10

71 3 0
                                    

Kantin sekolah sekarang terasa sangat ramai. Dan disinilah sekarang adel dan zee sedang makan di kantin beserta Marsya Ella dan juga sisca

"Kita turut berduka cita yah del atas perginya adik kamu" ucap sisca sambil duduk di depan adel

"Hmm.iya makasih yah" ucap adel sambil menundukkan kepalanya. Zee hanya bisa memegang pundak adel memberikan semangat

"Makasih yah" ucap zee sambil tersenyum.

Tanpa di sangka Marsya melihat senyuman zee itu merasakan banyak kupu kupu yang sedang beterbangan di perutnya, menurut Marsya senyuman itu sangat menawan bahkan sampai bisa membuat jantungnya berdetak tak karuan

Tanpa mereka sadari ada seorang siswi yang mendengar obrolan mereka sambil menampakkan senyum smrik nya "huh mudah sekali membunuh anak itu " gumam siswi itu lalu meninggalkan kantin

Tak terasa kini bell pulang telah berbunyi, semua siswa siswi bergegas pulang. Begitupun dengan adel dan zee mereka sedang bergegas menuju ke parkiran tak di sangka disan ada seorang gadis yang belakangan ini sudah tidak pernah mengganggunya lagi. Dia ashel, ashel disana ternyata sedang berdiri di depan gerbang sambil berbicara pada seorang gadis kecil yang menjual kue

Ashel membantu gadis kecil itu dengan cara membeli beberapa dagangannya. Kelakuan ashel itu tak luput dari perhatian adel, tak di sangka sangka langkah kaki adel menuju ke arah ashel dan juga gadis itu.

"Hai kamu lagi jualan apa" sapa adel sambil membungkuk melihat isi keranjang itu. Ashel tersentak kaget saat melihat adel sudah berdiri di sampingnya

"Ini kak jual keripik. Enak lok kak, ini buatan ibu aku" ucap gadis itu sambil tersenyum

"Satunya berapa " tanya zee, ternyata zee juga mengikuti ke gerbang. Gadis itu menaikkan jarinya

"5 ribu kak" ucap gadis itu masih dengan senyuman. Zee menggunakan kemudian berbisik ke arah adel, adel mengangguk dan meninggalkan zee dan ashel di sana,

"Kaka beli semua deh, jadi semuanya berapa" ucap zee

" eh beneran kak" ucap gadis itu tak percaya, kemudian zee mengangguk. " semuanya 200 ribu kak" dengan senyuman tak luntur dari bibir gadis itu. Zee mengeluarkan uangnya dan memberikannya ke arah gadis itu.

"Btw nama kamu siapa? " ashel tiba tiba bertanya pada gadis itu. Gadis itu mendongank melihat wajah ashel kemudian tersenyum

"Nama aku nara" ucapa nara tanpa melunturkan senyumannya. Ashel mengangguk

"Ini kak makasih yah" ucap nara sambil memberikan plastik yang berisikan keripik itu. Zee mengangguk, sesaat kemudian nara pamit dan berjalan pulang sambil bersenandung ria

"Shel mau pulang" tanya zee saat hendak masuk ke dalam mobil. Ashel mengangguk

"Nunggu jemputan" tanya zee lagi dan di balas gelengan oleh ashel. Melihat itu zee mengerutkan keninya. "Nunggu taksi" jawab ashel

"Bareng ajah kalo gitu gpp kan del" ucap zee sambil meminta persetujuan adel. Adel tak keberatan dan menganggukkan kepalanya tanda ia setuju untuk mengantarkan ashel pulang

"Beneran gpp" tanya ashel memastikan zee mengangguk mantap dan mulai mempersilahkan ashel masuk. Ashel mengikuti zee masuk ke dalam mobil, kemudian mereka melajukan mobil di jalanan .......

Mereka sekarang telah sampai di depan rumah ashel, adel tertegun melihat rumah itu. Seperti rumah milik sahabatnya onniel, zee melihat adel yang sedari tadi memperhatikan rumah itu langsung menepuk pundak adel

"Heh kenapa liatnya kek gitu banget" ucap zee mengernyitkan keningnya

"Rumahnya kayak rumah onniel yah" ucap adel tanpa mengalikan pandangannya dari arah rumah itu.

"Lah emang rumah onniel, kan ashel sama onniel sodara ogeb" ucap zee sambil menjitak pipi adel dengan lembut, mendengar itu adel tercengang kenapa bisa seorang ashel harus bersaudara dengan onniel.

"Udah ah yuk jalan lama banget" ucap zee membuyarkan lamunan adel kemudian adel mengangguk dan melakukan mobilnya menuju ke mension

Sesampainya di mansion adel dan zee berjalan masuk ke dalam rumah, adel terasa asing dengan mobil yang ada di depannya kemudian melirik zee, zee hanya menaikkan bahunya lalu masuk ke dalam rumah.

Suasana yang pertama mereka lihat adalah anin yang sedang duduk menghadap ke seseorang yang membelakangi mereka. Anin mengalihkan pandangannya ke arah adel dan zee.

"Udah pulang sayang" ucap anin lalu berdiri menghampiri adel dan zee.

"Mereka siapa tan" bisik zee saat berada di samping anin

"Orang tua kandungnya ayas" ucap anin berbisik. Adel mendengar itu tersentak, terasa tiba tiba airmatanya sudah jatuh. Adel mengingat saat pertama ayas di bawa oleh ayah masuk ke dalam keluarganya mendengarkan cerita ayas hingga ia bisa seperti itu, hati adel bagai ti tusuk ribuan jarum saat mengingat cerita yang di ceritakan ayas kepada mereka.

Zee mendengar pernyataan anin mematung tubuhnya terasa kaku kemudian melirik adel yang sudah menjatuhkan air dari pelupuk matanya. "Mereka udh tau keadaannya? " tanya zee pada anin, kemudian anin menggeleng

"Biar orang tua kalian yang ngasih tau itu hak orang tua kalian" ucap anin berbisik. Setelah itu zee pamit ke kamar dan membawa adel bersamanya.

Adel dan zee sudah berada di kamar, Adel masih termenung meratapi nasib adiknya itu. Zee menepuk baju Adel membuyarkan lamunannya, Adel melirik zee kemudian menaikkan alisnya.

"Denger gak di luar " tanya zee. Adel mengerutkan keningnya. Tiba tiba saja suara barang jatuh terdengar dan suara tangisan, kompak mereka turun kebawah melihat kondisi saat ini

Saat baru sampai di pertengahan tangga Adel dan zee dapat melihat orang tuanya sedang berbicara pada orang tua kandung ayas, bunda mereka sudah menitihkan airmata dan ibu kandung ayas sudah pingsan dan berada dalam pelukan suaminya.

Adel dan zee bergegas turun mendekat ke arah bunda dan ayahnya. Zee langsung menuju ke ayahnya berdiri di samping sang ayah lalu Adel mengambil posisi sambil memeluk bundanya yang terduduk di sofa sambil menangis, Adel menyapu punggung bundanya agar tenang.

"Maaf, anda sekarang sudah terlambat untuk menyesal" ucap ayah

"Eeh lebih baik om bawa tante ke kamar dulu biar nanti bisa di bicarakan lagi, biar tante sadar dulu" ucap Adel

Pria itu kemudian membawa istrinya yang di tuntun oleh Adel menuju ke kamar tamu.

Hari sudah larut malam dan disini lah mereka di ruang tamu milik keluarga pradipta. Suasana hanya di isi oleh tangisan sang ibu yang tak sempat meminta maaf pada sang anak.

"Sungguh anda sangat terlambat untuk menyesal, bahkan sangat. Dulu ayas selalu bilang kalau dia rindu mama dan papanya tapi dia selalu menguatkan hatinya dengan berkata bahwa orang tuanya tidak menginginkan kehadirannya. " ucap bunda sambil menatap sepasang suami-istri di hadapannya

Secret (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang