Setelah bel berbunyi, Alina langsung bergegas keluar kelas menuju parkiran untuk menunggu Akbar atau lebih tepatnya untuk mengambil ponselnya. Ponsel yang sejak pagi ada di tangan lelaki itu.
Dan, kini, ia sudah duduk di atas motor besar milik Akbar, menunggu sang pemiliknya datang.
Suitan serta godaan terus datang menghujani Alina. Gadis itu sesekali berdecih ketika mendengar omongan yang tidak enak di telinga.Ini, sudah biasa.
"Nunggu ayang, ya? Mending pulang sama gue aja, Lin."
Alina diam tetapi matanyalah yang mewakilkan.
"Mata lo tajam amat, Lin. Kaya calon pacar gue." goda teman seangkatannya yang lain.
Alina memilih diam karena ia sudah lelah berbicara sejak tadi. Ia akan membiarkan lelaki itu menggodanya sampai pada waktunya tiba. Godaan itu akan berbalik menjadi ancaman bagi sih penggoda.
Alina bangun dari duduknya. Berdiri ketika melihat sang pemilik motor datang seorang diri dengan tas hitam yang hanya ia sampirkan pada salah satu bahunya.
Tangan Alina langsung mengadah meminta ponselnya yang sejak beberapa jam yang lalu ada di tangan lelaki diam itu.
Akbar merogoh saku celananya, memberikan ponsel hitam itu tanpa suara.
Alina menerimanya lalu berjalan meninggalkan Akbar."Mau kemana?" pertanyaan Akbar memberhentikan langkah Alina. Alina menoleh lalu menjawab. "Balik lah, mau apa lagi?"
"Bareng."
"Ga usah. Gue naik gocar aja."
"Why?"
"Lo ga lihat, gue pake rok. Gue ga bawa celana." kali ini Alina sedikit emosi.
Akbar menghela. Lelaki itu membuka kemeja sekolahnya hingga meninggalkan kaos hitam polos dengan tangan tiga perempat."Astagfirullah." Alina terkejut. Akbar tiba-tiba saja melemparkan kemeja tersebut pada Alina tanpa intruksi yang jelas. Beruntung dirinya cukup sigap.
Sambil sesekali melirik Akbar yang tengah mengeluarkan motornya dari kurungan permotoran, gadis itu memandang kemeja yang ada di genggamannya dengan malas.
"Naik. Pake kemejanya buat nutupin paha lo itu." ujar Akbar ketika sudah di samping Alina.
Alina berdecak tapi tidak urung untuk naik ke atas motor tersebut.
***
Motor besar berwarna hitam itu berhenti di depan pagar hitam yang menjulang tinggi. Pintu pagarnya terbuka sedikit membuat Alina yang melihatnya bertanya-tanya.
Ada seseorang kah? Atau satpam mereka saja yang sedikit teledor?
Mengabaikan pintu pagar yang memiliki cela. Alina turun dari motor. Memberikan kemeja itu pada Akbar yang langsung di pakai oleh lelaki itu tanpa di kancing.
"Makasih pacar." ucapnya dengan nada ketus.
Akbar mengulurkan tangannya, meminta Alina untuk mendekat dengan kode tangan. Alina menurut, baru saja ingin bertanya kenapa dan mengapa Akbar langsung menarik telinganya.
"Aduuuhh!" teriaknya spontan.
Akbar memberikan telinganya cubitan yang cukup kencang hingga gadis itu mengaduh.
"Lain kali punya mulut di jaga. Dari pagi gue lihatin lo asal jeplak aja! Kebiasaan!" omelnya membuat Alina terkekeh.
Gadis itu melepaskan tangan besar Akbar dari telinganya. Ia mengusap telinga dengan sesekali tersenyum puas. "Emang kenapa sih? Mulut, mulut gue kok-" ucapannya tertahan. "Eh, iya ampun!!" paniknya saat melihat tangan Akbar hendak memberikan telinganya cubitan lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tragedi Cinta
Novela JuvenilTragedi Cinta. Keluar Zona beranak. *** Akbar dan Alina adalah sepasang kekasih yang hubungannya sudah tidak menjadi rahasia. Alina yang banyak tingkah serta memiliki paras yang cukup kuat bertemu dengan Akbar yang cuek dan masa bodo. Sifat Akb...