6

69 4 0
                                    

Belanda-rumah sakit

“aku mau masuk, mau liat ayas” ucap bunda kemudian masuk ke dalam ruangan itu.

Pertama yang dilihat bunda adalah ayas yang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit serta berbagai alat yang tertempel pada tubuhnya, betapa sakitnya hati seorang ibu melihat putrinya berada di titik lemah seperti ini, ingin sekali bunda menggantikan posisi ayas.

Bunda mendekati brankar ayas dan mulai mengusap usap lembut tangan ayas lalu mengecup kening ayas.

“andai bunda bisa gantiin kamu sayang, bunda rela nak bunda rela” ucap munda sambil menitihkan air matanya namun sebuah tangan menghapusnya, bunda melihat tangan siapa itu ternyata tangan itu milik ayas, ayas tersadar dari tidurnya saat mendengar bunda nya berkata seperti itu

“jangan bunda ini menyakitkan, aku gak mau bunda ngerasain hal yang sama seperti yang aku rasakan” ucap ayas sambil tersenyum dengan bibir pucat. Tangan ayas masih setia di genggaman bunda nya tangan yang dingin seperti tidak ada darah mengalir di sana

“bunda kesini sendiri? ” tanya ayas di sambut celengan dari bunda lea.

“diluar ada kaka kaka kamu ayah opah sama omah” bunda mulai bangkit dari duduknya dan menyapu kening ayas dan mengecupnya sekali lagi

“bunda keluar dulu yah yang lain juga pasti mau jenguk kamu” bunda, ayas mengangguk kemudian bunda meninggalkan ayas di sana.

Bunda keluar dari ruangan itu nampak sedikit lega bisa dilihat dari senyuman yang di keluarkan oleh bunda nya.

“bunda aku boleh masuk gak” zee meminta izin pada bunda lea dan di sambut anggukan oleh bunda nya.

“berdua boleh yah” ucap adel. Ayah mengangguk kemudian mereka masuk ke dalam

Saat sampai di dalam zee dan adel dapat melihat wajah adiknya yang pucat serta tunuhnya yang mengurus. Zee mendekati ayas mulain membelai rambut ayas, adel mendekat mulai  menggenggam tangan ayas

“kenapa” satu kata keluar dari mulut ayas, zee dan adel melihat

“maaf kaka gak jagain kamu dengan baik maaf” adel mulai menitihkan airmata lagi

“no no dont cry for me” ucap ayas sembari menghapus air mata adel

“aku gak papa kak it's okey i'm fine”sambil menggenggam tangan adel ayas meyakinkan adel bahwa ia baik baik saja. Adel melihat itu mengusap air matanya dan mulai mengangguk

“jangan gini lagi, kamu gak boleh sakit lagi” ucap zee sambil membelai rambut ayas dengan lembut.

“gak janji” ucap ayas sambil terkekeh. Zee mendengar itu menggeleng dan menitihkan airmata kesedihan

“jangan jangan kamu harus sembuh kamu bisa sembuh kok penyakit ini itu bakal ilang percaya sama kaka” zee meyakinkan ayas agar tidak berfikir seperti itu.

“hehe iya iya aku percaya sama kaka” sambil tersenyum ayas memperlihatkan deretan giginya

“kita keluar yah pasti ayah pengen masuk juga nih ketemu anak kesayangannya” kata adel

“eleh padahal kalo di indo tetep kak adel yang dapat lebih yakan kak zee”ucap ayas sambil memanyunkan bibirnya. Zee terkekeh

“haha udah udah kita keluar dulu yah yas cepet sembuh Sweetheart” ucap zee dan mulai keluar bersama adel.

Saat sudah di luar merek bergantian dan ayah opah dan omah mulai masuk kedalam. Tiba tiba saja ponsel zee berdering menampilkan sama seseorang yang sedang menelponnya

“halo”...

“iya kenapa”

“kamu gak sekolah”...

“gak”

“kenapa”...

“kepo”

“ih nyebelin deh”...

“to the point ajah kenapa”

“hehe ini ashel dari tadi ngeraung katanya adel dari tadi di telfon gak di angkat angkat malah dirijek, kasian tau boleh minta tolong biar adel angkat telfon ashel gak soalnya ini dia bentar lagi bakal jadi rubah ekor sembilan ini”...

“oke”

Zee mematikan telfon sepihak dan mulai mencari adel. Melihat kesana kemari tidak melihat batang hidung anak itu zee mulai berjalan menuju ke arah bundanya yang sedang duduk bersama omah

“bun liat adel gak” tanya zee saat sampai di hadapan bundanya

“ke katin susul gih” bunda lea

“oh gitu yaudah zee ke kantin bund” zee yang di angguki oleh bundanya dan mulai berjalan menuju ke kantin rumH sakit.

Kantin-rumah sakit

Zee memasuki area kantin dan mulai melihat ke seluruh isi kantin mencari adel. Zee menemukan adel sedang duduk di dekat jendela buru buru zee mendekat ke sana dan mulai duduk di hadapan adel.

“mau pesen gak” tanya adel kala zee telah duduk di hadapannya. Zee menggeleng.

“belum laper. Oh iya tadi Marsya nelfon katanya ashel nelpon lo tapi lo gak angkat kenapa” zee

“males ah angkat telfon dari dia pasti gak penting” ucap adel lalu beralih ke arah ponselnya yang mulai berdering lagi.

“angkat ajah kali itu tanda dia lagi rindu sama lo ” zee menggoda adel agar mengangkat telfonnya

“iwhh gak banget deh. Ingat yah gue gak mungkin mau sama cewe gue masih waras” adel mulai melanjutkan makannya dan merijek panggilan dari ashel

“elah yang bener apa gak boong, ntar kemakan omongan sendiri tau rasa lo” zee mulai mengompori adel. Adel acuh dengan itu semua lapipula ia masih waras.

Kini adel dan zee telah selesai makan dan mereka hanya duduk di sana.

“del gue penasaran deh kenapa sih lo benci sama ashel padahal tu cewe baik cantik terus pinter kayaknya. Kan bisa di manfaatin tuh kepinterannya” zee bertanya

“huu lo gak tau ajah dulu dia itu pernah sekelas sama gue, sebenernya juga gue gak benci sih cuman jaga jarak ajah soalnya dulu banyak yang bilang kalo ashel suka sama gue, lah gue yang orangnya gampang ilfeel seketika memiliki prinsip untuk menjauhi ashel” adel menjelaskan panjang lebar

“gue rasa ashel gak suka sama lo sebagai pasangan. Kayaknya dia sayang sama lo sebagai temen doang” zee mulai berfikir

“inget gue bisa lihat dari matanya, dia ajah ngeliat gue kek mau di makan ih ngeri deh pokonya” adel bergidik ngeri mengingat ingat tentang kehidupannya yang dulu.

“yaudah terserah lo, eh bund nge whatsapp gue katanya kita langsung ke hotel ajah bunda udah booking kamar buat kita” zee

“kalo gitu ayo balik” ucap adel mulai membersihkan tasnya dan mulai berdiri. Zee melakukan hal yang sama, mereka keluar dari kantin menuju ke arah lobi rumah sakit.

Lobi-rumah sakit

Zee dan adel telah berada di lobi mereka menuju ke arah pintu keluar. Sesampainya di luar zee dan adel mulai menunggu taksi yang akan di kendarai nya ke hotel tak lama sebuah taksi berhenti di depan mereka adel dan zee mulai di persilahkan masuk.

Selama perjalanan zee dan adel hanya diam tanpa ada yang ingin memulai pembicaraan mereka larut dalam fikiran masing masing

“eh kita kapan balik ke indo yah” ucap adel memecah keheningan.

“paling besok kita udah di usir sama ayah. Biasanya kalo kita kabur kayak gini ayah cuman minta izinnya sehari doang” ucap zee dan adel hanya memang utk mangut

“padahal masih pengen di sini. ” ucap adel lesuh

“gpp juga kali ngapain kita di sini lama lama, kan kita sekolah ntar kalo tinggal kelas bisa susah urusannya” kata zee dan di angguki oleh adel. Setelah percakapan singkat itu semua kembali Hening dan semua mulai bergelut lagi dengan fikiran masing masing

Secret (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang