"Kadang aku berfikir, sepertinya lebih enak tidak dilahirkan ke dunia. Untuk apa dilahirkan, dikenalkan pada dunia yang fana ini, jika aku hanya menjadi boneka siksaan bagi keluargaku sendiri."****
Di sinilah Melody sekarang, di dalam minimarket, masih berkutat di depan rak makanan ringan. Setiap sebulan sekali, dirinya memang sering mampir setelah pulang sekolah, sekedar berbelanja kebutuhan yang stoknya sudah habis.Seperti sekarang, trolinya sudah terisi penuh oleh makanan ringan, beberapa jenis minuman, dan keperluan lainnya.
"Mending asin apa balado, ya?" batinnya pada diri sendiri, seraya memandangi dua snack dengan varian rasa berbeda.
"Balado aja, lo kan suka pedes."
Melody dibuat kaget oleh seseorang yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya. Laki-laki berhoodie abu yang entah sejak kapan, sudah memperhatikannya. Lelaki itu lalu membuka tudung hoodienya, lalu tersenyum lebar.
"Ish," Melody memutar kedua bola matanya dengan malas.
"Ketemu mulu, jangan-jangan ..." lelaki itu menggantung kalimatnya.
"Terus?" tanya Melody, dengan dingin tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.
"Jangan-jangan, kita jodoh."
"Minggir!" ketus Melody, lalu melanjutkan mendorong menuju kasir.
Ketika sedang asik mengantre, Melody menepuk jidatnya. Ia melupakan sesuatu. Kemudian berbalik mendorong troly tersebut menuju arah rak minuman.
"Tinggal tiga botol lagi," gumamnya.
Melody lalu mengambil minuman tersebut dengan senyum sumringah. Minuman yang membuat dirinya sangat bahagia, minuman yang dimana ada idol kesayangannya, yang tak lain adalah 'Bangtan/BTS'
Vino yang sedari tadi mengikuti Melody, ia menatap gadis itu dengan tatapan bingung.
Melody menoleh, menatap Vino dengan tatapan mengintimidasi, "Lo ngapain ngikutin gue?"
Vino terlihat gelagapan.
"E-eh? E-enggak, g-gue mau beli min-minuman juga, kok."
Melody yang melihat itu hanya tersenyum sinis. Ia tahu, jika Vino kali ini tengah berbohong. Namun ia tak peduli, dengan segera dirinya berjalan menuju kasir dan segera membayar belanjaannya tersebut.
"Lama banget!" keluh Jun.
Melody tak menjawab, ia lalu segera duduk di samping kursi kemudi, "Sorry."
"Untung gue ganteng," ucap Jun, lalu kembali melajukan mobilnya.
Melody yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia malas untuk beradu mulut dengan sahabatnya tersebut. Terkadang dirinya malas, jika harus menanggapi ucapan dari Jun. Omongannya selalu melantur dan tidak nyambung. Tapi hal itulah, yang membuat persahabatan mereka terjalin cukup kuat hingga detik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Your Heart [Tahap Revisi]
Подростковая литератураMelody, seorang gadis populer di sekolahnya yang sangat dingin, hatinya sulit di tembus. Namun dibalik wajah cantiknya, ia menyimpan kepedihan mendalam. Dirinya dibuang dan dikucilkan oleh kedua orang tuanya, setiap hari ia menerima cacian serta mak...