Muffazan- 11

393 65 22
                                    

Author's Note:

Bismillah,
Muffazan kembali lagi dengan kisahnya.
Untuk chapter kali ini cukup pendek ya, soalnya aku belum sempat edit total chapter ini. Insyaallah sisanya akan diupdate selanjutnya.

Sebagai bentuk apresiasi boleh dong kirim komentar untuk ceritanya juga dan jangan lupa tekan tombol ★.

⋆。‧˚ʚ🍓ɞ˚‧。⋆

 "Dhoby Ghaut interchange

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dhoby Ghaut interchange. Passengers may transfer to the North-East Line and Circle Line at this station. Doors in the right will oven."

Malam terakhir di Singapore sebelum besok pagi gue harus berangkat lagi menuju Bangkok untuk menghadiri peresmian Shopping Mall salah satu mantan klien. Berjalan-jalan menikmati semilir angin malam di Orchard Road sambil memandangi cahaya lampu mal-mal dan butik-butik mewah yang berjejer memanjakan mata. Surganya kaum hawa.

Sulit membayangkan dulunya area ini merupakan area perkebunan buah dan pala. Bahkan di tahun seribu delapan ratusan lokasi yang menjadi lokasi berdirinya pusat perbelanjaan saat ini, terdapat perumahan elit dan perkuburan. Tak hanya sebagai pusat ritel tersohor di Singapore, Orchard Road juga menawarkan hiburan malam yang sulit dilewatkan.

Berhubung gue pernah lama tinggal di sini, rugi jika tidak sempat mengenang beberapa spot yang menjadi tak asing di masa lalu. Napak tilas ke beberapa tempat kembali membawa kenangan yang sudah hampir terlupakan. Di mulai dari ujung Tanglin Orchard Road yang sedikit lebih tenang, beberapa kafe luar ruangan yang menyajikan makanan Jepang serta Italia bisa ditemui di sini. Sedangkan kaki gue memilih berhenti di Horse's Mouth, sebuah bangunan yang dari luarnya terlihat gelap merupakan bar cocktail tersembunyi yang pintu masuknya diselubungi tirai untuk memasuki area bawah tanah. Lokasinya mirip dengan scene di film-film action.

Gue memilih duduk di bar stools untuk menyaksikan para bartender mempertunjukkan kemampuannya. Patricia-bartender yang sudah gue kenal sebelumnya, ia tersenyum tipis ketika melihat ke arah gue. Sebagai penikmat gin, gue memesan cocktail yang mengandung gin dan chartreuse.

"A little slow tonight, isn't it?" Ujar gue setelah meneguk racikan minuman tersebut.

Patricia lagi-lagi tersenyum simpul. "You don't need to shout. Aku bisa mendengar suaramu dengan jelas, tidak seperti beberapa tahun terakhir kau datang."

Kali ini gue yang terkekeh pelan. Entah kenapa tempat ini menjadi salah satu tempat favorit gue setiap menyambangi Singapore. Ini seperti rumah kedua gue. tempat ini memiliki instalasi origami berwarna-warni yang cantik di panel samping memanjakan mata.

"Shall you stay here long?"

"Nope, I shall go to Bangkok tomorrow."

"Enjoy your last night in Singapore." Ucapnya sambil menaruh dessert di depan gue.

MuffazanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang