Teen FictionTragedi Cinta. Keluar Zona beranak. *** Akbar dan Alina adalah sepasang kekasih yang hubungannya sudah tidak menjadi rahasia. Alina yang banyak tingkah serta memiliki paras yang cukup kuat bertemu dengan Akbar yang cuek dan masa bodo. Sifat Akb...