Bab 11

143 126 221
                                    

"Aku berjanji akan bangkit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku berjanji akan bangkit. Tapi, aku butuh pegangan untukku bisa bangkit, maukah kamu menjadi peganganku?"

****


Mengingat masa kecilnya, Melody tak bisa menahan air matanya yang terus menerus memberontak keluar. Entah apa salah dirinya kepada keluarganya. Sejak kecil dirinya tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ibunya yang sibuk bekerja, hingga tak ada waktu untuk sekedar menanyakan keadaan anak semata wayangnya. Sang ayah yang jarang pulang, semakin membuat dirinya merasa menjadi beban bagi keluarganya.

Seiring berjalannya waktu, dan bertambahnya umur. Melody semakin tahu, jika kehadirannya di dunia memang tak pernah diharapkan.

Tapi, apakah Melody tidak berhak untuk mendapatkan sedikit kebahagiaan?

Melody menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan, menyembunyikan tetesan bening yang terus mengalir tanpa henti. Dirinya sedang berada di rumah sakit, dan ia sedang berada di kamar inap sang ibu. Menangis hingga sesenggukan, sepertinya sudah menjadi kebiasaan gadis itu.

Deg!

Sebuah pelukan mendarat sempurna pada bahu Melody.

"Lo kuat," bisiknya.

Melody mendongak, dan mendapati Jun tengah tersenyum sangat manis untuknya.

"Sekarang, biar gue yang urus kalian berdua."

Deg!

Melody gemetar hebat, pelukan Jun semakin erat.

"J-jun ..."

Melody lalu menggeser tubuhnya, menjaga jarak dengan lelaki tersebut.

"Loh? Ayo, bahu gue selalu siap untuk lo."

"Modus," cibir Melody.

"Loh, modus tuh bukannya rumus matematika ya?" tanya Jun dengan wajah polos.

Melody tertawa pelan.

"Nah gini, ketawa."

"Gak tahu, Jun. Ngomong sama lo, selalu ga nyambung, pusing, " omel Melody.

"Wah ... itu tandanya gue berhasil masuk ke dalam pikiran lo."

"Jun, jangan mulai," desis Melody.

"Jangan mulai apa? Jangan mulai mencintaiku?"

"Jun! Gue capek!" cibir Melody.

"Iya, gue gak bakal lari-larian lagi di pikiran lo."

Melody tak bisa berkata-kata, ia diam. Sungguh, berbicara dengan Jun memang membuat moodnya meningkat, tapi kadang lelaki itu juga membuat dirinya pusing akan ucapannya.

****


Angin malam ini berhembus sangat kencang, keduanya merasakan hawa yang berbeda.

Touch Your Heart [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang