23

3K 537 26
                                    

"Ngga mau." Nagi menatap sinis Kaiser. Yang di tatap sinis hanya menyeringai lebar. "Bercanda gue." Lalu Kaiser tertawa kecil menatap ekspresi wajah lucu Nagi.

"Gue balik bareng Ness, kok. Kalian balik berdua sana." Kaiser asyik sekali mengusili Nagi. Malah tawa nya terus merekah. "Hati-hati gih." Setalah puas tertawa Kaiser lebih dulu melambaikan tangan, pulang bersama dengan Ness.

Nagi menghela nafas berat. Bibir nya mengerucut, kesal. "Rambut cupang, jamet, sok keren lagi. Cih." Gumam Nagi kecil, dapat (name) dengar.

"Udah-udah. Ayo balik, gi." Nagi mengangguk, ia yang memegang payung itu sampai dirumah (name).

"Bawa lo balik, ya. Hati-hati. Besok jangan lupa kembaliin ke kasier, oke?" Nagi mengangguk sebagai jawaban. Kemudian ia melambaikan tangan nya segara pergi dari perkarangan rumah (name).

Sekilas (Name) merasa tak nyaman. Ada sesuatu yang membuat nya gelisah. Di sela-sela hujan yang lebat, ketika Nagi telah berlalu dari sana. Sebuah gambar diambil secara diam-diam oleh orang yang otak nya tak waras lagi.

"Cantik."

***

"Napa lo? Tumben make jaket tebel. Biasanya juga lihatin aurat." Aiku yang melihat adiknya memakai jaket itu terheran-heran. Ia malah terkekeh, tidak biasanya sang adik memakai pakaian hangat kecuali saat musim dingin.

"Dingin, bang." Jawab (name) mendekap erat tubuhnya sendiri.

"Lah? Habis hujan-hujanan lo?" Tanya Aiku, menghampiri (name) yang sedang menonton tv di ruang keluarga.

"Cerita nya sih mau gitu. Tapi gak jadi. Tapi gue ngerasa kedinginan banget. Abang gak ngerasa dingin?" Tanya (Name).

"Gak, malah panas. Habis hujan kenapa selalu panas ya. Heran gue. Lo kok malah dingin?" (Name) menggeleng ia pun juga tidak tahu. Apakah kondisi tubuhnya tidak stabil? Tapi tidak biasanya dia seperti ini.

Esoknya (name) merasa tubuhnya berat untuk bangun, bahkan hidung nya terasa panas. Saat ia menyentuh dahi nya, ia merasakan panas yang luar biasa. Dengan susah payah ia menggapai handphone nya yang untung saja terletak dekat dengannya.

Lalu menelfon Aiku, walau satu rumah. Tetapi suara nya tak lagi bisa berucap. Berat rasanya untuk mengeluarkan sepatah kata.

Aiku segera masuk ke kamar (name) setelah panggilan telfon dari (name) terputus. Ia segera membawakan kompresan, dan menaruhnya di dahi (name).

"Tumben perhatian." (Name) terkekeh.

"Biar lo gak mati muda." (Name) mengernyit, dikira abang nya ini akan menjawab dengan romantis seperti;"gue khawatir sama lo." Pupus harapannya begitu saja.

"Gue izinin lo hari ini gak masuk. Istirahat dulu, gih." (Name) mengangguk. Walau abang nya ini suka main cewe, tapi sama (name) itu selalu terlihat tidak ingin mengeluarkan kata-kata buaya nya. Apa udah tobat? Gak lah. Orang Abang nya masih selalu bawa pacarnya ke rumah, gonta-ganti lagi.

Sesaat (name) beristirahat, handphone nya berdering. Ia langsung mengambilnya, menatap siapa yang menelfon nya. Ternyata yang menelfon nya adalah Reo, sahabat karib nya sejak kecil. "Halo?"

"Lo dirumah? Masih sakit? Panas, ya? Lo mau apa? Kecuali eskrim, gak boleh. Nanti gue gofood-in." Pertanyaan Reo diseberang sana membuat (name) menghela nafas. Selalu saja pria ini banyak bicara jika ia sakit.

Blue Lock High School | Bllk x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang