5. LANGIT GENGSI

560 32 2
                                    

Dengan nafas tersengal-sengal, badan yang sudah basah penuh dengan keringat, penampilan berantakan.

Langit menyeka darah yang mengalir di sudut bibirnya. Ia menatap empat orang laki-laki di hadapannya yang sedang terkapar.

Iya! Langit berhasil mengalahkan mereka ber empat seorang diri.

"Dasar bajingan!" Ucap Langit kesal.

Walaupun badannya juga merasakan sakit dan jangan lupa wajahnya yang juga terdapat luka lebam karena pukulan.

Mereka ber empat tidak sadarkan diri. Langit menoleh ke belakang. Adiknya sedang duduk dengan mata tertutup dasinya.

Langit menghampiri Bintang. Ia berjongkok lalu membuka ikatan dasi tersebut.

Langit sengaja menutup mata Bintang. Karena, ia tidak ingin adiknya melihat perkelahian. Apalagi Bintang tidak tau seberapa beringas nya langit kalau sedang marah.

"Kak langit, " Panggil Bintang.

Matanya mulai berkaca-kaca melihat wajah Langit yang penuh sama luka lebam.

Langit berdecak kesal, "lo laki kenapa cengeng banget sih, "

Bintang menundukan kepalanya langsung, "maaf ka, "

Melihat adiknya menundukan kepalanya. Ia menghela nafas pelan. Langit dan Bintang memiliki kepribadian yang berbeda.

Mereka berdua memang laki-laki. Tapi, bintang adalah laki-laki yang tidak suka keributan, perkelahian anaknya sangat lembut.

Beda dengan Langit anak ini memang sudah ditebak. Tapi yang pasti buat langit Kalau ada mengusik dirinya, ia tidak akan tinggal diam. Alias senggol bacok kalo bahasa jaman sekarang.

"Lo gak papa ? " Tanya langit.

"Gak papa ka, "

"Lo bisa jalan? "

Bintang menggelengkan kepalanya. Langit melihat ada luka di kaki Bintang. Luka lecet yang lumayan besar.

"Ah! Harusnya gua patahin semua tulang mereka, " Gumam Langit.

Bintang mendongak an kepalanya, "kakak bilang apa? "

"Enggak, " Langit lalu memunggungi Bintang. Dan ia menepuk punggungnya.

"Lo naik. Biar gue gendong lo, "

"Bintang berat ka, "

"Beratan dosa gue daripada berat badan lo, " Celetuk Langit.

Bintang tertawa kecil mendengar omongan kakaknya. Ia pun menuruti permintaan langit.

Langit pun menggendong Bintang membawa Bintang keluar dari gudang.

Sepanjang lorong sekolah. Bintang dan langit diam saja. Kakak adik yang satu ini memang sangat jarang sekali bicara. Bahkan, mereka berdua seperti menganggap tidak serumah.

Langit menganggap Bintang hantu dirumah. Dia sama sekali tidak pernah ngobrol secara pribadi dengan Bintang kecuali kalau Bundanya menyuruh dia ngobrol dengan Bintang.

"Lo sering di giniin? " Tanya Langit yang memecah keheningan.

"Kenapa kakak nanya? "

Langkah langit pun terhenti. Entah, kenapa saat Bintang bertanya seperti itu. Membuat dirinya sedikit sedih.

Tak butuh waktu lama. Langit pun melanjutkan lagi langkahnya menuju parkiran motor.

Dan mereka menjadi diam lagi tidak ada yang memulai bicara sama sekali.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang