CTY 10

1.1K 86 4
                                    

Malam harinya Lian masuk ke kamar dan berjalan menghampiri Nukuea.

"Kuea." panggil Lian.

Nukuea pun terbangun dan menatap Lian.

"Bolehkah Hia tidur denganmu? Tidak ada kamar lagi di rumah ini, juga biar Hia bisa gampang jika Kuea membutuhkan Hia." ujar Lian.

Nukuea menatap Lian dan duduk.
Lalu Nukuea berusaha untuk menggeser tubuhnya dengan susah payah.
Lian pun segera berjalan cepat dan mengangkat tubuh Nukuea dan memindahkannya sedikit ke pinggir tampat tidur.

"Hia boleh tidur di sini. Ini rumah Hia, Kuea hanya menumpang di sini." ujar Nukuea.

Lian pun merubah raut wajahnya menjadi sedikit kesal.

"Bisakah kau jangan berbicara seperti itu? Ini memang rumahku, tapi kau juga punya hak atas rumah ini." ujar Lian.

"Hak apa yang Kuea punya? Hia dan Kuea tidak ada hubungan apa2 lagi sekarang." ujar Nukuea.

"Karena rumah ini, Hia beli untuk kita. Kau ingat? Kau tidak suka rumah yang besar, kita berdua takut dengan hantu kan?" ujar Lian.

Nukuea menunduk dan kembali menatap Lian.
Lian pun berjalan mendekati tempat tidur dan berbaring di samping Nukuea.

"Kuea." ujar Lian lalu menatap Nukuea.

"Hia mohon berikan Hia 1 kesempatan untuk membuktikan kalau Hia benar2 serius padamu." ujar Lian.

"Tapi.. Sekarang Kuea sudah cacat dan tidak berguna lagi." ujar Nukuea dan Lian pun tersenyum.

"Kuea cukup menjadi Kuea. Karena Hia cinta Nukuea." ujar Lian dan Nukuea pun tersenyum.

"Tapi Kuea tidak dapat berjanji kalau Kuea bisa mencintai Hia seperti dulu lagi." ujar Nukuea.

"Tidak apa2. Selama Nukuea mau mencoba mencintai Hia, Hia akan menunggu Kuea, seperti dulu Kuea menunggu Hia." ujar Lian dan akan memegang pipi Nukuea, namun Nukuea memundurkan wajahnya.
Lian pun mengepalkan tangannya dan kembali tersenyum.
.

Keesokan paginya Lian bangun terlebih dahulu dan menyiapkan keperluan Nukuea.
Lian menyiapkan pakaian ganti untuk Nukuea dan juga air hangat dalam bathtub.

Tak lama bel pintu berbunyi dan Lian berlari ke bawah dan menbukakan pintu untuk seorang pembantu dari rumah lama Lian.

Setelahnya Lian pun membangunkan Nukuea.

"Kuea bangun. Kau harus mandi dulu." ujar Lian pelan dan menyentuh tangan Nukuea.

Nukuea pun membuka matanya dan segera terduduk.
Nukuea melihat pakaiannya di ujung tempat tidur lalu menatap Lian.

Lian segera mengangkat Nukuea dan membawanya ke kamar mandi lalu mendudukkannya di atas toilet.

Lian dan Nukuea bingung bagaimana caranya Nukuea membuka pakaiannya dan masuk ke dalam bathtub.
Lian pun membalikkan badannya.

"Bukalah semua pakaianmu." ujar Lian.

Lalu Lian mengambil sebuah handuk kecil dan mengikatkan di matanya.
Nukuea pun tersenyum dan terharu.

"Kalau sudah tuntun Hia, na?" ujar Lian.

"Hmm." gumam Nukuea.

Nukuea pun membuka semua pakaiannya.

"Hia sudah." ujar Nukuea.

Lian pun mengapai2 tembok dan berusaha mendekati Nukuea.
Lian memegang bahu Nukuea dan Nukuea membimbing tangan Lian pada kakinya.

Lian pun segera mengangkat Nukuea dan dengan bantuan Nukuea, Lian akhirnya bisa mencapai bathtub dan menempatkan Nukuea perlahan.

Setelah Nukuea di dalam bathtub Lian kembali berjalan dan duduk di toilet menunggu Nukuea selesai mandi.

Nukuea menatap Lian yang terdiam dengan tutup matanya.
Nukuea segera membersihkan tubuhnya dan kembali memanggil Lian.

"Hia."

Dan dengan cepat Lian segera menghampiri Nukuea.
Lian menggapai Nukuea dan kembali mengangkatnya.
Lian mendudukkan kembali Nukuea di atas toilet dan Nukuea pun memakai bathrobnya.

"Sudah Hia." ujar Nukuea.

Lian pun membuka tutup matanya dan melihat Nukuea.
Lian kembali menggangkat Nukuea dan mendudukkannya di atas tempat tidur.
Lian tersenyum lalu keluar dari kamar.

Nukuea pun tersenyum dan memakai pakaiannya.
Tak lama kemudian Lian mengetuk pintu kamar.

"Kau sudah selesai Kuea?" teriak Lian.

"Khap." jawab Nukuea.

Lian pun membuka pintu dan mendekati Nukuea.
Lian kembali mengangkat Nukuea dan membawanya ke ruang makan dan kembali lagi ke kamar untuk mengambil kursi roda.

Nukuea melihat betapa sibuknya Lian demi dirinya.

"Hia." ujar Nukuea dan Lian pun melihat pada Nukuea.

"Apa Hia lelah?" tanya Nukuea.

Lianpun tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Hia rindu kata2mu itu." ujar Lian masih dengan tersenyum.

"Ayo kita makan." ujar Lian.

Seorang pelayan melayani mereka.
Setelah selesai makan Lian kembali membawa Nukuea ke halaman depan dan berjemur di sana. Dan Lian pun duduk di kursi yang dia bawa di samping Nukuea.

"Hia apa Hia tidak akan pergi bekerja?" tanya Nukuea.

"Hia akan pergi, nanti setelah selesai denganmu. Jangan khawatir." ujar Lian.

"Hia."

"Hmm?"

"Jika begini terus Hia akan lelah, Hia harus bekerja dan mengurus Kuea." ujar Nukuea.

Lian pun menghadap pada Kuea dan tersenyum lebar.

"Apa Hia terlihat lelah?" ujarnya.

Nukuea pun tersenyum dan membuat Lian bahagia melihat senyum Nukuea.

"Sekarang belum tapi jika setiap hari, pasti Hia akan lelah." ujar Nukuea.

"Apa Kuea lelah, dulu ketika mengurus Hia dan menunggu Hia?"

"Itu berbeda Hia, Kuea tidak bekerja dan juga Hia tidak cacat." ujar Nukuea dan membuat Lian sedikit kesal.

"Bisa tidak kau tinggalkan kata2 cacat? Dulu mungkin aku tidak cacat badan tapi bukankah Kuea lebih lelah menghadapi Hia yang cacat hati? Hm?" ujar Lian.

"Kuea, Hia cinta Kuea, seperti dulu Hia yang merasakan cinta Kuea pada Hia. Kuea tidak merasa lelah maka Hia pun tidak akan merasa lelah." ujar Lian dan memegang tangan Nukuea lalu Nukuea pun kembali tersenyum sambil menunduk.







TBC

Close To You  (020) (ZeeNunew)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang