7. PERPUSTAKAAN

468 28 1
                                        

"Langit! "

Heri dan Radit berlari menghampiri langit yang sedang tidur di pojok kelas. Tas yang di jadikan bantal, buku untuk menutupi wajah dan baju seragam yang kancingnya di buka semua hanya ada kaos polos putih.

Langit berdecak. Saat mendengar teriakan kedua temannya yang menganggu tidurnya yang tenang.

Ia mengangkat buku itu. Lalu meletakkan di samping. Langit pun duduk.

"Gak usah teriak gue gak budeg! " Ucap langit.

"Lang! Lo mau ke kantin gak? " Tanya Heri pada langit.

Langit melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Menunjukan pukul sebelas empat puluh lima menit.

Yang artinya sebentar lagi waktunya sholat dzuhur. Walaupun langit berandalan dan susah di atur. Tapi, ia tidak lupa untuk melaksanakan kewajiban nya yaitu sholat.

"Bentar lagi sholat. Gue mau ke mushola," Kata langit.

"Oh iya ya! Yaudah abis sholat ke kantin yuk! "

"Gue mau ke perpustakaan. Pak botak nyuruh gue buat belajar bentaran lagi Olimpiade, " Kata langit menjelaskan kepada kedua temannya.

"Yaudah deh. Kalo lo gak bisa. Nanti kita taro aja makanan lo di loker lo ya," Kata Radit.

"Thanks ya. Gue sih pengennya roti aja minumnya es jeruk ya, " Ucap langit sambil tertawa.

"Oke! " Balas Heri.

"Yaudah yuk sholat dulu. Sebelum di sholatin, " Ajak langit.

"Serem banget kata-kata lo lang, "

"Lah emang bener kan? "

"Kaga bisa sholat berdiri ya sambil duduk, "

"Kaga bisa duduk ya bisa tiduran, "

"Kalo gak bisa tiduran bacaannya aja juga gak papa setau gue, "

"Masih gak bisa juga? Yaudah sholatin aja dah, " Kata langit menjelaskan kepada kedua temannya.

"Yaudah ayo lang. Kita ke mushola. Kata-kata lo bikin merinding, " Ucap Heri.

***

Setelah melaksanakan sholat. Langit dengan malasnya menuju ke perpustakaan. Seandainya saja guru-gurunya tidak melaporkan dirinya yang sedang Olimpiade ke orang tuanya. Pasti langit bisa kabur sekarang.

Flashback

Setelah mengantarkan bintang ke kamarnya. Langit langsung merebahkan dirinya di kasur king sizenya.

Wajahnya memang penuh luka tapi ia masih bisa menahan semuanya. Yang penting adiknya di obati lebih dahulu.

Tak butuh waktu lama. Pintu kamar langit terbuka. Langit pun yang sedang tiduran langsung duduk.

Dan langit melihat bundanya yang sedang berdiri di ambang pintu sambil tersenyum dan tangan yang membawa peralatan obat-obatan.

"Bunda masuk ya, " Ucap Rasi.

"Iya bunda, " Jawab langit lembut.

Rasi pun menghampiri langit. Lalu ia duduk di samping langit. Rasi meletakkan peralatan obat-obatan di sampingnya.

"Aduh aduh, " Rasi memperhatikan wajah langit yang penuh sama luka lebam.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang