Clue

5 1 0
                                    

Ruang Kesehatan Sekolah atau UKS menjadi resolusi tempat selanjutnya setelah toilet lantai satu. Alina mengakhiri aktivitas bolak balik toiletnya dengan memilih UKS sebagai tempat yang pas untuknya saat ini.

Setelah berkonsultasi dengan dokter sekolah, Alina di beri tau jika dirinya diare karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan pedas. Dan dari situ Alina sudah paham jika ini ulah seblak.

"Istirahat dulu aja, Alin." suruh dokter dengan rambut terkuncir asal.

Alina mengangguk. Siswi itu berjalan pada brankar paling ujung sebagai tempat untuk dirinya istirahat.

Sekarang napasnya bisa berhembus dengan lega. Ini adalah akhir yang paling di tunggu. Sejak tadi, ia sibuk bolak balik toilet menuruti keinginan perutnya.

Matanya di pejam. Hidungnya menghirup hawa AC yang ada.

"Nanti tehnya di minum, ya, Alin." dokter sekolah mendekat pada Alina sambil membawa segelas teh panas yang baru saja ia buat.

Alina membuka matanya. Bergerak untuk duduk lalu tersenyum pada dokter cantik itu. "Iya, dok. Terimakasih." jawabnya sopan.

Dokter wanita itu tersenyum, meletakan piring kecil dengan isi beberapa butir obat di atas meja samping brankar yang sedang Alina tempati. "Istirahat aja dulu, ga usah mikirin masuk kelas. Saya sudah bilang Bu Ica kalo kamu lagi sama saya." tutur dokter tersebut dengan tujuan agar Alina tidak begitu takut akan kelasnya.

Alina terkekeh. "Makasih, ya dok."

"Sama-sama," kedua tanganya di masukan pada saku jas dokternya. "Besok-besok makan seblaknya level setan, ya, Alin. Biar sakitnya sekalian parah."

Alina yang di beri peringatan dengan cara yang berbeda itu hanya tertawa. Ia bahkan tidak menganggap serius penyakitnya ini. "Iya, dok. Maaf..."

Dokter itu terkekeh. "Ya sudah, istirahat. Saya mau balik kerumah sakit dulu. Nanti kalo mau keluar, tolong tutup pintunya, ya, Alin." pamitnya.

Alina mengangguk. "Oke, dok."

Setelah itu, dokter sekolah keluar UKS menyisahkan dirinya yang menjadi penunggu UKS satu-satunya. Dan kesempatan ini di ambil olehnya untuk tidur.

Melupakan Alina yang telah memasuki alam mimpinya, di depan pintu kelas XII IPA 2, ada Abun yang terlihat bingung. Ia ingin masuk tapi di urung karena masih ada pak Gilgo di dalam kelas.

Lelaki itu memutuskan untuk menunggu di depan kelas tapi di sudut yang jauh dari pintu. Abun memainkan ponselnya dengan bosan, ia hanya ingin bertemu dengan Alina dan menunjukan sesuatu yang ia temukan semalam.

Lima menit lamanya ia menunggu, akhirnya pak Gilgo keluar kelas. Bersyukur guru itu tidak melihat dirinya.

Abun bergegas menuju pintu kelas XII IPA 2 sebelum guru selanjutnya datang. Ia mengetuk pintu kelas dan berhasil membuat beberapa murid menoleh.

Dengan tawa cangungnya ia membuka suara. "Ada Alinanya ga, gays?" tanyanya pada siapapun yang menganggapnya ada.

Septa mengerutkan alisnya. "Lah, Alin di depan ege, Bun. Tadi di suruh keluar sama Pak Gilgo." jelas Septa pada Abun. Abun bingung sebab ia tidak melihat siapapun di luar kelas tadi.

"Emang di depan ga ada?" Vivi ikut bergabung dengan pembicaraan temannya.

Abun, lelaki itu menggeleng. Matanya manatap Vivi lama sebelum berganti menatap Akbar yang duduk dengan tenang di kursinya.

"Bar, Alin kemana?" tanya Abun pada Akbar yang juga sedang menatapnya.

Akbar yang di tanya hanya mengangkat bahunya tidak perduli. Siswa berseragam rapih itu malah memilih membuka ponselnya dari pada menatap Abun yang sedang menjadikannya lawan bicara.

Tragedi Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang