CTY 7

1.1K 80 4
                                    

"Hia?" ujar Nukuea yang terkejut.

"Halo Kuea. Lama tak jumpa." ujar Lian.

Nukuea lalu membalikkan badannya dan akan membuka pintu.

"Tunggu Kuea." teriak Lian.

Nukuea menghentikan gerakkannya, lalu kembali membuka pintunya.

"Kuea, aku rindu." teriak Lian lagi.

Nukuea membalikkan badannya dan menatap Lian dengan wajah yang marah dan mendekati Lian.

"Hia adalah orang terakhir yang ingin Kuea temui. Pergilah, Kuea tidak mau melihat wajah Hia lagi." ujar Nukue sambil menunjuk Lian.

Lalu Nukuea pun berjalan cepat dan masuk ke dalam gubuknya.
Setelah di dalam rumah Nukuea berdiri dan mencoba menenangkan hatinya.

'Semoga besok dia sudah tidak ada lagi.' batin Nukuea.

Dan Nukuea pun masuk ke dalam kamarnya dan berbaring di kasur tipis di lantai beralaskan tikar bambu.
Namun bayangan2 masa lalunya dengan Lian terus memenuhi pikirannya.

Nukuea pun memejamkan matanya dan menangis.
Lian adalah orang yang saat ini paling Nukuea benci.
Orang yang sangat menyakiti hatinya.

"Rindu?? Omong kosong. Selamanya Kuea tak akan lagi percaya pada dia." ujar Nukuea pelan.

Sementara Lian kembali ke kamar hotelnya lalu masuk ke kamar mandi dan berendam di bathtub.
Lian memejamkan matanya dan bersandar ke pinggiran bathtub.

Lian membayangkan wajah Nukuea yang baru saja dia lihat.
Wajah itu adalah wajah yang sangat berbeda dengan wajah Nukuea yang Selalu ada si dalam mimpi dan pikirannya.

Lian sudah berusaha melupakan Nukuea dengan bersama dengan Lucy, namun semakin dia dekat dengan Lucy, semakin jelas rasa rindu yang dia rasakan pada Nukuea.

"Apa aku masih punya kesempatan, Kuea? Mengapa ketika aku menatap wajahmu dan yang kulihat hanya kebencian di matamu." ujar Lian dan Lian pun memikirkan cara agar dia bisa dekat kembali dengan Nukuea.
.

Keesokan harinya Lian menunggu Nukuea di tempat kemarin dia melihatnya.
Dan tak lama kemudian Nukuea muncul dengan wanita yang kemarin Lian lihat.

Nukuea merangkul bahu wanita itu dan berjalan menuju toko pernak pernik dan masuk ke dalamnya.

Namun tak lama kemudian Nukuea keluar dari toko itu dengan membawa dus berisikan pernak pernik pantai di tangannya.

Lian yang penasaran dengan siapa wanita itu pun akhirnya masuk ke dalam toko itu.
Lian berpura2 melihat2 pernak pernik itu dan mengambil beberapa barang dan membawanya di tangannya menuju kasir dimana wanita dan seorang pria tua berada.

"Sawadikha tuan." ujar wanita itu.

"Hm sawadikhap." ujar Lian dan menyerahkan barang2 yang ada di tangannya.

"Ini saja tuan?" tanya wanita itu sambil tersenyum.

"Maaf bolehkah aku bertanya?" ujar Lian dan tersenyum.

"Silahkan tuan, ada apa?" ujar wanita itu lagi.

"Apa laki2 tadi itu kekasihmu?" tanya Lian yang membuat wanita itu menatap pada Lian.

"Memangnya kenapa tuan?" ujar wanita itu.

"Tidak apa2 aku menyukaimu dan ingin berkenalan, tapi jika dia kekasihmu aku tidak berani." ujar Lian dan menunjukkan pesonanya dengan tersenyum pada wanita itu.

"Dia bukan kekasihku tuan, tapi aku berharap begitu, tapi hati Nukuea sepertinya sudah mati gara2 mantan suaminya." ujar wanita itu sambil cemberut dan Lian pun menghentikan senyumnya dan menundukkan matanya.

"Jadi 120 baht tuan." ujar wanita itu namun Lian masih dengan pikirannya tentang Nukuea yang membuat wanita itu heran dan menatap wajah Lian yang terlihat sedih dan bingung.

"Tuan?" teriak wanita itu dan Lianpun terperanjat dan menatap wanita itu.

"120 Baht tuan." ujar wanita itu lagi dan Lian pun segera mengambil dompetnya dan membayar pada wanita itu.

Namun Lian tidak mengambil barang2 yang dia beli dan segera berjalan keluar dari toko itu.

"Tuan, tuan ini barangnya." teriak wanita itu dengan heran dan menatap pada pria tua di sampingnya.

"Orang aneh." ujar pria tua itu.

"Simpan saja dulu barang2 yang dia beli di sana, siapa tahu dia kembali lagi." ujar pria tua itu lagi sambil melihat keluar.

Lian kembali ke pantai dan mencari Nukuea sampai akhirnya Lian pun melihat Nukuea.
Nukuea sedang tersenyum2 melayani para tamu yang melihat2 dagangannya.

Lian memandang Nukuea dari jauh dan menunggu sampai Nukuea selesai.
Pada sore harinya Nukuea akhirnya mengangkat dagangannya dan berjalan menuju toko pernak pernik tadi.

Saat hampir gelap Nukuea baru keluar dari toko itu dan berjalan menuju rumahnya.
Lian pun secara sembunyi2 mengikuti Nukuea.

Setelah Nukuea membuka pintu rumahnya tiba2 Lian memegang tangan Nukuea dan menariknya.

"Kita harus bicara." ujar Lian sambil menatap mata Nukuea yang membelalak dan menatap tajam padanya.

Nukuea menepiskan tangan Lian yang memegang tangannya dan mendorong badan Lian hingga Lian terdorong beberapa langkah ke belakang.

"Jangan pernah lagi menyentuhku atau aku akan memukulmu." ujar Nukuea, Lian pun menelan ludahnya dan kembali mendekati Nukuea.

"Kita perlu bicara." ujar Lian lagi.

"Urusan kita sudah selesai dan tidak ada lagi yang harus dibicarakan." ujar Nukuea.

"Aku yang perlu bicara, Kuea." ujar Lian.

"Aku tidak perduli. Hidupku tenang dan bahagia selama kau tidak ada, jadi jangan dekati aku lagi." ujar Nukuea.

"Kita belum selesai Kuea. Kita belum secara resmi bercerai." ujar Lian.

"Kita belum resmi bercerai memangnya kapan kita resmi menikah?" ujar Nukuea yang membuat Lian salah tingkah.

"Kita menikah hanya di depan altar, kau sudah melanggar janjimu yang kau ucapkan di depannya. Dan aku sudah mengucapkan kata cerai padamu. Apalagi yang belum selesai?" ujar Nukuea.

Lian menundukkan kepalanya dengan wajah sedih dan kecewa.

"Aku ingin bicara." ujar Lian lagi dan kembali menatap Lian.

"Tapi aku tidak mau. Kenapa aku harus menurutimu? Kau bukan siapa2ku." ujar Nukuea dan berjalan kembali ke dalam rumahnya.

Sementara Lian berdiri dan membalikkan badannya dan menendang tanah.
Akhirnya airmatanya mengalir di pipinya.
Lian merasa sangat putus asa.

Namun tiba2 Lian mendekati pintu rumah Nukuea dan mengetuk pintunya.

"Kuea, Hia mohon berikan Hia satu kesempatan. Kueaa." teriak Lian.

Nukuea yang berada di dalam hanya terdiam dan berdiri di depan kamarnya.

"Kuea." teriak Lian berkali2.

Akhirnya Nukuea pun kesal dan berjalan cepat ke depan pintu lalu membukanya.

"Berisik." bentak Nukuea yang membuat Lian mundur dan menatap Nukuea.

"Kau benci ketika aku berisik dan sekarang kau lebih berisik dariku. Ini bukan lingkunganmu. Kau tidak bisa seenaknya di sini." bentak Nukuea.

"Pergi" teriak Nukuea sambil menunjuk ke arah jalan lalu membanting pintunya.







TBC

Close To You  (020) (ZeeNunew)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang