Bab 16

130 87 365
                                    

"Bahkan dalam keramaian, aku tetap merasa kesepian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bahkan dalam keramaian, aku tetap merasa kesepian. Seperti ada, namun tak dianggap. Seperti bernafas, tapi terasa mati."

****


Jam menunjukan pukul sepuluh malam, saat Dewa baru saja keluar dari kamar mandi usai membersihkan diri. Kedua tangannya sibuk mengacak rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil, seraya berjalan menuju meja belajar yang berada di sudut kamarnya.

Sebenarnya, Dewa tidak biasa mandi selarut ini. Namun apa daya, banyaknya materi yang harus ia pelajari serta tugas-tugas yang seakan tiada hentinya berdatangan, selalu saja berhasil mengacaukan rutinitas hariannya.

Dewa selama ini terbiasa dengan hidup teratur, semuanya sudah terjadwal. Hal yang sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya sedari masih kecil. Selain baik untuk melatih kedisiplinan, ia juga bisa hidup lebih produktif karena dapat mengisi waktu luangnya dengan baik.

Walaupun dulu Dewa sering mengeluh, karena waktu luangnya selalu habis digunakan dengan belajar dan tak bisa bersantai layaknya teman-teman sebayanya. Tetapi seiring berjalannya waktu, ia bisa mengerti. Bahwa apa yang dilakukannya ternyata sangat berguna bagi kelancaran masa depannya.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pada pintunya membuat, Dewa mengalihkan pandangannya.

"Wa, lo udah tidur?"

Seseorang memasuki kamarnya tanpa persetujuan. Mau tak mau membuat kedua matanya terbuka sempurna.

"Ada apa?" tanyanya malas, begitu mengetahui sosok sang kakak yang tengah berada di ranah pribadinya. Ranah yang tidak boleh diinjak oleh orang lain, selain dirinya sendiri.

"Kenapa, lo? Lesu amat!" ucapnya terkekeh.

Dewa mendelik tajam, "Vin, lo pergi dari sini deh. Ganggu gue!"

Ya, tidak ada yang tahu, bahwa Vino adalah kakak dari Dewa. Mereka memiliki sifat yang bertolak belakang dan sudah sepakat bahwa jika berada di lingkungan sekolahnya, mereka layaknya orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain. Rumit, bukan?

"Suka-suka gue lah."

Dewa mendelik, "Terserah lo deh."

Ia tidak ingin berdebat, hari ini sudah cukup lelah untuknya. Dan jika membalas ucapan Vino, ia yakin, bahwa moodnya akan benar-benar rusak.

"Liat gue," pinta Vino.

"Hm," Dewa hanya menjawab sekenanya.

"Liat dulu!" desis Vino.

"Berisik banget, anjing!"

Cukup sudah, kesabaran Dewa sedang berada di ubun-ubun.

"Sopan dikit lo sama abang!" sentak Vino.

"Lah, abang beda dua menit aja bangga," ledek Dewa.

Vino terkekeh, ia lalu mengusap puncak kepala Dewa dengan sayang. Memang benar, mereka tidak pernah akur, ketika sedang di luar. Tapi jika di rumah, mereka tidak bisa di pisahkan. Sikapnya sangat bertolak belakang, bukan?

Touch Your Heart [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang