Bab 22

99 58 306
                                    

"Waktu, bolehkah aku mengadu? Kamu terlalu kejam, kamu selalu bergerak dan terus berlalu tanpa menghiraukan jerit kesedihanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Waktu, bolehkah aku mengadu? Kamu terlalu kejam, kamu selalu bergerak dan terus berlalu tanpa menghiraukan jerit kesedihanku."

"Jerit kepedihan, yang selalu memohon agar waktu bisa berhenti, meski itu hanya sebentar."

"Waktu ... aku tahu, dibalik kekejamanmu, akan ada kebahagiaan untukku di depan sana."

"Tapi ... apakah cahaya akan mau menerimaku dan membawaku pergi dari kegelapan?"

"Aku di sini tidak baik-baik saja, perasaanku tidak kuat untuk menanggungnya."

"Aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan di dunia yang kejam ini, semua kehendak Tuhan, dan aku tidak bisa menyalahkannya. Tapi tidak-kah Tuhan melihat hamba-Nya yang sangat terluka ini? Apa sebenarnya Tuhan itu ada?"

"Aku tau, jika semua yang sudah terjadi, akan tetap terjadi. Itu sudah digariskan oleh Sang Kuasa."

"Tapi sampai kapan, aku harus menanggung semua ini?"

"Apakah kehidupanku harus serumit itu, harus merasakan kesedihan dan kepedihan? Air mataku harus terus dikuras?"

"Ayah ... segala cara, akan aku lakukan agar mendapat perhatian serta kasih sayang darimu. Walau aku harus mengorbankan mentalku."

****


Sudah satu minggu, Melody di rumah sakit. Kedua orang tuanya sama sekali tidak memperdulikannya. Bahkan sekedar menanyakan keadaannya sedikitpun, tidak ada.

Jun mendengus kesal, ia tak habis pikir dengan kedua orang tua sahabatnya itu. Apa mereka sudah melepaskan Melody? Apa mereka lupa, jika mereka masih ada tanggung jawab untuk menjaga anak semata wayangnya? Tangannya mengepal.

Bugh

Jun meninju dinding rumah sakit, membuat Vino terlonjak kaget.

"Sabar!" seru Vino.

"Orang tua macam itu, gak bisa disabarin!" desis Jun.

Vino mendesah kasar, "Terus lo mau ke rumahnya? Kasih tau kalo anaknya di rawat? Percuma, omongan lo gak bakal dianggap! Cuma angin lalu, Jun."

"Seenggaknya mereka khawatir, karena Melody udah lama gak pulang ke rumah. Tapi ini? Sialan!"

Jun berdiri dari duduknya, kilatan amarah terlihat jelas dari kedua matanya. Dadanya naik turun.

"Gimana keadaan Melody?"

Suara lembut itu membuat mereka mengalihkan pandangannya, tatapan keduanya menjadi sendu.

"Bun ..." Jun memeluk bunda Vino dengan erat.

Bunda Sandra dengan segera membalas pelukan Jun, ia tahu jika pemuda itu membutuhkan pelukan. Mengelus punggungnya untuk menguatkan.

Touch Your Heart [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang