25

3.2K 464 27
                                    

"Pernah gak si lo, ngerasa kemarin baru aja PTS, besok udh UAS aja." Bachira baru saja kembali dari toilet. Masih tak menyangka mereka akan menghadapi UAS semester 2.

"Ngerasa banget chi, kek baru aja stress udah stress lagi." Timpal Isagi di sampingnya. "Si Nagi ngecheat. Pas pelajaran kerjaannya tidur muluk. Tapi peringkat ke 2." Bachira mengangguk setuju.

"tapi, Nagi emang asli pinter dari pabrik nya." ucap (name).

"kok gue enggak ya?" Bachira mengeluh kesal. "ya, emang nasib lo jadi bodo, meg." ucap isagi.

"Mending lo pada belajar, dari pada otoy. Gonta-ganti pacar tiap hari. Mana si bule jerman cupangan itu juga ikutan ajaran sesat nya." timpal Aryu, setelah sekian lama tidak mendapatkan dialog. "Lah? Bule jerman juga ikut-ikutan? Wah, emang teman kelas gue pada gak waras semua." Isagi memegang kepala nya, lelah dengan kelakuan temannya.

Chigiri datang dengan membawa beberapa lembar kertas. "apaan tuh Chi?" tanya (Name). "Ini kertas soal latihan uas." jawab Chigiri. "Halah, percuma dikasih kaya gitu, kalo ujung-ujung nya beda sama soal uas nya." Bachira acuh. sudah beberapa kali ia terkena prank dengan lembar latihan soal.

"kerjain aja. Siapa tau keluar." Chigiri memberikan kertas itu kepada mereka. Setelah itu menaruh ke meja anak-anak lain.

"gue gak akan percaya ginian lagi." ucap Bachira masih berpegang teguh dengan pendiriannya. "serah lu lah, cil." timpal Chigiri."

Entah sejak kapan Ness berada di bangkunya, duduk sambil tersenyum. "Buset, kaget gue. Kirain Ness bareng sama si Kaiser. Ternyata masih disini?!" Bisik Bachira heboh ketika menolehkan kepala dan tak sengaja melihat Ness tersenyum pada nya.

"Lha iya? Dari tadi dia disana?" Seperti nya memang Ness sangat tidak disadari oleh mereka. Isagi saja terkejut, ternyata Ness duduk di bangkunya. Biasanya kan ngikutin si Kaiser.

"Kita ajak ngobrol nih?" Tanya Bachira. Mereka sangat canggung jika berbincang dengan Ness. Walau rupa Ness itu sangat ramah—selalu tersenyum. Tapi, mereka malah jadi merasa canggung.

"Ya iyalah. Kasihan anak orang, nanti dikira kita jauhin dia!" Balas Isagi. Bachira mengangguk. Mengumpulkan tenaga sekuat mungkin. Lalu, beranjak dari bangkunya menuju bangku Ness.

"Sini join kita ngobrol, Ness. Dijamin lo bakal nyaman, hehe." Bachira tertawa canggung. Menggaruk tengkuknya. Entah apa lagi yang akan ia ucapkan, bingung tujuh keliling.

Ness tersenyum lebar. "Terimakasih, Bachira. Aku mau belajar saja buat besok." Jawaban Ness lantas membuat Bachira terdiam—sejenak ia pun akhirnya tersadar. "Oh oke."

Setelah meng-oke-kan, Bachira kembali ke circle nya. "Sumpah, canggung banget gue ngomong sama dia. Padahal ramah senyum, tapi.. gue ngerasa dia agak serem."

"Loh lo juga ngerasa gitu? Gue juga njir. Setiap lihat tuh bule satu senyum dikit serem. Padahal ramah banget mau senyum, gak judes kul kul kek Rin." Ucap Isagi terheran juga.

Mereka saling berbisik satu sama lain, meng-ghibah soal Ness. Padahal jelas-jelas orang nya berada 2 bangku di belakang dari mereka.

"Gue heran kenapa satu bule itu suka banget ngintilin Kaiser." Ucap Chigiri. (Name) yang sedari tadi diam, menjadi semangat dengan bahan ghibah kali ini.

"Yakan mereka udah temenan dari Jerman. Yakali langsung sokab sama kita." Jawab (Name). Yah, memang benar yang di katakan (Name). Mereka kan datang kemari berdua. Tentu saja, Ness bakal selalu nempel ke Kaiser.

"Tapi, ya. Kaiser aja gak senempel itu sama Ness." Ucap Bachira.

"Ya, si Kaiser kan anak nya friendly, mudah bergaul. Kalo si Ness beda, makanya cuma bisa ngikutin Kaiser kemana-mana." Ucap Isagi.

Blue Lock High School | Bllk x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang