9

77 5 0
                                    

Kini adel dan zee sedang berada di rumah. Sunyi itu kata yang pantas untuk situasi kali ini, tak ada yang membuka pembicaraan. Tak lama ponsel zee berdering dan menampilkan nama mommy di sana

"Halo bun kenapa? "

Hanya terdengar sesegukan, zee mendengar itu mengerutkan keningnya

"Bun, bundaa, bunda kenapa bun"

"Ayas zee, ayas hiks" mendengar itu zee semakin mengerutkan keningnya dan perasaannya mulai kacau takut iya dia takut dengan nada itu

"Ayas kenapa bun bilang" zee mendesak bunda untuk menjawabnya

"Ayas udah gak ada hiks.... Hiks" terdengar suara tangisan itu semakin mengeras, tanpa di rasa airmatanya sudah jatuh. Ponsel yang tadi di genggam pun sudah jatuh ke lantai.

Adel melihat zee menangis mengerutkan keningnya kemudian mulai mendekat dan mengambil ponsel zee

"Halo bun kenapa? "

"Del, hiks yang sabar nak" adel tak mengerti dangan ini, ia melirik ke arah zee yang sudah menangis

"Iya Kenapa bun "

"Ayas udah gak ada, ayas pergi hiks. " tanpa sadar juga airmata itu jatuh, Adel menggelengkan kepalanya

"Boong, jan becanda ah Adel gak suka tau"

Bunda sudah tak bisa menahan tangisannya terdengar semakin keras.

"Del ayas bakalan di makamin hari ini di sini. Jadi kalian gak usah dateng" suara ayah.

"Gak. Adel bakalan tetep dateng ke Belanda"

"Jangan ngeyel del, udah gak usah kalaupun kamu ke sini gak bakalan ketemu juga" ayah sedikit menaikkan nada bicaranya. Kemudian mematikan telfonnya

Adel meletakkan kembali ponsel itu, sekarang airmatanya sudah tidak bisa terbendung lagi. Di rumah yang tadinya sunyi sekarang terisi dengan suara isakan tangisan dari mereka berdua. Hingga malam air mata itu tak kunjung berhenti.

Tok tok tok

Terdengar suara ketikan dari arah pintu, mau tak mau Adel berdiri dan membukakan pintu, di sana sudah berdiri tante Anin saudara dari sang ayah. Anin memeluk Adel dan menenangkan ponakannya itu, karena pelukan itu reflek tangisan itu semakin jelas.

"Sabar sayang, sabar yah" anin sambil menepuk punggung Adel kemudian membawanya masuk ke dalam rumah

Zee sedari tadi tak henti hentinya menangis matanya sembab hidungnya merah, anin beralih menenangkan zee

"Udah yah, udah sayang kasian ayas kalo kalian nangis terus, pasti dia sedih liat kalian nangis. Ikhlasin dia pergi nak, setidaknya dia udah gak ngerasa kesakitan lagi yah" anin menghapus air mata zee. Zee mengangguk dan memeluk anin

"Tante kita gak ke Belanda? " zee melepas pelukan anin

"Walaupun kesana juga gak bakalan ketemu zee" anin mulai bangkit dari duduknya "kalian udah makan? " anin mulai berjalan ke arah dapur.

"Belum tan" jawab Adel dan zee. Anin berbalik badan melihat ponakannya

"Dari siang" kompak Adel dan zee mengangguk. Anin menghela nafas panjang "kamu mau sakit ha, ampe gak makan " Adel dan zee menggeleng

"Yaudah kalo gitu tante masakin dulu yah kalain makan, okeh" anin mulai berjalan masuk ke dalam dapur

"Udah gue duga senyuman itu, senyum perpisahan ayas" zee mulai berdiri dari duduknya

"Gue benci ayas, katanya mau balik lagi ke rumah ini malah balik ke tanah" zee mendengar itu langsung melemparkan bantal pada Adel

"Ngomong apa lo, gue sumpel juga mulut lo" ucap zee meninggalkan Adel yang memanyunkan mulutnya.

Ruang makan

Anin telah menyelesaikan acara masaknya sekarang ia tengah menyiapkan masakannya di atas meja.

"Adel zee turun makan" teriakan anin menggema di seluruh mansion

"Iya tante, iya, gak usah teriak teriak kita denger kok" ucap zee dari arah tangga sambil menutup telinganya dan Adel di sampingnya. Dan menghampiri anin yang sudah duduk di kursi meja makan

"Sini makan " ucap anin sambil menepuk kursi di sampingnya

Skip setelah makan.....

Adel meraih ponselnya dan mulai menelfon seseorang

Gue mau lo semua cari orang yang udah ngehadang gue waktu itu, cari secepatnya gue gak mau denger kalian gagal

........

Ya kalau sampai gagal ingat taruhannya nyawa keluargamu.

..........

Hmm. Kalo udah ketemu langsung telfon gue

Tuttt......

Adel mematikan telfon sepihak sekarang ia mengalikan lagi wajahnya ke depan dimana tantenya anin sedang menatapnya dengan tatapan menyelidik.

"Kenapa? " ucap Adel kala melihat wajah tantenya itu

"Tadi nelfon siapa sampe segitunya, ngancem ngancem kek gitu gak boleh, kasian tau" ucap anin sambil menggelengkan kepalanya. Mendengar teguran itu Adel hanya tertawa cekikikan

"Tadi ancemannya gak main main kok tan. Emang beneran ngancem" ucap Adel santai sambil memainkan ponselnya lagi. Anin melihat itu hanya bisa geleng geleng kepala

"Del lo beneran mau bangkitin itu lagi, nanti kalau ayah tau gimana? Kan lo sendiri juga tau ayah ngelarang kita nyentuh apapun yang berbau tentang itu lagi? " ucap zee memperhatikan Adel. Mendengar itu adel hanya menaikkan bahunya dan mulai berjalan keluar mansion sambil bersenandung kecil

Secret (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang