Author's Note:
Bismillah,
Gimana kabarnya?
Kembali lagi dengan aku yang selalu ngaret kalau update.
Makasih ya, yang udah sabar-sabar 𖹭Berhubung cerita ini masih jauh dari kata sempurna, kalau ada yang tidak sesuai baik dalam penulisannya atau masih banyak kekurangannya mohon saran dan masukannya bisa dikirim via DM Instagram @thalasoo atau @ms.24blossom
Update akan diinformasikan di Instagram •ᴗ•
⋆。‧˚ʚ🍓ɞ˚‧。⋆
"Lucu, padahal kita sudah bertemu dengan pemilikmu tapi aneh rasanya jika memberikannya langsung." Cakap gue kepada kitab suci berwarna merah muda pucat dalam genggaman.
Malam hari yang sejujurnya tidak terlalu gelap, tapi bulan sabit seperti malu-malu menampakkan dirinya sehingga hanya dibiarkan tertutup gumpalan asap hitam. Baru tadi siang kembali ke tanah air, sorenya langsung pergi lagi bertemu Phile Squad di salah satu Restaurant di Jalan Setiabudi Selatan.
Selain rombongan orang-orang dewasa berkalung lanyard, ada pula sekumpulan remaja kisaran usia SMA tengah berkumpul di beberapa meja dengan setelan baju muslim serba hitam yang saat ini sepertinya tengah menjadi trend di kalangan masyarakat. Meja paling ujung dengan view menghadap ke gedung-gedung pencakar langit sudah dilabeli dengan reserved atas nama Syan Barra. Tempat bertemu malam ini memang hasil rekomendasian Syan, sehingga kami melimpahkan semua kepadanya. Dari mulai reservasi tempat, menu, serta waktu pertemuan. Gue merupakan orang kedua yang datang setelah Syan, tak lama disusul oleh Dyo dan El yang datang bersamaan.
Acara buka bersama yang terakhir di tahun 2023 sebelum semuanya sibuk dengan segala preparation untuk menyambut hari raya bersama keluarga masing-masing. Tak hanya ketiga teman gue, hampir semua orang yang memeluk agama Islam akan sibuk menjelang hari raya. Beberapa pegawai di rumah pun mulai mengambil cuti pulang kampung. Dan biasanya momen itu merupakan waktunya keluarga gue untuk berlibur. Ketidakhadiran asisten rumah tangga adalah kendala bagi mā ma, sehingga sejak dulu ia akan memilih untuk menginap di hotel ketimbang harus di rumah mengerjakan semua tugasnya seorang diri.
Semakin malam obrolan semakin random. Gue hampir satu jam lebih dibuat menunggu oleh Syan, El, dan Dyo. Saat azan isya berkumandang ketiganya memilih untuk pergi ke salah satu masjid yang paling dekat untuk shalat lebih dulu. Mau tidak mau gue dengan sabar menunggu ketiganya selesai ibadah. Cukup bosan, sampai akhirnya mereka kembali dan kami bisa melanjutkan obrolan-obrolan yang tertunda.
"Kalau pacaran itu haram, kenapa ada yang sampai menikah?" Tanya gue, usai memesan Hot Americano kembali.
El tersenyum simpul, lalu meneguk es kopinya lebih dulu sebelum menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muffazan
Storie d'amoreSejauh apapun kaki melangkah pergi, suatu hari pasti akan pulang. Pulang yang hakikat sebenarnya adalah kembali kepada Sang Pencipta. Hanya karena satu cahaya dari sorot mata seorang hamba-Nya mampu mengoyak habis dinding keimanan.