Author's Note
Bagi pembaca baru yang bingung dengan beberapa nama tokoh cameo di kolom komentar, Muffazan merupakan cerita lama yang dibuat ulang.
Semburat jingga terpancar masuk ke dalam gedung. Manusia pada umumnya akan mengalami fase penurunan massa otot sebanyak delapan persen setiap dekadenya dan itu berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. Untuk mencegah hal tersebut terjadi di usia produktif, gue selalu menyempatkan waktu dalam seminggu dua kali untuk gimnastik. Lagi pula apartemen saat ini sudah banyak yang difasilitasi fitness center juga. Sehingga mempermudah para pemilik gedung untuk berolahraga tanpa pergi ke luar.
Sore ini gue sengaja pulang lebih cepat dari biasanya, karena ingin pergi ke fitness center. Beberapa alat gue coba dari mulai treadmill, barbel, bench press, sampai Lat pulldown Machine. Sudah hampir satu jam lebih, baju juga sudah basah oleh keringat. Gue duduk sebentar sambil mengecek ponsel yang sejak tadi tidak berhenti berbunyi.
Rupanya terdapat panggilan dari dua manusia bernama Dyo dan Syan. Keduanya memiliki kebiasaan yang sama, apabila tidak dijawab mereka akan terus menelepon sampai berhasil gue jawab. Lihatlah betapa ajaibnya mereka berdua, ada 59 panggilan, dimana 34 panggilannya berasal dari Dyo dan sisanya Syan. Ingin mengabaikan tapi mereka teman baik gue. Jadi terpaksa selalu gue yang menelepon mereka kembali.
“Apaan?”
Decakkan kesal terdengar dari seberang sana. “Heh panda, gak ada salam pembukanya dulu apa?” Protes Dyo di telepon.
“Gak usah banyak basa-basi, apaan?”
“Nyusul ke Maxx Coffe dong, gue bertiga udah di sini. Masa iya baru balik ke Indonesia lo gak mentraktir kita dulu! Ck… yang benar aja!”
“Gue baru aja selesai nge-gym nih!” Jawab gue sambil menyeka keringat.
Decakan kesal kembali terdengar. “Gak usah banyak alasan, kita tunggu lima belas menit dari sekarang. Telat dikit traktir kita di The H Club!” Tantang Dyo diiringi gelak tawa yang lain.
“Kalau gue menang?”
Dyo mendengus tertawa mengejek, seolah itu mustahil bagi gue.
“Lo menang? Kalau lo menang…” dia menjedanya. “CC gue bisa lo pegang, lo pake sepuasnya selama sebulan.”
Kontan gue tersenyum miring. “Deal! Gue otw.”
Tanpa berlama-lama lagi gue bergegas mengemas semua barang yang dibawa ke tempat fitness. Sudah hampir dua pekan gue kembali dari Singapura, dan belum sempat bertemu Phile Squad—grup tongkrongan, berhubung kami semua sama-sama sibuk. Perbedaannya begitu terasa semenjak kami berempat memasuki dunia kerja, ingin bertemu saja kami harus menyamakan jadwal lebih dulu. Berbeda saat kami masih berstatus sebagai mahasiswa, meskipun berbeda universitas tapi setiap ingin bertemu tak sesulit ini sekalipun kami berada di negara yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muffazan
RomanceSejauh apapun kaki melangkah pergi, suatu hari pasti akan pulang. Pulang yang hakikat sebenarnya adalah kembali kepada Sang Pencipta. Hanya karena satu cahaya dari sorot mata seorang hamba-Nya mampu mengoyak habis dinding keimanan.