CTY 15

975 77 7
                                    

Hari itu Lian mendatangi rumah Lucy.

"Phi kau datang padaku." ujar Lucy sambil tersenyum dan mengandeng tangan Lian.

Namun Lian menepiskan tangan Lucy.

"Kita harus membicarakan soal ini, Lucy." ujar Lian.

Dan Lucy pun duduk di sofa ruang tamunya dengan cemberut.
Lian melihat pada Lucy dan mengikutinya duduk di sana.

"Kau harus menikahiku, Phi. Aku tidak mau anak ini tidak mempunyai ayah." ujar Lucy.

"Aku tidak bisa menikah denganmu, Luc, karena aku sudah menikah." ujar Lian.

"Kalau begitu ceriakan dia. Dia hanya bisa menyusahkanmu, Phi. Dia hanya seorang pria cacat sedangkan aku akan memberimu seorang anak." teriak Lucy.

"Hentikan menghina dia, Luc. Atau aku akan pergi." ujar Lian.

Lucy pun terdiam dan menyilangkan kedua tangannya.

"Aku akan bertanggung jawab atas anak itu, tapi aku juga tidak yakin kalau itu adalah anakku, aku akan menjagamu selama kehamilanmu, hingga bisa kita test DNA. Jika itu benar anakku maka aku akan menikahimu dan mengurus anak itu bersama." ujar Lian.

Lucy pun melebarkan matanya seakan tak percaya dengan apa yang baru saja Lian katakan.

"Kau tidak percaya padaku?" teriak Lucy dan berdiri dari tempat duduknya.

"Hmm. Seingatku aku tidak pernah tidak memakai pengaman ketika kita berhubungan badan, bagaimana mungkin kau bisa hamil?" ujar Lian dan Lucy pun menunduk dan kembali duduk.

"Baiklah. Tapi kau harus berjanji akan menjagaku selama kehamilanku hingga kita test DNA anak ini." ujar Lucy.

"Hmm. Aku harus pulang dulu, Nukuea pasti sudah menungguku." ujar Lian sambil berdiri.

"Nukuea, Nukuea, Nukuea." gumam Lucy.

"Apa kau memakai pengaman juga ketika bersamanya?" teriak Lucy.

"Tidak." ujar Lian.

"Oh karena kau tahu kalau dia tidak mungkin hamil bukan?"

"Bukan. Karena aku yakin dengan Nukuea, dia adalah pasanganku seumur hidupku." ujar Lian.

Lian menatap Lucy lalu berjalan keluar dan pergi dari tempat itu.
.

Lian menarik nafas panjang setibanya dia di depan rumahnya.
Lian merasa takut untuk menemui Nukuea.

'Apakah dia akan menangis lagi?' batin Lian.

Lian masih terduduk di kursi mobilnya di halaman depan rumahnya.
Lian mendengakkan kepalanya dan memijat2 kepalanya.

Setelah merasa tenang akhirnya Lian pun keluar dan masuk ke dalam rumah.
Lian segera menuju ke kamar dan di depan pintu kamar, Lian kembali terdiam dan setelah kembali menarik nafas panjang, dia pun membuka pintu.

Lian melihat Nukuea yang sedang tertidur.
Lian menghampiri Nukuea dan menatap wajahnya.
Lian merasa sangat bersalah pada Nukuea.
Lian pun duduk di bawah samping tempat tidur dimana Nukuea tertidur.

Lian menatap wajah Nukuea lalu menyingkirkan surai yang menghalangi wajahnya.
Perlahan Lian mengelus2 pipi Nukuea.

"Maafkan Hia, na, Kuea." gumam Lian pelan.

Nukuea pun membuka matanya dan membuat Lian sedikit terkejut lalu tersenyum.

"Tidurlah kembali." ujar Lian masih tetap mengelus2 pipi Nukuea.

Nukuea pun tersenyum dan balas menatap wajah Lian.
Nukuea mendekatkan wajahnya dan Lian pun begitu.
Nukuea mencium bibir Lian dan Lian membalas ciuman Nukuea.

"Hia mau mandi dulu atau Hia mau makan? Mau Kuea temani?" tanya Nukuea pelan.
Lian pun menggelengkan kepalanya.

"Hia tidak lapar. Hia mau mandi dulu saja." ujar Lian dan dengan malas Lian berdiri dengan bertumpu pada ujung tempat tidur.
Nukuea pun memegang tangan Lian, membuat Lian berbalik dan menatap Nukuea.

"Hia sudah makan? Jujur pada Kuea, na?" ujar Nukuea.

Lian mendekatkan wajahnya dan mencium kening Nukuea.

"Belum, tapi Hia malas makan apapun." ujar Lian sambil tersenyum dan melepaskan tangan Nukuea lalu berjalan ke kamar mandi.

Nukuea menarik nafas panjang dan duduk sambil menatap pada punggung Lian sampai menghilang di balik pintu kamar mandi.
Nukuea pun menunduk.

Setelah beberapa saat Lian pun keluar dari kamar mandi dan tersenyum pada Nukuea.
Lian pun mengganti pakaiannya dan masuk kedalam selimut.

Lian menyandarkan kepalanya di atas tempat tidur dan memiringkan kepalanya menatap Nukuea.

Nukuea lalu tersenyum dan menarik tangan Lian lalu memasukkan tangannya ke belakang leher Lian sehingga Lian bersandar di dada Nukuea.

"Hia terlihat sangat lelah. Ada yang bisa Nukuea bantu?" ujar Nukuea dan merangkulkan tangannya di bahu Lian dan tangan yang lainnya mengelus pipi Lian.
Lian memejamkan matanya dan memeluk pinggang Nukuea.

"Dengan begini saja sudah sangat membantu, Kuea." ujar Lian.

Dan Nukuea pun tersenyum dan mencium kening Lian.
Lian pun membuka matanya dan mendengakkan kepalanya lalu Nukuea pun mencium bibir Lian.

Lian tersenyum dan kembali membaringkan kepalanya di dada Nukuea dan memejamkan matanya lagi.

"Kuea." ujar Lian pelan.

"Hmm."

"Apa Hia bisa meminta bantuanmu?"

"Hmm. Apa Hia?"

"Tolong bantu Hia, jangan pernah tinggalkan Hia, na!" ujar Lian sambil meneteskan airmata.
Nukuea tersenyum dan mencium kening Lian lagi.

"Jika Kuea mau berjanji, Kuea akan sangat membantu Hia. Hia akan menghadapi masalah apapun selama Nukuea ada di samping Hia. Maukah Nukuea berjanji?" tanya Lian dan mendengakkan kepalanya menatap mata Nukuea dengan matanya yang berair.

Nukuea pun tersenyum dan mengangguk.
Lian pun terisak melihat anggukkan Nukuea lalu memeluk Nukuea.
Nukuea pun memeluk Lian dan menangis.

"Hia jangan takut lagi. Kuea akan selalu ada di sini untuk Hia jika Hia membutuhkan Kuea." ujar Nukuea.
Lian pun semakin terisak dan semakin erat memeluk Nukuea.

"Kuea cinta Hia, Kuea juga bisa merasakan kalau Hia sangat mencintai Kuea. Jangan takut lagi, na?" ujar Nukuea sambil terisak.

Nukuea dan Lian terus saling memeluk untuk saling menyemangati sampai keduanya tertidur.







TBC

Close To You  (020) (ZeeNunew)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang