"Di balik senyumku, aku menyimpan duka yang sengaja ku sembunyikan."
****
"Kenapa sendirian disini?" tanya Jun yang membuat Melody terkejut bukan main.Melody menatap Jun yang ikut duduk di sebelahnya dengan senyuman khasnya, "Nggak apa-apa, lo ngapain ke sini?"
Jun memperhatikan wajah sahabatnya dengan lekat, "Firasat gue selalu bener, ternyata."
"Apa?" tanya Melody.
Jun tersenyum menanggapi, "Jangan menyendiri, kalo lo butuh temen, kabarin gue."
Melody menghela nafas berat, "Iya."
Jun menghela nafas kasar, ia menatap gadis di sampingnya dengan tatapan sendu. Lalu mengangkat dagu Melody, menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantiknya seraya tersenyum. Kedua mata mereka saling mengunci satu sama lain, tak ada yang memutuskan tatapan itu. Deru nafas saling bersahutan.
"Wajar gak, kalo gue sering ngerasa iri sama yang lain?" tanya Melody. Pertanyaan bodoh dan konyol yang membuat ia merutuki nasibnya.
"Rasa iri itu wajar, tapi gak baik kalo diterusin. Apalagi sampe ngelakuin hal nekat yang bikin diri lo celaka, karena rasa itu."
Melody seketika merubah ekspresinya. Ia tersenyum, lalu menatap Jun.
"Makasih ya, lo selalu ada buat gue."
Jun yang di tatap seperti itu, meneguk salivanya susah payah. Ia mengerjap-ngerjapkan kedua matanya.
"Jangan terlalu deket," gumam Jun.
"Kenapa? Bikin lo salah tingkah?" tanya Melody.
"Ody!" desis Jun.
Melody hanya tertawa pelan.
"Gue pamit, ya? Lo buruan tidur, besok jangan lupa sekolah."
"Harus sekarang banget?" tanya Melody.
"Iya, sebelum Mama nyariin," jawab Jun.
"Bilang aja lagi sama gue," rengek Melody.
"Gak bisa, Ody. Bye! Gue pamit," Jun lalu mengacak puncak kepala Melody dengan gemas, ia lalu mengecupnya pelan.
Sepeninggal Jun, Melody segera memasuki kamarnya. Kedua orang tuanya sedang pergi, ia bisa bernafas lega, tidak ada keributan hari ini, ia sangat menyukainya.
****Pagi-pagi tadi Melody harus ribut dulu dengan sang ibu, dan ia benci itu. Awal hari yang seharusnya membuat moodnya menjadi baik, kini sudah rusak.
Sejak tiba di sekolahnya, Melody hanya diam, ia tak banyak bicara. Sudah hampir dua jam, kelas mereka kosong. Hal itu jelas membuat kelasnya semakin berisik dan membuat moodnya semakin hancur. Gadis itu meluruhkan bahunya, saat tiba-tiba merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Apalagi kepalanya yang seperti dilempari batu berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Your Heart [Tahap Revisi]
Teen FictionMelody, seorang gadis populer di sekolahnya yang sangat dingin, hatinya sulit di tembus. Namun dibalik wajah cantiknya, ia menyimpan kepedihan mendalam. Dirinya dibuang dan dikucilkan oleh kedua orang tuanya, setiap hari ia menerima cacian serta mak...