"Yang kubutuh hanya keluarga yang harmonis, aku nggak minta buat dilahirin dari keluarga kaya atau terhormat."****
Suara gebrakan meja terdengar begitu nyaring di ruangan yang kedap suara ini. Bu Inggit selaku guru BK, menatap penuh amarah ke arah sosok murid yang duduk dengan tenang, di hadapannya.
Lelaki dengan name tag Jun itu, bertopang kaki pada kaki kanannya. Seolah tak merasa bersalah sedikitpun, ia menatap Bu Inggit dengan salah satu alis yang terangkat sebelah.
"Saya-"
"Jun!" Jun terjengkit kaget, lantaran Bu Inggit membentaknya dengan cukup nyaring.
"Bisa-bisanya kamu bersikap santai seperti ini. Sedangkan kamu, hari ini buat teman seangkatan kamu terluka parah," omelnya.
Jun berdeham, ia sebenarnya takut jika Bu Inggit sudah marah, ia akan sangat menakutkan dan juga tak lupa mengeluarkan tanduknya.
"Tapi itu semua bukan salah saya, Bu," kilah Jun.
Bu Inggit menghela nafasnya dengan kasar. "Ibu tanya sama kamu. Apa alasan kamu memukuli Vino, sampai babak belur seperti itu?" tanyanya, melirik Vino sekilas yang sedang duduk di sofa.
"Dia ganggu Melody," jawab Jun dengan cepat.
Bu Inggit mulai tertarik dengan obrolan saat ini, "Kalian ada hubungan apa, sebenarnya?"
"Ibu kenapa penasaran, deh?" Jun lalu mendelik tak suka, "Wait, yang penasaran itu Ibu atau penghuni sekolah ini?" Jun lalu menyugar rambutnya dengan penuh percaya diri.
Bu Inggit mengusap wajahnya dengan gusar. Jun membuatnya sangat tidak tenang. Meskipun tak bisa dipungkiri bahwa anak tersebut sangat handal dalam pelajaran, tapi tindakannya sering ceroboh.
Wanita paruh baya yang menjabat sebagai guru BK tersebut melipat kedua tangannya di depan dada, dan menatap Jun dengan tatapan tajam.
"Sekarang Ibu tanya, mau kamu bagaimana? Tanggung jawab atau ibu panggil k-"
Dengan sisa-sisa desisan ngilunya. Vino mencoba melerai, "Bu ... saya nggak apa-apa. Gak perlu panggil orang tua Jun ke sini. Saya-"
"Sombong amat lo! Mau gue tambahin?!" sahut Jun.
Vino menggeleng, "So-sorry, udah cukup bikin gue gini. Gue kapok, gue minta maaf."
Kemudian, lelaki dengan penuh lebam itu berjalan meninggalkan ruangan tersebut.
"Sialan!" gumam Jun.
"Kenapa masih di sini? Mau Ibu hukum? Pilih keluar sekarang, atau Ibu scors selama seminggu?"
Suara tersebut mengalihkan atensi Jun. Lelaki tersebut menoleh dan menatap Bu Inggit yang juga menatapnya.
"Karena Jun adalah murid teladan di sekolah ini. Saya pilih opsi pertama, Bu," ucapnya tersenyum, memamerkan deretan giginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Your Heart [Tahap Revisi]
Teen FictionMelody, seorang gadis populer di sekolahnya yang sangat dingin, hatinya sulit di tembus. Namun dibalik wajah cantiknya, ia menyimpan kepedihan mendalam. Dirinya dibuang dan dikucilkan oleh kedua orang tuanya, setiap hari ia menerima cacian serta mak...